Anda di halaman 1dari 106

BUKU REFRENSI :

1.AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN (Perspektif


Indonesia) Buku 1
Oleh : Richard E. Baker, Theodore E. Cristensen
dkk.
2.AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN DI INDONESIA
(Buku I)
Oleh : FLOYD A BEAMS / AMIR ABADI JUSUF
3. ADVANCED ACCOUNTING
Oleh : ALLAN R. DREBIN
4. AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II
Oleh : L. SUPARWOTO
5.AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN
Oleh : James E. Boatsman – Charles H. Griffin / Irwin
BAB I
KOMBINASI BISNIS
( BUSINESS COMBINATIONS )
TUJUAN :
1.Memahami pengertian, tujuan, jenis-jenis
kombinasi bisnis.
2.Membedakan bentuk penggabungan usaha secara
hukum dan secara ekonomi
3.Mengidentifikasi istilah-istilah Kombinasi Bisnis
menurut PSAK 22
4.Memahami konsep akuntansi Kombinasi Bisnis.
5.Memahami keterkaitan antara akuisisi,
pengendalian, dan hubungan induk – anak
6.Memahami metode akuntansi Kombinasi Bisnis
dan Goodwill
A. PENDAHULUAN
Lingkungan operasi usaha saat ini dilingkupi oleh :
 tingginya resiko usaha,
 isu globalisasi,
 aturan perpajakan yang kompleks.
Sebagai respons atas lingkungan usaha yang
kompleks, perusahaan meningkatkan ukuran
perusahaan sehingga akan menimbulkan skala
ekonomi terkait dengan proses produksi maupun
distribusi yang dapat mengembangkan potensi
perolehan laba baru dengan cara:
A. Pertumbuhan internal adalah memperluas usaha
melalui pengembangan produk baru dan
melakukan perluasan lini produk yang ada ke
target pasar baru.
B. Akuisisi perusahaan lain yang sudah ada di pasar
tersebut,
• Membentuk anak perusahaan adalah perusahaan yg
dikendalikan oleh perusahaan lain, yaitu induk
perusahaan, biasanya melalui kepemilikan mayoritas
(kepentingan pengendali) saham perusahaan.
Anak perusahaan merupakan entitas legal yg terpisah,
resiko induk perusahaan terkait dengan aktivitas anak
perusahaan dibatasi.
Perusahaan induk dapat memiliki sebagian atau seluruh
kepemilikan pada entitas perusahaan anak, sehingga
memungkinkan perusahaan induk memindahkan piutang
untuk membagi resiko sehubungan dengan piutang tersebut.
• Membentuk anak perusahaan untuk melaksanakan aktivitas
usaha tertentu atau Entitas Bertujuan Khusus/Special
Purpose Entities (EBK/SPE) yaitu merupakan entitas yg
tidak mempunyai operasi secara substantif dan biasanya
diciptakan hanya untuk tujuan pendanaan atau sebuah
tujuan tertentu. Bentuk badan usahanya dapat berbentuk
perseroan terbatas, konsorsium (trust), atau persekutuan.
Dalam beberapa kasus, manajemen dapat melakukan
manipulasi dengan cara :
•Memindahkan piutangnya ke anak perusahaan atau
entitas yang bertujuan khusus yang kemudian
menggunakan piutang tersebut sebagai jaminan untuk
menerbitkan surat utang (obligasi) ke perusahaan lain
(sekuritisasi).
•Menggunakan struktur organisasi yang kompleks untuk
memanipulasi pelaporan keuntungan demi kepentingan
pribadi dengan mengambil keuntungan dari celah atau
kekurangan dalam aturan pelaporan keuangan
menggunakan anak perusahaan/entitas lain untuk
meminjam uang dalam jumlah besar tanpa menyajikan
laporan utang pada laporan posisi keuangannya, dan atau
memanipulasi laba dengan menciptakan tranaksi fiktif
atau mengubah pinjaman menjadi pendapatan.
• Dalam beberapa situasi, keuntungan pajak dapat
diperoleh dengan melakukan beberapa aktivitas
melalui entitas terpisah/perusahaan anak.
Misalnya transfer kepemilikan ke pemegang
saham yg ada yg dirancang secara memadai
umumnya memenuhi kondisi pertukaran yg tidak
dikenai pajak, seperti :
Spin-off yaitu kepemilikan dari anak perusahaan baru
atau yang sudah ada didistribusikan ke pemegang
saham induk tanpa melepaskan kepemilikan
sahamnnya di induk perusahaan,
atau split-off dimana saham anak perusahaan
ditukarkan dengan saham induk prusahaan yang
mengakibatkan pengurangan saham induk
perusahaan yang beredar.
B. PERLUASAN USAHA/EKSPANSI
1. Pertumbuhan internal
Salah satu cara untuk bertahan dan mendapatkan
keuntungan adalah memperluas usaha melalui
pengembangan produk baru dan melakukan
perluasan lini produk yang ada ke target pasar baru.
2. Penciptaan Entitas Usaha Baru
Suatu perusahaan mentransfer aset dan liabilitasnya ke
entitas yang dibentuk dan dikendalikannya. Kegiatan
operasi melalui entitas yang terpisah dapat memilih
bentuk berupa anak perusahaan, perusahaan ventura
bersama, atau persekutuan. Prosesnya sbb.:
• Suatu Anak perusahaan dapat terbentuk karena suatu
perusahaan mentransfer aset dan mungkin juga liabilatas
ke entitas yang baru dibentuk dan dikendalikannya melalui
kepemilikan mayoritas.
• Aset dan liabilitas yang ditransfer ke entitas yang
dibentuknya dicatat sebesar nilai buku aset bersih yang
ditransfer.
• Apabila nilai aset yg ditransfer ke entitas yg baru dibentuk
telah mengalami penurunan nilai sebelum terjadinya
transfer dan nilai wajarnya lebih rendah dibandingkan nilai
tercatatnya pada pembukuan perusahaan yg mentransfer,
maka perusahaan yang mentransfer harus mengakui
kerugian dari penurunan nilai dan mentransfer aset kepada
entitas baru pada nilai yang lebih rendah tersebut.

Contoh : 1.1
PT.Induk mendirikan sebuah anak perusahaan PT. Anak
dengan mentransfer aset : Kas Rp. 70.000,-, Persediaan Rp.
50.000,-, Bangunan Rp. 100.000,- Ak. Penyusutan Bangunan
Rp.20.000,-, Peralatan Rp.250.000,- Ak. Penyusutan
Peralatan Rp.90.000,- dan Tanah Rp. 75.000,-. PT. Anak
menerbitkan 200 lembar Saham Biasa @ Rp. 1.000,-
PT. Induk mencatat :
Investasi pd Modal Saham PT. Anak Rp.435.000
Ak. Penyusutan Bangunan Rp. 20.000
Ak. Penyusutan Peralatan Rp. 90.000
Pada Kas Rp. 70.000
Pada Persediaan Rp. 50.000
Pada Bangunan Rp. 100.000
Pada PeralatanRp. 250.000
Pada Tanah Rp. 75.000

PT. Anak mencatat :


Kas Rp. 70.000
Persediaan Rp. 50.000
Bangunan Rp. 100.000
Peralatan Rp. 250.000
Tanah Rp. 75.000
Pada Ak. Penystan Bangunan Rp. 20.000
Pada Ak. Penystan Peralatan Rp. 90.000
Pada Modal Saham Rp. 200.000
Pada Agio Saham Rp. 235.000
3. Perluasan Usaha dengan Kombinasi Bisnis
 Pengertian Kombinasi Bisnis (Business Combinations) :
adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan
dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu
kesatuan ekonomis, dengan tujuan untuk mencapai
perkembangan usaha atau
Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa
lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh
“pengendalian” atas satu atau lebih bisnis.
“Penggabungan sesungguhnya (true merger)” atau
“Penggabungan setara (merger of equals)”
Bisnis adalah suatu rangkaian terpadu dari kegiatan
dan aset yang mampu diadakan dan dikelola dengan
tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, biaya
yang lebih rendah, atau manfaat ekonomi lainnya secara
langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau
peserta lainnya
 Jenis-Jenis Kombinasi Bisnis
Ada tiga jenis utama dari kombinasi bisnis secara legal :
1. Legal Merger (statutory merger) adalah kombinasi bisnis
dimana hanya akan ada satu perusahaan yang bertahan
dari berbagai perusahaan yang bergabung dan perusahaan
lainnya dibubarkan. Aset dan Liabilitas perusahaan yang
diambil alih ditransfer ke perusahaan yang mengambil alih
dan perusahaan yang diambil alih tersebut dibubarkan atau
dilikuidasi (liquidated). Oprasional dari masing-masing
perusahaan yg sebelumnya perusahaan terpisah
dilanjutkan ke dalam entitas tunggal yang tetap bertahan
setelah terjadinya merger.
Contoh : PT. A bergabung dengan PT. B, dan PT. C. dimana PT.
A tetap bertahan mengambil alih aset dan liabilitas PT. B,
dan PT. C. Selanjutnya PT. B dan PT. C bubar (dilikuidasi).
2. Legal Konsolidasi (statutory consolidation) adalah kombinasi
bisnis dimana dua perusahaan atau lebih yang melakukan
kombinasi bisnis langsung dibubarkan dan aset serta
liabilitas perusahaan yg melakukan kombinasi bisnis
ditransfer ke perusahaan yg baru dibentuk. Oprasional dari
masing-masing perusahaan yg sebelumnya perusahaan
terpisah dilanjutkan ke dalam entitas tunggal yg baru
dibentuk dan tidak ada perusahaan yg bergabung bertahan
setelah konsolidasi.
Contoh : PT. A bergabung dengan PT. B, dan PT. C, kemudian
di-bentuk PT. ABC yang mengambil alih seluruh aset dan
liabilitas PT. A, PT. B, dan PT. C, dan PT. A, PT. B dan PT. C
dibubarkan.
3. Akuisisi Saham (stock acquisition) adlh sebuah perusahaan
mengakuisisi saham berhak suara perusahaan lain dan
perusahaan-perusahaan yang terlibat tersebut melanjutkan
operasi perusahaannya sebagai entitas legal terpisah, namun
saling terkait yg disebut hubungan induk-anak perusahaan.
Dalam hal ini tidak ada perusahaan yang dilikuidasi, maka
perusahaan yang mengakuisisi memperlakukan hak
kepemilikan yang diperolehnya sebagai investasi.
PSAK 22
1. Legal Merger (statutory merger
PT A (surviving company) + PT B (liquidated
company) = PT A
2. Legal Konsolidasi (statutory consolidation)
PT A (liquidated) + PT B (liquidated) = PT C
3. Akuisisi Saham (stock acquisition)
PT A (survive) + PT B (survive) = PT A (Parent
Company + (PT B Subsidiary company)

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998


1. Peleburan
2. Penggabungan
3. Pengambilalihan
 Sifat dan Tujuan Kombinasi Bisnis :
Kombinasi bisnis adalah penyatuan entitas-entitas
usaha, sehingga memperoleh efisiensi operasi melalui
integrasi operasi secara Horizontal atau Vertikal atau
mendiversifikasikan resiko usaha melalui operasi
konglomerat.
Tujuannya secara umum adalah untuk mencapai
perkembangan perusahaan dan secara ekonomis
memperoleh sinergi jika perusahaan yang bergabung
memiliki keunggulan kompetitif, misalnya :
pemanfaatan sumber daya yang andal, sehingga
dalam jangka panjang dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas, volume penjualan, ROI, dan ROE.
Secara Khusus perluasan usaha melalui kombinasi
bisnis bertujuan meningkatkan ukuran perusahaan
sehingga menimbulkan skala ekonomis terkait dengan
proses produksi maupun distribusi untuk
meningkatkan potensi perolehan laba.
 Alasan-2 dilakukan penggabungan bisnis
1. Manfaat biaya (Cost Advantage), Risiko Lebih Rendah
(Lower Risk)
2. Penundaan Operasi Lebih Sedikit (Fewer Operating
Delays)
3. Mencegah pengambilalihan (Avoidance of Takeovers)
4. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of
Intangible Assets)
5. Alasan-alasan lain :
• Diambil alih oleh bank jika sebagai debitur tidak
mampu melunasi kredit yang ditanggungnya.
• Kesulitan likuiditas, penurunan penjualan atau
mismanajemen.
• Perusahaan yang lemah modal, dan kurang
mempunyai keterampilan manajemen.
• Prestise pribadi, keinginan menjadi kelompok yang
terbesar.
 Metode Untuk Melakukan Kombinasi Bisnis
Akuntansi untuk kombinasi bisnis bergantung pada proses
kombinasi bisnisnya dengan memperhatikan hal berikut
ini :
1. Kombinasi bisnis melalui Akuisisi Aset (penggabungan
badan Usaha)
• Kombinasi bisnis dilakukan dengan melibatkan
manajemen perusahaan-perusahaan yg melakukan
kombinasi bisnis dan merekomendasikan adanya
persetujuan dari pemegang saham. Penggabungan
seperti ini akan dilakukan dalam satu transaksi yang
melibatkan pertukaran aset atau saham berhak suara.
• Perusahaan pengakuisisi melakukan negosiasi
langsung dengan manajemen perusahaan yang
diakuisisi, sehingga perusahaan pengakuisisi juga
menanggung liabilitas perusahaan yang diakuisisi.
• Kombinasi bisnis semacam ini dapat mengambil bentuk
Merger atau Konsolidasi.
• Perusahaan pengakuisisi mencatat setiap aset yang
diperoleh dan setiap liabilitas yang ditanggungnya dan
aset atau efek yang diberikan dalam pertukaran
2. Kombinasi bisnis dilakukan dengan akuisisi saham
• Dalam kombinnasi bisnis ini tidak ada persyaratan
yang disetujui oleh manajemen perusahaan yang
diakuisisi.
• Manajemen perusahaan pengakuisisi melakukan
tender offer secara langsung kepada pemegang
saham perusahaan yang diakuisisi dengan
mengundang pemegang saham dari perusahaan
yang akan diakuisisi untuk melakukan “tender” atau
menukarkan sahamnya dengan efek (surat berharga)
atau aset dari perusahaan pengakuisisi.
• Jika saham yang ditender telah mencukupi (lebih
dari 50%) dari saham berhak suara yang beredar,
maka perusahaan pengakuisisi mem-peroleh
kepemilikan mayoritas (kepentingan pengendali),
sedangkan saham lain yang tersisa disebut sebagai
kepentingan nonpengendali (noncontrolling interest)
• Saham dari perusahaan yang diakuisisi setelah
kombinasi bisnis dicatat di pembukuan perusahaan
pengakuisisi sebagai :

a. Investasi pada perusahaan anak dan berikutnya
diperhitungkan sebagai investasi antar perusahaan.
b. Atau apabila seluruh saham berhak suara perusahaan yg
diakuisisi dimiliki oleh perusahaan pengakuisisi, maka
perusahaan yg diakuisisi dapat dilikuidasi, kemudian aset
dan liabilitasnya ditransfer ke perusahaan pengakuisisi atau
perusahaan yg baru dibentuk.
c. Pencatatan akuisisi saham dan likuidasi dari perusahaan
yang diakuisisi sama dengan pencatatan akuisisi aset yaitu
dicatat sebesar nilai perolehannya.

 Penilaian Entitas Usaha


Dalam kombinasi bisnis nilai aset dan liabilitas perusahaan,
serta potensi laba masa depannya serta aspek pajak sangat
penting untuk menentukan nilai dari suatu perusahaan.
a. Nilai setiap aset dan liabilitas, biasanya ditentukan melalui
penilaian (appraisal)
b. Nilai laba potensial, dapat dinilai berdasarkan kelipatan dari
labanya sekarang, atau nilai sekarang dari arus kas masa
depan.
c. Penilaian kepentingan yg diperlukan, jika pertukaran
dengan saham yg belum memiliki harga pasar. Pendekatan
yang digunakan adalah menggunakan nilai dari sekuritas yg
sama yg mempunyai nilai pasar dan menyesuaikan nilai
estimasi atas perbedaan fitur dari kedua sekuritas tersebut.
 Metode Akuntansi Kombinasi Bisnis
1. Metode penyatuan kepemilikan (pooling of
interests method).
2. Metode Akuisisi/pembelian (purchase method),
1. Kombinasi bisnis berdasarkan Metode Penyatuan
Kepentingan (Pooling of Interest Method) adalah Suatu
kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha,
dimana pemegang-pemegang dari bagian penting itu
menjadi pemilik dari badan usaha yang baru yang
kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha
dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung
atau melalui satu atau lebih anak perusahaan.
Kombinasi bisnis seperti ini dapat mengambil bentuk
Merger atau Konsolidasi.
Prosedur Akuntansi Metode Penyatuan Kepentingan pada
tanggal kombinasi bisnis:
a. Aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung ditransfer ke dalam entitas gabungan
sebesar nilai bukunya.
b. Penyesuaian terhadap aset dan liabilitas serta saldo
laba ditahan dilakukan dalam rangka menyesuaikan
prinsip2 akuntansi yang lazim dan penggunaan
metode akuntansi yang berbeda. Perubahan metode
akuntansi untuk menyesuaikan metode masing-2
harus berlaku surut (retroaktif), dan laporan keuangan
yang disajikan untuk periode-2 sebelumnya harus
disajikan kembali (restated).
c. Biaya2 yg terjadi seperti biaya penerbitan dan
pendaftar surat2 berharga, biaya akuntan dan
konsultan, dan lainnya dicatat sebagai beban pada
periode terjadinya.
d. Apabila nilai nominal saham yg ditetapkan dalam
perusahaan gabungan lebih besar dari nilai nominal
saham sebelum bergabung, maka selisih ini akan
ditutup dari sebagian atau seluruh saldo Agio Saham.
Dan apabila saldo Agio Saham yg ada tidak
mencukupi untuk menutup kekurangan tersebut di
atas, maka ditutup lagi dengan mengkapitalisasi
sebagian atau seluruh saldo Laba ditahan
perusahaan yang bergabung.
e. Dan apabila sebaliknya, nilai nominal saham yang ditetapkan
dalam perusahaan gabungan lebih kecil dari nilai nominal
saham dalam perusahaan sebelum bergabung, maka selisih ini
dicatat sebagai Agio Saham

Contoh : 1.2
Pada tgl 1-3-2007 PT. I bergabung dengan PT. A mengambil
bentuk merger, dimana PT. I yg tetap beroperasi dengan
menerbitkan 60.000 lembar saham biasa nilai nominal Rp.1.000,-
per lembar yang serahkan kepada pemegang saham PT. A.
(Diasumsikan bahwa seluruh aset dan liabilitas PT. A telah
dicatat sesuai dengan prinsip akuntansi yg lazim dan tidak ada
metode akuntansi yang berbeda diantara PT. I dan PT. A,
sehingga tidak diperlukan penyesuaian terhadap net aset PT. A)
Biaya penggabungan badan usaha yaitu biaya penerbitan dan
pencatatan saham Rp.2.000.000,00 dan biaya penggabungan
lainnya Rp.4.000.000,00 telah dibayar oleh PT. I saat terjadinya.
Posisi Laporan Keuangan masing-2 memiliki aset dan liabilitas
per tgl.1-3-2007 sbb.:
Posisi Laporan Keuangan PT. I dan A per tgl.1-3-2007 sbb.:
URAIAN PT. I PT. A
AKTIVA :
Kas 47.500.000 5.000.000
Piutang Usaha (neto) 25.000.000 15.000.000
Persediaan 52.500.000 20.000.000
Peralatan (neto) 40.000.000 25.000.000
Bangunan (neto) 75.000.000 30.000.000
Tanah 15.000.000 5.000.000
Total Aktiva 255.000.000 100.000.000
KEWAJIBAN :
Hutang Usaha 50.000.000 6.000.000
Hutang Wesel 25.000.000 15.000.000
Hutang Lainnya 5.000.000 4.000.000
Total Kewajiban 80.000.000 25.000.000
EKUITAS :
Modal Saham 100.000.000 50.000.000
Agio Saham 50.000.000 27.500.000
Laba Ditahan (Defisit) 25.000.000 (2.500.000)
Total Ekuitas 175.000.000 75.000.000 23
Jurnal yang dibuat oleh PT. I:
1. Jurnal untuk mencatat biaya kombinasi bisnis dan biaya
penerbitan serta pencatatan saham:
(D) Beban penggabungan Rp. 2.000.000
(D) Beban penerbitan saham Rp. 4.000.000
(K) Pada Kas……….……………,,,,,,,,,, Rp. 6.000.000
2. Jurnal kertas kerja mencatat aset dan liabilitas yg diterima oleh
PT. I dan penyerahan saham kepada pemilik PT. A
(D) Kas ….……………….. Rp. 5.000.000
(D) Piutang Usaha (neto) Rp. 15.000.000
(D) Persediaan …………. Rp. 20.000.000
(D) Peralatan (neto) …… Rp. 25.000.000
(D) Bangunan (neto) ….. Rp. 30.000.000
(D) Tanah ……………….. Rp. 5.000.000
(K) Pada Hutang Usaha ……………… Rp. 6.000.000
(K) Pada Hutang Wesel ……………… Rp. 15.000.000
(K) Pada Hutang Lainnya ..…………. Rp. 4.000.000
(K) Pada Modal Saham PT. I ………,.. Rp. 60.000.000
(K) Pada Agio Saham PT. I ...……. Rp. 17.500.000
(K) Pada Laba Ditahan/Defisit PT. I Rp. (2.500.000)
NERACA GABUNGAN
(Neraca PT. I setelah mengakuisisi PT. A)

AKTIVA : JUMLAH KEWAJIBAN & JUMLAH


EKUISTAS
Kas 52.500.000 Utang Usaha 56.000.000
Piutang Usaha (neto) 40.000.000 Utang Wesel 40.000.000
Persediaan 72.500.000 Utang Lainnya 9.000.000

Peralatan (neto) 65.000.000 Jumlah Kewajiban 105.000.000


Bangunan (neto) 105.000.000 Modal Saham 160.000.000
Tanah 20.000.000 Agio Saham (Disagio) 67.500.000
Laba Ditahan (Defisit) 22.500.000
Jumlah Ekuitas 250.000.000
Total Aktiva = 355.000.000 355.000.000
TotalKewajiban Ekuitas

* Modal Saham = PT.I Rp.100.000 000 + Rp. 60.000.000 yg baru diterbitkan =


Rp.160.000.000
** Agio saham = PT. I Rp. 50.000.000 + (PT. A Rp.27.500.000 – Rp.10.000.000
(dikapitalisasikan ) = Rp. 67.500.000
***Laba ditahan = PT. I Rp.25.000.000 – Rp. 2.500.000 (defisit PT. A)= Rp.22.500.000
**** Sedangkan saldo akun yg lainnya dijumlahkan antara saldo akun PT. I + PT. A
25
2. Metode Akuntansi Akuisisi/Pembelian
PSAK 22 tentang “Kombinasi Bisnis” metode akuntansi
untuk kombinasi bisnis adalah metode akuisisi,
dimana pihak pengakuisisi mengakui seluruh aset
yang diakuisisi dan liabilitas yang ditanggung
dalam kombinasi bisnis, serta mengukurnya pada
nilai wajar tanggal akuisisi.
Pengakuisisi menilai perusahaan yang diakuisisi
berdasarkan nilai wajar yang dipertimbangkan
dalam kombinasi bisnis tersebut dan nilai wajar dari
setiap kepentingan nonpengendali

Prosedur Akuntansi Kombinasi Bisnis Metode


Akuisis/Pembelian
Metode Akuisisi mengasumsikan adanya suatu
transaksi, dimana suatu entitas memperoleh aktiva
bersih dari perusahaan-2 lain. Pencatatan atas aset
yang diterimanya dan liabilitas yang ditanggung
sebesar nilai wajarnya.
Pedoman umum nilai wajar aset dan liabilitas
diatur dalam PSAK 68 dan PSAK lainnya yg terkait
seperti :
* PSAK 50,55 dan 60  Instrument
Keuangan,
•PSAK 16  Asset Tetap
•PSAK 19  Asset Tak Berwujud.
* PSAK 15 dan 22 Prinsip Pengukuran.
* PSAK 13 Proverti Investasi
•PSAK 14 Persediaan
* PSAK 48 dan 58  Penurunan Nilai Asset
Tidak Lancar Dimiliki Untuk Dijual dan
Operasi Yang Dihentikan
* IAS 41 Agrikutur
* IFRS 13  Fair Value
Difinisi Nilai Wajar :
Nilai wajar adalah sebagai harga yang akan diterima untuk
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
Pengukuran Nilai Wajar ( Karakteristik IFRS )
• IFRS menggunakan “Principles Base “ :
– Lebih menekankan pada intepratasi dan aplikasi atas standar
sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
– Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan
evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas
ekonomi.
– Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar
akuntansi.
• Menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai
pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu
kompetensi) atau menggunakan jasa penilai
• Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih
banyak baik kuantitaif maupun kualitatif
Hirarki Fair Value :
Level 1 Gunakan Harga Kuotasian dalam pasar aktif untuk
aset atau liabilitas yang indentik
Level 2 Apabila tidak ada Harga Kuotasian dalam pasar
aktif, maka gunakan input selain Harga Kuotasian
yang dapat diobservasi baik secara langdung atau
tidak langsung.
Level 3 Apabila level 1 dan 2 di atas tidak dapat dilakukan,
maka gunakan input yang bukan berdasarkan harga
pasar yg dapat diobservasi.
• Maksimumkan input yang dapat diobservasi,
termasuk informasi pasar dan informasi publik
lainnya.
• Input yang tidak dapat diobservasi diantaranya data
entitas (anggaran, proyeksi), harus disesuaikan jika
pelaku pasar menggunakan asumsi berbeda
Penurunan Nilai – PSAK 48
• Pada setiap tanggal neraca, perusahaan harus mereview ada
atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva.
• Pertimbangan dalam menentukan penurunan nilai :
– Informasi dari luar perusahaan
– Informasi dari dalam perusahaan
• Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah
jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya
penjualan dengan nilai pakainya.
• Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih
kecil dari nilai tercatatnya maka nilai tercatat harus diturunkan
menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali.
• Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan
harus segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.
• Beban depresiasi aktiva untuk periode yang akan datang harus
disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang
direvisi setelah dikurangi nilai sisa.
30
Pengukuran terhadap “Aset Kontinjensi” :
•Pada saat mengukur nilai wajar aset pada tanggal akuisisi,
karena pihak pengakuisisi mungkin tidak memiliki informasi
memadai yang tersedia segera untuk menentukan nilai wajar
secara tepat, maka PSAK 22 memperbolehkan sebuah periode
waktu pengukuran untuk memperoleh informasi yang diperlukan,
periode pengukuran berakhir setalah pihak pengakuisisi
memperoleh informasi yang diperlukan mengenai fakta-fakta
pada tanggal akuisisi, tetapi tidak lebih dari satu tahun.
•Setelah diperoleh informasi yang valid maka aset yg untuk
sementara waktu telah dicatat pada tanggal akuisisi secara
retrospektif disesuaikan nilainya selama periode pengukuran
untuk informasi baru yg mengklarifikasi nilai tanggal akuisisi.
Nilai yang disesuaikan tersebut adalah jurnal pengimbang untuk
goodwill. Penyesuaian secara retrospektif tidak dibuat untuk
perubahan nilai yang terjadi setelah tanggal akuisisi

31
• Setelah periode pengukuran berakhir namun belum lewat satu
tahun, apabila terjadi perubahan nilai aset maka pihak
pengakuisisi harus membuat koreksi kesalahan dalam
akuntansi untuk kombinasi bisnis dengan menggunakan PSAK
25 “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimamsi Akuntansi dan
Kesalahan”

Pengakuan Liabilitas Kontinjensi


Pengakuisisi menyadari liabilitas kontinjensi diambil dari
kombinasi bisnis pada tanggal akuisisi bahkan tidak ada aliran
sumber potensial untuk mempertahankan liabilitas dimasa
datang, maka setelah pengakuan awal dan sampai liabilitas
diselesaikan, dibatalkan atau kedaluwarsa, pihak pengakuisisi
mengukur liabilitas kontinjensi yg diakui dalam kombinasi
bisnis pada nilai yg lebih tinggi antara :
a.Jumlah yg seharusnya diakui sesaui dengan PSAK 57; Provisi,
Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi; atau
b.Jumlah yg pada awalnya diakui setelah dikurangi amortisasi yg
dapat diterapkan, dan jika dapat ditentukan 32
PSAK 58 : Aset tidak lancar dimiliki untuk dijual dan
operasi dihentikan
• Kriteria :
- Aset (atau kelompok lepasan) harus berada dalam
keadaan yang dapat dijual dengan segera
- Penjualan tersebut dapat dikatakan sangat mungkin
terjadi, manajemen pada hirarki yang memadai
harus mempunyai komitmen terhadap rencana
penjualan aset.
• Diukur pada nilai yang lebih rendah antara jumlah
tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya
untuk menjual, dan penyusutan atas aset tersebut
dihentikan
• Aset Yang Dimiliki Untuk Dijual disajikan sebagai
aset lancar dan terpisah dari pos lainnya. 33
Akuntansi Akuisisi Pada Tanggal Pembelian/Akuisisi :
• Prinsip akuntansi yang diterima secara umum untuk
pencatatan investasi pada saat akuisisi saham biasa
mewajibkan investasi tersebut dicatat pada biaya
perolehan (at cost). Biaya investasi adalah termasuk kas
yang dikeluarkan, nilai wajar aktiva lain yang diserahkan
atau surat berharga yang diterbitkan.

Metode Akuntansi Akuisisi (PSAK 22) mensyaratkan :


1. Apabila kombiniasi bisnis dalam bentuk merger, maka
seluruh aset berwujud maupun tak berwujud dan liabilitas
yang diakuisisi dicatat dalam perusahaan pengakuisisi
pada nilai wajar tanggal akuisisi.
2. Apabila kombinasi bisnis melalui akuisisi saham, maka
tanpa memperhatikan prosentase kepemilikan, seluruh
aset yang diperoleh dan liabilitas yang ditanggung
perusahaan pengakuisisi tampak pada nilai wajar tanggal
akuisisi penuh dalam laporan posisi keuangan
terkonsolidasi yang disusun sesaat setelah kombinasi
bisnis
34
3. Tidak ada pemisahan akun valuasi aset yang terkait
dengan aset yang diakuisisi
4. Aset jangka panjang yg diklasifikasikan pada tanggal
akuisisi yang tersedia untuk dijual adalah dinilai pada
nilai wajar yang dikurangi biaya untuk menjual.
5. Pajak penghasilan yang ditangguhkan terkait dengan
kombinasi bisnis serta aset dan liabilitas yg terkait
dengan program manfaat karyawan sebagai pihak yg
diakuisisi dinilai dengan PSAK tertentu yang terkait.
6. Pihak pengakuisisi mengukur dan mengakui
”GOODWILL” dari kombinasi bisnis berdasarkan
hubungan antara total nilai wajar perusahaan yang
diakuisisi dan nilai wajar dari aset bersih
terindentifikasi. Jumlah goodwill yang dalam
kombinasi bisnis tidak terpengaruh oleh persentasi
akuisisi pihak yang diakuisisi
7. Seluruh biaya kombinasi bisnis dibebankan pada saat
terjadinya biaya, sedangkan khusus untuk biaya
menerbitkan saham yang digunakan untuk
mengakuisisi dicatat sebagai pengurangan premi
saham (agio/disagio saham) yang diterbitkan. 35
Contoh : 1.3 Kombinasi Bisnis Metode Akuisisi dalam bentuk Merger
Pada tgl 1 – 3 - 2007 PT. I mengakuisi PT. A, Neraca masing-2 sbb.:
PT. A PT. A
URAIAN PT I Nilai Buku Nilai Wajar
AKTIVA :
Kas 47.500.000 5.000.000 5.000.000
Piutang Usaha (neto) 25.000.000 15.000.000 14.000.000
Persediaan 52.500.000 20.000.000 25.000.000
Peralatan (neto) 40.000.000 25.000.000 35.000.000
Bangunan (neto) 75.000.000 30.000.000 50.000.000
Tanah 15.000.000 5.000.000 10.000.000
Hak Paten - - 5.000.000
Total Aktiva 255.000.000 100.000.000 144.000.000
KEWAJIBAN :
Hutang Usaha 50.000.000 6.000.000 6.000.000
Hutang Wesel 25.000.000 15.000.000 13.500.000
Hutang Lainnya 5.000.000 4.000.000 4.500.000
Total Kewajiban 80.000.000 25.000.000 24.000.000
EKUITAS :
Modal Saham 100.000.000 50.000.000
Agio Saham 50.000.000 27.500.000
Laba Ditahan (Defisit) 25.000.000 (2.500.000)
Total Ekuitas 175.000.000 75.000.000
PT. I membayar dengan uang tunai Rp. 40.000.000,- dan menerbitkan
50.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp.1.000,00 per lembar
yg memiliki harga pasar Rp. 2.000,00 per lembar. Biaya akuisisi yang
telah dibayar PT. I Sebesar Rp. 2.000.000,- dan biaya penerbitan/emisi
saham Rp. 1.000.000,-

A. Nilai Investasi / Harga Perolehan :


•Uang Kas ……………………………… Rp. 40.000.000,-
•Saham Biaya 50.000 lbr @ Rp. 1.000,- . Rp. 50.000.000,-
•Agio Saham 50.000lbr x Rp.1.000,- … Rp. 50.000.000,-
Total Nilai Investasi/Harga Perolehan . Rp. 140.000.000,-
•Nilai Wajar Net Aset teridentifikasi yg
Diakuisisi (Rp.144.000.000 – Rp.24.000.000) Rp. 120.000.000,-
•SELISIH A (Nilai Investasi) – B (Nilai Net
Aset yg diakuisisi) = GOODWILL ……….. Rp. 20.000.000,-
D. Nilai buku Net Aset PT. A = Total Ekuitas Rp.
75.000.000,-
Selisih lebih N. Wajar > N. Buku (B – D) Rp. 45.000.000,-
Total Selisih A – D (L/R kombinasi bisnis) Rp. 65.000.000,-
Jadi dalam merger PT. I dan PT. A total selisih Rp. 65.000.000,- dimana
merefleksikan perbedaan sebesar Rp. 45.000.000,- akibat meningkatnya Nilai
Buku Aset Bersih PT. A, dan Rp. 20.000.000 DICATAT sebagai GOODWILL.
Jurnal kertas kerja kombinasi bisnis PT. I dan PT. A
per 1 – 3 - 2007
a. Biaya-biaya yang berkaitan dengan kombinasi bisnis dicatat
dalam dalam akun “Suspen” oleh PT. I sbb.:
(D) Beban Merger …………….. Rp. 2.000.000,-
(K) Pada Kas (PT. I) …………................. Rp. 2.000.000,-
( mencatat biaya terkait akuisisi PT. A )
(D)Biaya Penerbitan Saham
Tangguhan ……………….. Rp. 1.000.000,-
(K) Pada Kas (PT. I)…………………….… Rp. 1.000.000
(mencatat biaya penerbitan/emisi saham baru diterbitkan
PT. I untuk pemilik PT. A)

b. Jurnal pada tanggal kombinasi bisnis PT. I mencatat akuisisi


PT.A dengan membayaran secara tunai sebesar
Rp.40.000.000,- dan menerbitkan 50.000 lbr saham biasa @
Rp. 1.000,- harga pasar Rp.2.000,- per lembar sbb.:
c. Jurnal untuk mengakuisisi aset dan liabilitas PT. A
Kas ………………………… Rp. 5.000.000
Piutang Usaha (neto) …... Rp. 14.000.000
Persediaan ……………….. Rp. 25.000.000
Peralatan (neto) …………. Rp. 35.000.000
Bangunan (neto) ………… Rp. 50.000.000
Tanah ……………… Rp. 10.000.000
Hak Paten …………………. Rp. 5.000.000
Goodwill …………………… Rp. 20.000.000
Pada Hutang Usaha …………………….....Rp. 6.000.000
Pada Hutang Wesel ………….………...….. Rp. 13.500.000
Pada Hutang Lainnya ………….………….Rp. 4.500.000
Pada Kas (PT. I) *…………..……………….Rp. 40.000.000
Pada Saham Biasa (PT. I) ** …………….. Rp. 50.000.000
Pada Agio Saham (PT. I) *** .……….…….Rp. 49.000.000
Pada Biaya Penerbitan Saham
Tangguhan …………………………....…….. Rp. 1.000.000
* pembayaran secara tunai kepada pemilik PT. A
** Nilai nominal saham PT. I yg baru diterbitkan untuk PT.A
*** Agio saham yg baru diterbitkan Rp.50.000.000,-
dikurangi Biaya Penerbitan Saham Tangguhan Rp. 1.000.000,-
NERACA GABUNGAN
(Neraca PT. I setelah mengakuisisi PT. A)
AKTIVA : JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUISTAS: JUMLAH

Kas 9.500.000 Utang Usaha 56.000.000


Piutang Usaha (neto) 39.000.000 Utang Wesel 38.500.000
Persediaan 77.500.000 Utang Lainnya 9.500.000
Peralatan (neto) 75.000.000 Jumlah Kewajiban 104.000.000
Bangunan (neto) 125.000.000 Modal Saham 150.000.000
Tanah 25.000.000 Agio Saham 99.000.000
Hak Paten 5.000.000 Laba Ditahan (Defisit) 23.000.000
Goodwill 20.000.000 Jumlah Ekuitas 272.000.000
Total Aktiva = 376.000.000 Total Kewajiban & Ekuitas 376.000.000

* Kas : Rp. 9.500.000,- = (PT.I Rp.47.500.000 + PT. A Rp.5.000.000,-)


dikurangi (Pembayran tunai kepada PT. A Rp.40.000.000,- + Biaya-2 Rp.
3.000.000,-)
** Modal Saham : Rp. 150.000.000,- = PT. I Rp.100.000.000,- + yg baru
diterbitkan Rp.50.000.000,-
*** Agio Saham Rp. 99.000.000,- = PT. I Rp. 50.000.000,- + ( Agio Saham yg
baru diterbitkan Rp.50.000.000,- dikurangi biaya penerbitkan saham
Rp.1,000.000)
Ayat Jurnal yg dibuat PT. A per 1 – 3 - 2007
a.Jurnal Transfer Aset ke PT. I
Investasi pada saham PT. I Rp. 140.000.000,-
Hutang Usaha …………..... Rp. 6.000.000,-
Hutang Wesel ….……...….. Rp. 15.000.000,-
Hutang Lainnya ..…………. Rp. 4.000.000,-
Pada Kas …………………………...… Rp. 5.000.000,-
Pada Piutang Usaha (neto) ……….. Rp. 15.000.000,-
Pada Persediaan ………………….… Rp. 20.000.000,-
Pada Peralatan (neto) …………..….. Rp. 25.000.000,-
Pada Bangunan (neto) ……..…….… Rp. 30.000.000,-
Pada Tanah ……………..…………… Rp. 5.000.000,-
Pada Keuntungan Penjualan Net Aset Rp. 65.000.000,-

b. Jurnal Penutup (Likuidasi PT. A dan membagikan Saham PT. I


kepada pemegang Saham PT. A)
Modal Saham ………………………… Rp. 50.000.000,-
Agio Saham ………………………….. Rp. 27.500.000,-
Keuntungan Penjualan Net Aset ….. Rp. 65.000.000,-
Pada Laba ditahan (deficit) …………. Rp. 2.500.000,-
Pada Investasi pada Saham PT. I …. Rp. 140.000.000,-
MASALAH GOODWILL
PSAK 19 “Aset Tak Berwujud” menyatakan bahwa goodwill merupakan
aset yang menunjukkan manfaat ekonomi masa depan yang berasal dari
aset-aset lain yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak
teridentifikasi secara individu dan secara terpisah diakui.
Dalam kombinasi bisnis setiap kelebihan jumlah nilai wajar dari aset
teridentifikasi yang diberikan oleh pihak pengakuisisi dan kepentingan
nonpengendali di atas nilai wajar pada tanggal akuisisi dari aset bersih
terindentifikasi dianggap sebagai GOODWILL.
Contoh : 1.4
Berdasarkan data pada contoh 1.3, dimana PT. I mengakuisis seluruh net
aset PT. A dengan harga Rp.140.000.000,- dan nilai wajar aset bersih PT.
A yang dapat teridentifikasi adalah Rp. 120.000.000,- maka Goodwil yang
diakui = Rp. 20.000.000,-
Misalnya : PT. I mengakuisisi 75% saham biasa PT. A dengan harga Rp.
105.000.000,- dan nilai wajar kepentingan nonpengendali adalah Rp.
35.000.000- maka Goodwill dalam kombinasi bisnis menjadi :
Nilai Akuisisi oleh PT. I (75% x Rp.140.000.000,-) Rp. 105.000.000,-
Nilai yg tdk diakuisisi (hak nonpengendali 25%) Rp. 35.000.000,-
Rp. 140.000.000,-
Nilai wajar aset bersih teridentifikasi yg diakusisi Rp. 120.000.000,-
Goodwill Kombinasi Bisnis ………………………. Rp. 20.000.000,-
Jumlah goodwill tidak terpengaruh oleh persentase kepemilikan oleh
Perusahaan Pengakuisisi
Akuntansi Goodwill
•Goodwill yang berasal dari merger dicatat pada saat terjadinya
(kombinasi bisnis) sebesar selisih antara nilai wajar yang dipertukarkan
dengan nilai wajar aset bersih teridentifikasi yang diakuisisi
•Akuntansi goodwill selanjutnya harus diperhitungkan sesuai dengan
PSAK 19 dan PSAK 22 yaitu :
1.Goodwill harus dilaporkan sebagai bagian yg terpisah pada LPK
2.Goodwill tidak diamortisasi, tetapi setiap tahun atau secara berkala
harus diuji/diukur apakah terjadi penurunan nilainya.
3.Menguji penurunan goodwill dilakukan dengan membandingkan
antara nilai wajar dari unit pelaporan dengan nilai tercatatnya. Jika nilai
wajar melebihi nilai tercatatnya, maka goodwill tidak mengalami
penurunan nilai, dan sebaliknya.
4.Jumlah penurunan nilai goodwill diukur sebagai selisih dari nilai
tercatat goodwill dengan nilai implisit dari goodwill. Nilai implisit dari
goodwill ditentukan berdasarkan selisih lebih nilai wajar aset bersih
yang dilaporkan (total net aset termasuk goodwill) di atas nilai wajar
aset bersih selain goodwill.
5.Kerugian penurunan nilai goodwill harus dilaporkan sebagai bagian
terpisah pada laba operasi di laporan L/R komprehensif, kecuali jika
kerugian terkait dengan operasi yg dihentikan, maka kerugian ini
dilaporkan di bagian operasi yg dihentikan. Kerugian ini dicatat di laba
operasi berjalan atau sebelum L/R luar biasa.
Contoh : 1.5
Misalkan PT. I yang memperoleh goodwill kombinasi bisnis dengan PT.
A sebesar Rp. 200.000.000,- setahun kemudian aset dan liabilitas PT. I
setelah kombinasi bisnis sbb.:
AKUN Nilai Tercatat Nilai Wajar
Kas dan Piutang 485.000.000 485.000.000
Persediaan 775.000.000 850.000.000
Peralatan (neto) 750.000.000 800.000.000
Bangunan (neto) 1.250.000.000 1.275.000.000
Tanah 250.000.000 265.000.000
Goodwill 200.000.000 0
Total Aktiva = 3.710.000.000 3.675.000.000
Total Liabilitas 1.125.000.000 1.125.000.000
Aset Bersih 2.585.000.000 2.550.000.000

Jadi terjadi penurunan nilai aset sebesar Rp. 35.000.000,- merupakan


total kerugian penurunan nilai yang dilaporkan dalam L/R dengan
mengurangi jumlah goodwill sehigga menjadi Rp. 165.000.000,-
PEMBELIAN/AKUISISI DI BAWAH NILAI WAJAR (dengan
Diskon)
•Pembelian dengan diskon mungkin saja terjadi karena
pembelian/penjualan terpaksa atau karena pengecualian.
•Pengakuisisi akan mengakui adanya keuntungan yang
diperoleh dan dicatat dalam Laporan Laba/Rugi pada tanggal
akuisisi
•Sebelum diakui, pihak pengakuisisi menilai kembali apakah
telah mendidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang
diperoleh dan liabilitas yang dialihkan serta aset/kewajiban lain

Contoh : 1.6
Misalnya berdasarkan data contoh 1.3 di atas PT. I mengakuisi
saham biasa PT. A denga n membayar tunai sebesar
Rp.110.000.000,- dimana nilai aset wajar PT. A adalah Rp.
120.000.000,-
Jurnal akuisisi yang dibuat oleh PT. I sbb.:
Kas …………………… Rp. 5.000.000
Piutang Usaha (neto) … Rp. 14.000.000
Persediaan ……………. Rp. 25.000.000
Peralatan (neto) ……… Rp. 35.000.000
Bangunan (neto) …….. Rp. 50.000.000
Tanah …………………. Rp. 10.000.000
Hak Paten …………….. Rp. 5.000.000
Pada Kas (PT. I) ……………………. Rp. 110.000.000
Pada Hutang Usaha ……………… Rp. 6.000.000
Pada Hutang Wesel ………………. Rp. 13.500.000
Pada Hutang Lainnya …………….. Rp. 4.500.000
Pada Keuntungan Akuisisi PT. A .. Rp. 10.000.000
CATATAN :
Perlakuan diskon pembelian yang dicatat sebagai keuntungan
adalah perlakuan akuntansi yang tidak lazim, karena dalam
hal ini mengenali pendapatan pada tanggal akuisisi dan
mewakili pengecualian pada konsep realisasi.

Pertanyaan :
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan perusahaan tertarik
untuk melakukan kombinasi bisnis ?
2. Apa dasar akuntansi yang biasanya digunakan untuk
mencatat aset dan liabilitas yang ditransfer ke anak
perusahaan?
3. Bagaimana konsep akuntansi yang digunakan dalam
kombiniasi bisnis?
4. Apa pengaruh terhadap laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi dari pencatatan kombinasi bisnis dengan
metode pembelian, bukan dengan metode penyatuan
kepemilikan
5. Bagaimana goodwill timbul dalam suatu kombinasi bisnis,
dan kapan goodwil dikatakan mengalami penurunan nilai ?
BAB II
AKUNTANSI UNTUK INVESTASI
PADA SAHAM BIASA
1. Mengidentifikasi kondisi yang mengharuskan penerapan
metode ekuitas, metode cost dan Nilai Wajar atas
investasi dalam saham biasa
2. Memahami perbedaan metode ekuitas, metode cost dan
Nilai Wajar atas dalam penilaian investasi atas saham.
3. Memahami pengertian nilai buku, nilai wajar pada
tanggal akuisisi
4. Mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan
terjadinya selisih investasi dengan nilai buku aset yang
diperoleh pada tanggal akuisisi
5. Menghitung pendapatan investasi dan nilai investasi
dalam saham biasa
6. Memahami keterkaitan selisih investasi dengan
pendapatan investasi

48
AKUNTANSI INVESTASI PADA SAHAM BIASA
Tujuan perusahaan untuk berinvestasi pada perusahaan lain
untuk mendapatkan imbal hasil yg menguntungkan dengan
mengambil keuntungan dari situasi-situasi yg dapat
menghasilkan laba.
Alasan lain perusahaan berinvestasi dengan mengakuisisi
kepemilikan di entitas lain :
• Mendapatkan kendali atas perusahaan lain
• Memasuki pasar atau area produk baru melalui perusahaan
yg sudah menguasai pasar atau area produk tersebut
• Memastikan pasokan bahan baku atau input produksi lain
• Memastikan uotput produksi bagi pelanggan.
• Mendapatkan keuntungan ekonomis dari ukuran
perusahaan yg lebih besar
• Diversifikasi
• mendapatkan teknologi baru
• Mengurangi kompetisi dan membatasi risiko
Pencatatan investasi Pada Saham Biasa :
Metode Akuntansi yg digunakan untuk mencatat investasi pada
saham biasa tergantung pd tingkat kepemilikan saham atau
pengendalian yang dimiliki investor atas investee, seperti Metode
Nilai Wajar, Metode Biaya dan Metode Euitas.
1. Metode Nilai Wajar
• PSAK 58 “Aset Tidak Lancar yg Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yg
Dihentikan” mengklarifikasikan bahwa investasi ini adalah sekuritas
trading atau tersedia untuk dijual (available-for-sale)
• Pada saat akuisisi dicatat sebesar harga perolehan dan pada setiap akhir
periode akuntansi diukur kembali nilai wajarnya, apabila terjadi
perubahan nilai dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yg belum
direalisiasikan pada laba bersih.
• Sedangkan pendapatan yg terkait seperti pendapatan dividen dicatat
sebagai pendapatan.
• Investasi ini tidak perlu dikonsolidasikan.
Contoh : 2.1
PT. I memiliki 10% saham biasa yang beredar PT. A per 1 Januari 2012
senilai Rp. 50.000.000,- Nilai aset bersih PT. A pada saat itu
Rp.400.000.000,- dan nilai wajarnya Rp. 465.000.000,- Pada tanggal 1
April 2012 PT. I menerbitkan Laporan Posisi Keuangannya dan menerima
dividen tunai dari PT. A sebesar Rp.1.500.000,- serta PT. I menilai
investasinya pada PT. A sebesar Rp. 57.000.000,-
Jurnal yang dibuat PT. I :
(1) (D) Investasi pada PT. A ……. Rp. 50.000.000,-
(K) Pada Kas ………………………….. Rp. 50.000.000,-
(mencatat investasi di PT. A per 1 Januari 2015)

(2) (D) Kas …………………………..Rp. 1.500.000,-


(K) Pada Pendapatan Dividen ……… Rp. 1.500.000,-
(mencatat dividen yang diterima dari PT. A per 1 April 2015)
 
(3) (D) Investasi pada PT. A ………. Rp. 7.000.000,-
(K) Pada Keuntungan/Kerugian
Yg Belum Terealisasi Rp. 7.000.000,-
(mencatat kenaikan nilai investasi pada PT. A per 1 April 2015)
2. Metode Biaya
• Metode Biaya (cost method) digunakan oleh perusahaan induk
pada saat mempersiapkan laporan keuangan tersendiri, sebagai
informasi tambahan untuk laporan konsolidasi.
• Pada saat akuisisi/melakukan investasi dalam saham biasa pada
perusahaan investee dicatat sebesar harga perolehannya.
• Apabila akuisisi saham berhak suara perusahaan Investee dengan
harga lebih besar atau lebih kecil dari nilai ekuitas pokok, maka
perbedaan/selisih antara biaya perolehan investasi dari investor
dengan nilai buku bagian proporsional Investor atas aset bersih
dari investee dicatat sebagai selisih/diferensial.
• Selisih/diferensial ini tidak diamortisasi / dihapus-bukukan
• Selanjutnya perusahaan Investor hanya akan mencatat dividen
yang dibagikan oleh perusahaan investee sebagai pendapatan
dividen :
(D) Kas/Piutang Dividen Rp. xxxxxxx
(K) Pendapatan Dividen dari Investee Rp. Xxxxxx
• Apabila Dividen yg dibagikan lebih besar dari akumulasi laba sejak
tgl akuisisi, maka selisihnya dicatat sebagai Disinvestasi
Contoh : 2.2 Investasi dicatat berdasarkan Metode Biaya
Pada tanggal 1 Juli 2008 PT. I mengakuisisi 30% saham berhak
suara PT. A dengan membayar :
•secara tunai Rp.12.500.000,-
•menyerahkan sebidang tanah dengan nilai wajar
Rp.100.000.000,
•menyerahkan 12.500 lebar saham yg baru diterbitkan @
Rp.10.000,- per lembar yg diketahui mempunyai nilai pasar 110%.
•Saldo Ekuitas PT. A per 1 Januari 2008 adalah :
- Modal Saham Rp. 475.000.000,-
- Agio Saham Rp. 175.000.000,-
- Laba ditahan Rp. 100.000.000,-
•Selama tahun 2008 PT. A memperoleh laba sebesar
Rp.25.000.000,- dan membagikan dividen sebesar Rp.12.000.000,
yg telah dibayar tanggal 30 Desember 2008.
Buatlah jurnal kertas kerja yang diperlukan untuk mencatat
investasi saham pada PT. A, dan hitunglah selisih Biaya
Perolehan dibandingkan dengan Nilai Buku yang diakuisisi !
Jawaban : Contoh 2.2 Metode Biaya
a. Ayat Jurnal yang dibuat PT. I pada saat akuisisi ( 1 Juli 2008) sbb.:
(1) Investasi saham pada PT. A Rp. 250.000.000,-
Pada Kas ............................................ Rp. 12.500.000,-
Pada Aktiva lain (tanah) .................... Rp. 100.000.000,-
Pada Modal Saham ............................ Rp. 125.000.000,-
Pada Tambahan Modal disetor …….. Rp. 12.500.000,-
(untuk mencatat akuisisi, 30% investasi saham pada PT. A)
(2) Kas ………………………………. Rp. 3.600.000,-
Pada Pendapatan Dividen dr PT. A Rp. 3.600.000,-
(mencatat dividen yang 30% x Rp.12.000.000,-)
b. Perhitungan Selisih Biaya Perolehan dengan Nilai Buku Saham
Nilai Ekuitas PT. A per 1 Juli 2008 :
• Modal Saham PT. A ............................... Rp. 475.000.000,-
• Agio Saham ............................................ Rp. 175.000.000,-
• Laba ditahan (1-1-2008 Rp. 100.000.000,-
+ laba 1-1 s.d. 1-7-2008 Rp.25.000.000/2) Rp. 112.500.000,-
• Total Ekuitas PT. A per 1 Juli 2008 ...... Rp. 762.500.000,-
• Akuisisi 30% X Rp. 762.500.000,- ........ Rp. 228.750.000,-
• Harga Perolehan (jurnal a 1 di atas) Rp. 250.000.000,-
• Selisih Lebih Harga Perolehan di atas
Nilai Buku Ekuitas PT. A per 1–7–2008 (Rp. 21.250.000.-)
Pengumumam Dividen Lebih Besar dari Laba sejak Akuisisi :
Dividen yang dibagikan oleh PT. A nilainya lebih besar dari laba
operasi sejak tanggal akuisisi. Dividen yang bersumber dari laba di
atas laba operasional PT. A dicatat sebagai Dividen Likuidasi
(disinvetasi) yaitu pengembalian/ pengurangan dari nilai investasi
pada PT. A.
(D) Kas/ Piutang Dividen Rp. xxxx
(K) investasi saham pada perusahaan Anak Rp. Xxxx
Contoh : 2.3
PT. I mengakuisisi 10% saham biasa beredar PT. A per 1 Januari
2012, informasi Laporan L/R dan pembagian dividen PT.A sbb. :
1. Tahun 2012 : laba Rp.10.000.000,- dividen Rp.
8.500.000,-
2. Tahun 2013 : laba Rp.10.000.000,- dividen Rp.
12.500.000,-
3. Tahun 2014 : laba Rp. 10.000.000,- dividen Rp.
12.000.000,-
4. Tahun 2015 : laba Rp. 10.000.000,- dividen Rp.
7.500.000,-
Jurnal yang dibuat PT. I :
1) (D) Kas Rp. 850.000,-
(K) Pendapatan Dividen dari PT. A Rp. 850.000,-
(mencatat dividen yang diterima oleh PT. I tahun 2012 = 10% x Rp.
8.500.000,-)
 

2) (D) Kas Rp. 1.250.000,-


(K) Pendapatan Dividen dari PT. A Rp. 1.150.000,-
(K) Investasi pada PT. A Rp. 100.000,-
(mencatat dividen yang diterima oleh PT. I tahun 2013)
•Kas = 10% x Rp. 12.500.000,- dan Pendapatan dividen = 10% x (10.000.000
+ 1.500.000), Serta nvestasi pada PT. A = 10% x (21.000.000 – 20.000.000)

3) (D) Kas Rp. 1.200.000,-


(K) Pendapatan Dividen dari PT. A Rp. 1.000.000,-
(K) Investasi pada PT. A Rp. 200.000,-
(mencatat dividen yang diterima oleh PT. I tahun 2014)
•Kas = 10% x Rp. 12.000.000,-, dan Pendapatan dividen = 10% x 10.000.000,- serta
Investasi pada PT. A = 10% x 2.000.000
 
4) (D) Kas Rp. 750.000,-
(K) Pendapatan Dividen dari PT. A Rp. 750.000,-
(mencatat dividen yang diterima oleh PT. I tahun 2015 = 10% x
Rp.7.500.000,-)
Keterangan :
• Selama akumulasi laba yg diperoleh Investee (PT. A) sejak tgl akuisisi
jumlahnya sama dengan jumlah akumulasi dividen yg dibagikan, dividen yg
diterima oleh Investor (PT.I) dicatat sebagai “Pendapatan”
• Pada saat akumulasi laba Investee (PT. A) sejak tgl akuisisi lebih kecil
dibandingkan dengan akumulasi dividen yg dibagikan, maka selisihnya
dicatat sebagai “Disinventasi/Dividen Likuidasi”.
• Setelah investor (PT. I) mencatat “Dividen Likuidasi”, maka perbandingan
untuk periode berikutnya, antara laba dengan dividen kumulatif Investee (PT.
A) didasarkan pada tgl likuidasi terakhir, bukan tgl saat investor
mengakuisisi saham investee.
• Jika terjadi perubahan metode akuntansi, semula metode ekuitas menjadi
metode biaya, maka tgl perubahan metode tersebut menjadi tgl akuisisi
sebagai tgl refrensi untuk menentukan “Dividen Likuidasi”
• Ketika investor mengakuisisi saham investee sesaat sebelum pengumumam
dividen, maka dividen ini bukan “Dividen Likuidasi”, kecuali saldo investee
tdk mencukupi / secara spesifik diumumkan dividen likuidasi untuk seluruh
pemegang saham biasa.
Akuisisi Saham pada Tanggal Interim (Metode Biaya)
Apabila akuisisi saham pada tanggal Interim, maka ketika investee
mengumumkan dividen, investor harus menentukan apakah :
(a)seluruh dividen merupakan pendapatan dividen atau
(b)sebagian dividen yg diterima merupakan dividen likuidasi.
Contoh : 2.2 adalah akuisisi tahun Interim dan seluruh dividen
merupakan pendapatan dividen
Apabila pada contoh 2.2. di atas misalnya PT. A mengumumkan dividen
untuk tahun 2008 sebesar Rp. 20.000.000,-
•Dividen dari laba setelah tgl akuisisi adalah …… Rp. 12.500.000,-
•Dividen Likuidasari adalah ………………………… Rp. 7.500.000,-
Dicatat :
(D) Kas ………………… Rp. 6.000.000,-
(K) Pendapatan Dividen dari PT. A Rp. 3.750.000,-
(K) Investasi pada PT. A Rp. 2.250.000,-
(mencatat dividen yang diterima oleh PT. I tahun 2014)
•Kas = 30% x Rp. 20.000.000,-,
•Pendapatan dividen = 30% x 12.500.000,- Laba sejak 1-7-2008 s.d. 31-12-2007
•serta Investasi pada PT. A = 30% x 7.500.000
3. Metode Ekuitas:
•PSAK 15 (revisi 2013) tentang “Investasi pada Entitas Asosiasi dan
Ventura Bersama” mengharus metode ekuitas digunakan untuk
pelaporan investasi di mana kepemilikan investor atas saham berhak
suara memberikan investor “kemampuan untuk mempunyai pengaruh
signifikan atas kebijakan operasi dan keuangan” perusahaan.
•Selanjutnya ditetapkan bahwa investor yang mempunyai 20% atau
lebih saham berhak suara investee diasumsikan memiliki pengaruh
signifikan terhadap investee, maka investasi dilaporkan menggunakan
metode ekuitas.
•Suatu perusahaan memiliki hak kendali atas perusahaan lain disebut
Perusahaan Induk (Parent Campany), sedangkan perusahaan yang
dikendalikan disebut Perusahaan Anak (subsidiary company).
•Metode Ekuitas (Equity methode) digunakan untuk pelaporan
eksternal, jika investor memiliki pengaruh signifikan dalam kebijakan
operasi dan keuangan investasi. Umumnya kepemelikan saham oleh
investor 20% sampai 50% saham biasa investee.
• Ketentuan 20% itu tidak berlaku jika terdapat bukti lain yang
memberikan indikasi yang lebih baik mengenai kemampuan atau
ketidak-mampuan investor untuk mempengaruhi investee secara
signifikan, atau jika investor dibatasi oleh situasi selain kepemilikan
saham, seperti kepailitan investee atau pembatasan yang ketat atas
ketersediaan laba atau aset investee oleh pemerintah negara lain.
• Akuntansi berdasarkan metode ekuitas pada dasarnya adalah
akuntansi akrual, dimana investasi dicatat pada biaya perolehan
Selanjutnya saldo investasi akan disesuikan dengan keuntungan,
kerugian, dan dividen dari perusahaan anak sebesar bagian
miliknya (% kepemilikan perusahan induk).
(1) Akun Investasi akan ditambah dengan bagian keuntungan dari
perusahaan investee dicatat :
(D) Investasi saham pd Pershn. Investee Rp. Xxxx
(K) Pada pendapatan dari Pershn. Investee Rp. Xxxxx
(2) Akun Investasi akan dikurangi dengan bagian kerugian dari
perusahaan investee dicatat :
(D) Rugi dari Pershn. Investee ………….. Rp. xxxxx
(K) Pada Investasi saham pd Persh. Investee Rp. Xxxxx
(3) Akun Investasi akan dikurangi dengan bagian dividen dari
perusahaan investee dicatat :
(D) Kas/Piutang Dividen Persh. Investee Rp. xxxxx
(K) Pd Investasi saham pd Pershn. Investee Rp. Xxxxx
• Akuntansi metode ekuitas disebut juga konsolidsi satu-baris
(one-line consolidation), karena investasi dilaporkan sebagai
jumlah tunggal dalam neraca perusahan investor dan pendapatan
investasi dilaporkan sebagai jumlah tunggal dalam laporan laba
rugi. Konsolidsi satu-baris juga berarti bahwa pendapatan
perusahaan induk (investor) dan ekuitas pemegang saham adalah
sama, apabila perusahan anak/investi dipertanggung-jawabkan
melalui penerapan yang lengkap dan benar dari metode ekuitas
seperti saat laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan
anak dikonsolidasikan

Contoh : 2.4 Metode Ekuitas


Pada tanggal 1 Juli 2008 PT. I mengakuisisi 30% saham berhak suara
PT.A dengan membayar
• secara tunai Rp.25.000.000,-
• menyerahkan sebidang tanah nilai wajar Rp.200.000.000,-
• menyerahkan 25.000 lebar saham yang baru diterbitkan @
Rp.10.000,- per lembar yg mempunyai nilai pasar 110%.
• Untuk penggabungan perusahaan ini PT. I telah mengeluar-kan
biaya penerbitan saham sebesar Rp.2.500.000,- dan membayar
biaya konsultan sebesar Rp. 10.000.000,-.
• Selama tahun 2008 PT. A memperoleh laba Rp.50.000.000,- dan
membagikan dividen sebesar Rp.30.000.000,- yg telah dibayar
tanggal 30 Desember 2008.
1. Ayat Jurnal yang dibuat untuk perusahaan Investor pada saat akuisisi
sbb.:
(a) Invst. saham pd persh. Investee Rp. 500.000.000,-
Pada Kas .................................................... Rp. 25.000.000,-
Pada Aktiva lain (tanah) ........................... Rp. 200.000.000,-
Pada Modal Saham ................................... Rp. 250.000.000,-
Pada Tambahan Modal disetor ………… Rp. 25.000.000,-
(untuk mencatat akuisisi, 30% investasi saham pada PT. A)
(b) Beban akuisi saham PT.A ……….. Rp. 10.000.000,-
Biaya Akuisisi tangguhan (agio shm) Rp. 2.500.000,-
Pada Kas ............................................... Rp. 12.500.000,-
(untuk mencatat biaya akuisisi ekuitas PT. A)
2. Ayat Jurnal untuk mencatat Laba-rugi dan Dividen yang dibagikan PT. A
berdasarkan Metode Ekuitas sbb.:
(a) Dividen yang diterima dari PT. A tanggal 30 Desember 2008 dicatat oleh
PT. I
(D) Kas ……………………… Rp. 9.000.000
(K) Pada Investasi Saham pada PT. A Rp. 9.000.000
(Jumlah Dividen yg diterima PT. I = 30% X Rp. 30.000.000,-)
(b) Laba yang dipeproleh PT. A yang dilaporkan tanggal 31
Desember 2008 oleh PT. I dicatat :
(D) Investasi Saham pada PT. A Rp. 7.500.000
(K) Pada Pendapatan dari PT. A……. Rp. 7.500.000
(Bagian Laba untuk PT. I sejak 1 Juli 2008 sampai dengan 31
Desember 2008 = 30% X (6/12 X Rp. 50.000.000,-)

3. Akibat dari jurnal 2a dan 2b di atas maka saldo Investasi


Saham Pada PT. A per 31 - 12 - 2008 menjadi terkoreksi
yaitu :
• Investasi awal (1-7-2008) …………….. Rp.
500.000.000,-
• Dividen yg diterima (30-12-2008) …… Rp. 9.000.000,-
Rp. 491.000.000,-
• Bagian Laba (31-12-2008) ……………. Rp. 7.500.000,-
• Saldo Investasi saham di PT. A …….. Rp. 498.500.000,-
Biaya Perolehan (Biaya Investasi) Lebih Besar dan atau Lebih Kecil dari
Ekuitas Pokok (Nilai Buku Ekuitas) yang diakuisisi
• Akuisisi saham berhak suara perusahaan Investee untuk seluruhnya
(100%) dan atau sebagian (kurang dari 100%)
• HargaPerolehan/Nilai Investasi : lebih besar atau lebih kecil dari nilai
ekuitas pokok.
• Perbedaan/selisih antara biaya perolehan investasi dari investor
dengan nilai buku bagian proporsional Investor atas aset bersih
perusahaan investee dicatat sebagai selisih/diferensial.
1. Nilai Investasi / Harga Perolehan lebih besar dari Ekuitas Pokok
a. Perbedaan ini harus dialokasikan pada setiap akun aktiva dan
kewajiban perusahaan investi yang dapat diidentifikasikan
berdasarkan nilai wajarnya, dan jumlahnya ditetapkan dengan
rumus :
(Nilai Wajar - Nilai Buku) X % akuisisi = Jumlah Kelebihan yang
ditetapkan
Sisanya yang tidak dialokasikan dicatat sebagai Goodwill
b. Pada akhir periode akuntansi setelah akuisisi perusahaan Investor
akan membebankan jumlah kelebihan yang ditetapkan dan goodwill
(sub a) sbb. :
 Untuk aktiva lancar yg habis dijual/digunakan dan kewajiban
yg telah dilunasi pada periode tahun berjalan, dibebankan
seluruhnya (sekaligus) dengan lawan akun ”Investasi pada
Perusahaan Investi”
• Jika Aset Nilai Bukunya < Nilai Wajarnya dicatat :
(D) Pendapatan dari PT. A
(K) Investasi pada PT. A, dan sebaliknya.
• Jika Liabilitas Nilai Bukunya > Nilai Wajarnya dicatat :
(D) Pendapatan dr PT. A
(K) Investasi pd PT. A dan sebaliknya
 Untuk Aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang,
dibebankan (didepresiasi) selama sisa umur aktiva dan
kewajiban yang bersangkutan.
 Untuk Goodwill diamortisasi/diukur kembali nilainya (PSAK
No. 19)
– Pada akhir periode akutansi saldo “Investasi pada Perusahaan
Investee” akan berubah yaitu Nilai Investasi (Harga Perolehan
awal) ditambah bagian atas pendapatan/laba atau dikurangi
bagian atas rugi perusahaan investee dan dikurangi bagian
dividen yang diterima dari perusahaan investee.
Perbedaan antara Saldo Investasi pada akhir periode dengan Ekuitas
Pokok pada akhir periode akuntansi merupakan kelebihan biaya
investasi terhadap nilai buku yang diperoleh, yang belum
dibebankan/diamortisasi.
d. Jika nilai kelebihan ini telah diamortisasi semuanya maka saldo
investasi akan sama dengan nilai buku pokok ekuitas pemegang
saham perusahaan investi yang diakuisisi.
2. Biaya Investasi (Harga Perolehan) lebih kecil dari Ekuitas Pokok
(Nilai Buku) yang diakuisisi
a. Situasi ini mengidentifikasikan bahwa aktiva bersih yang dapat
di identifikasikan dari perusahan investee dinilai terlalu tinggi
(overstated) atau bahwa kepemilikan diperoleh pada harga
murah (bargain price).
b. Jika aktiva dinilai terlalu tinggi maka kelebihan itu mengurangi
aktiva tertentu yang dinilai terlalu tinggi dengan rumus sama
seperti pada sub 1 a di atas, tetapi tidak ada goodwill.
Sisanya yang tidak dialokasikan dicatat sebagai keuntungan
Akuisisi.
Contoh : 2.5
Pada tanggal 1 Januari 2006 PT I mengakuisisi 90% saham
biasa berhak suara yang beredar PT. A secara langsung dari
para pemegang saham PT.A dengan membayar :
• secara tunai sebesar Rp.5.000.000,-
• Menyerahkan 1.000 lembar saham biasa PT. I nominal @
Rp.1.000,00 dan nilai pasar @ Rp.5.000,-
• Biaya akuisisi telah dibayar oleh PT.I seperti biaya penerbitan
dan pencatatan saham sebesar Rp. 100.000,- dan biaya
akuisisi lainnya sebesar Rp. 200.000,00.
• Infromasi berikut merupakan Neraca PT. I dan PT. A pada saat
akuisisi.
URAIAN : PT. I PT. A
AKTIVA : NILAI BUKU NILAI BUKU NILAI WAJAR
Kas 6.600.000 200.000 200.000
Piutang Usaha (neto) 700.000 300.000 300.000
Persediaan 900.000 500.000 600.000
Aktiva lancar lainnya 600.000 400.000 400.000
Peralatan (neto) 7.000.000 2.000.000 1.700.000
Bangunan (neto) 8.000.000 4.000.000 5.000.000
Tanah 1.200.000 600.000 800.000
Total Aktiva 25.000.000 8.000.000 9.000.000
KEWAJIBAN :
Hutang Usaha 2.000.000 700.000 700.000
Hutang Wesel 3.700.000 1.400.000 1.300.000
Total Kewajiban 5.700.000 2.100.000 2.000.000
EKUITAS :
Modal Saham 10.000.000 4.000.000
Agio Saham 5.000.000 1.000.000
Laba ditahan (defisit) 4.300.000 900.000
Total Ekuitas 19.300.000 5.900.000
Diminta :
a. Buatlah jurnal kertas kerja mencatat Investasi PT. I pada PT. A per
1 Januari 2006
b. Pada tanggal 1 Januari 2006 alokasikan kelebihan biaya investasi
(harga perolehan) dengan ekuitas pokok (nilai buku ekuitas PT.A)
yang diakuisisi PT. I yang belum diamortisasi pada tiap aktiva dan
kewajiban serta pada goodwill.
c. Pada tanggal 31 Desember 2006, bebankan jumlah kelebihan biaya
investasi pada tiap-tiap aktiva dan kewajiban serta pada goodwill.
4. Tentukan saldo akun Investasi Saham pada PT. A dan jumlah
kelebihan biaya investasi yang belum diamortisasi per 31
Desember 2006.

Jawaban : Contoh 2.5.


a. Jurnal Kertas Kerja mencatat investasi dan biaya akuisisi :
(1) Jurnal Investasi
Investasi Saham pada PT.A Rp.10.000.000  
Pada Kas ...................................................... Rp. 5.000.000 
Pada Modal Saham PT. I ............................ Rp. 1.000.000 
Pada Agio Saham ....................................... Rp. 4.000.000
( mencatat akuisisi PT.A dgn membayar tunai Rp.5.000.000,- dan
menerbitkan 1.000 lembar saham PT. I )
(2) Jurnal mencatat biaya akuisisi dalam akun ”suspen”
(a) Biaya akuisisi saham PT.A Rp. 200.000,-
Pada Kas ...................................................... Rp. 200.000,-
(mencatat biaya akuisisi lainnya)

(b) Agio Saham PT. I (Biaya akuisisi


tangguhan) Rp. 100.000  ,-
Pada Kas ...................................................... Rp. 100.000,-
(mencatat biaya penerbitan saham)

b. Alokasi kelebihan biaya investasi dan penetapan Goodwill


- Nilai Investasi per 1 Januari 2006 ..... = Rp.10.200.000,-
- Nilai buku saham PT.A yg diakuisisi = Rp. 5.310.000,-
- Selisih lebih Investasi > Nilai buku = Rp. 4.890.000,-

Perincian alokasi kelebihan Nilai Investasi di atas Nilai Buku


Ekuitas Investee dan penetapan Goodwill seperti pada Tabel
berikut :
URAIAN NILAI BUKU NILAI WAJAR KELEBIHAN PENETAPAN
AKTIVA :
Kas 200.000 200.000 0 0
Piutang Usaha (neto) 300.000 300.000 0 0
Persediaan 500.000 600.000 100.000 90.000
Aktiva lancar lainnya 400.000 400.000 0 0
Peralatan (neto) 2.000.000 1.700.000 (300.000) (270.000)
Bangunan (neto) 4.000.000 5.000.000 1.000.000 900.000
Tanah 600.000 800.000 200.000 180.000
Total Aktiva 8.000.000 9.000.000
KEWAJIBAN :
Hutang Usaha 700.000 700.000 0 0
Hutang Wesel 1.400.000 1.300.000 100.000 90.000
Total Kewajiban 2.100.000 2.000.000
EKUITAS :
Modal Saham 4.000.000
Agio Saham 1.000.000
Laba Ditahan (Defisit) 900.000
Total Ekuitas 5.900.000
JUMLAH = 1.100.000 990.000
SELISIH LEBIH INVEST.> N. BUKU 4.890.000
GOODWILL ……………………… 3.900.000
c. Membebankan kelebihan biaya investasi dan Goodwill per 31
Desember 2006
1. Persediaan dibebankan seluruhnya
(karena habis terjual th.2006) ................................... Rp. 90.000
2. Peralatan (bersih) didepresiasi selama 5 tahun yaitu
sisa umur manfaatnya .............................................. (Rp. 54.000)
3. Gedung (bersih) didepresiasi selama 20 tahun yaitu
sisa umur manfaatnya .............................................. Rp. 45.000
4. Tanah tidak didepresiasi ......................................... Rp. -
5. Goodwill (diasumsikan terjadi penurunan nilai ) Rp.195.000
6. Wesel Bayar (dibebankan seluruhnya karena
sudah ditarik tahun 2006 .......................................... Rp. 90.000
Jumlah penurunan pendapatan PT. I atas PT.A .......... Rp.366.000
d. Saldo Investasi saham pada PT. A per 31-12-2006
1. Nilai pada saat akuisisi 1-1-2006 ............................... Rp.10.200.000
2. Bagian laba dari PT. A = 90% x Rp.800.000 .............. Rp. 720.000
3. Bagian dividen dari PT. A = 90% x Rp.300.000 ......... (Rp 270.000)
4. Penurunan pendapatan karena pembeban kelebihan
nilai Investasi ............................................................... (Rp 366.000).
Saldo Investasi saham pada PT. A per 31-12-2006 Rp.10.284.000
Nilai buku Ekuitas pokok per 31-12-2006 =
( Ekuitas awal + laba 2006 – dividen 2006) x 90% Rp. 5.780.000
Jumlah kelebihan biaya investasi yg belum diamortisasi Rp 4.524.000
Penjualan Aset Perusahaan Investee yg terkait dengan Selisih
Jika investee menjual aset dengan mana selisih tersebut terkait,
maka bagian selisih tersebut harus dikeluarkan dari akun
Investasi di pembukuan Investor, dan mengakui keuntungan
atau kerugian atas penjualan aset tersebut.
Contoh : 2.6
Misalkan data pada contoh 2.5. di atas, Aset Tanah PT. A yg
diperoleh 1 Januari 2006 seharga Rp. 600.000,- pada akhir
tahun 2006 dijual dengan harga Rp.850.000,- dan PT. A
melaporkan memperoleh laba sebesar Rp.750.000 untuk tahun
2006 termasuk laba atas penjualan Tanah sebesar Rp.
250.000,-
Jurnal yang dibuat PT. I sbb.:
(1) (D) Investasi pada saham PT. A Rp. 675.000,-
(K) Pada Pendapatan dari PT. A Rp. 675.000,-
(mencatat bagian laba 90% x Rp. 750.000)

(2) (D) Pendapatan dari PT. A Rp. 180.000,-


(K) Pada Investasi saham di PT. A Rp. 180.000,-
(mencatat selisih akibat kenaikan harga tanah / nilai wajar pada
saat akuisisi dibebankan Rp.180.000,- )
Akuisisi Interim dari suatu Kepemilikan (Metode Ekuitas)
Apabila akuisisi merupakan suatu Akuisisi Interim), maka harus
berpedoman pada asumsi dasar bahwa pendapatan/rugi
perusahaan investi diperoleh secara proporsional sepanjang tahun,
jika tidak ada bukti yang menyatakan sebaliknya.
Selanjutnya dilakukan perhitungan atas :
a.Ekuitas pokok pada saat akuisisi untuk menentukan apakah biaya
perolehan lebih besar atau lebih kecil dari ekuitas pokok yang
diakuisisi.
b.Bagian pendapatan/rugi yang harus diakui perusahan investor
sejak tanggal akuisisi sampai dengan akhir periode akuntansi
c.Bagian dividen yang diterima oleh perusahaan investor
Contoh : 2.7
Pada tanggal 1 Okotber 2010 PT. I mengakuisisi 40% saham
beredar PT. A dengan harga Rp.80.000.000,- Diketahui bahwa :
- Aktiva bersih PT. A pada tanggal 1 Januari 2010
Rp.150.000.000,-
- Tahun 2010 PT. A melaporkan laba bersih Rp.
25.000.000,-
- Pada tanggal 1 Juli 2010 mengumumkan pembagian
dividen Rp.15.000.000,-
- Pada saat akuisisi nilai buku aktiva dan kewajiban PT. A sama
dengan nilai wajarnya kecuali : untuk Gedung yang nilai
bukunya Rp.40.000.000,- mempunyai nilai wajar Rp.
60.000.000,- serta mempunyai sisa umur ekonomis 20 tahun
sejak 1 Oktober 2010.
- Selisih harga perolehan dengan Nilai Buku dicatat sebagai
Goodwill ditetapkan terjadi penurunan nilai goodwil per 31-12-
2010 sebesar.Rp. 525.000,-

Perhitungan yang dapat dibuat :


1. Menghitung jumlah Ekuitas Pokok pada tanggal 1
Oktober 2010 untuk menentuk selisih Biaya Perolehan dengan
Nilai Buku Ekuitas dan menghitung besarnya Goodwill.
2.Saldo Investasi dan Selisih/Kelebihan Biaya Perolehan yang
belum dibebankan pada tanggal 31 Desember 2010.

74
1 Menghitung Selisih Harga Perolehan dengan Nilai Buku Ekuitas
Harga Perolehan Investasi pd PT. A (at Cost) 1 Oktober 2010 Rp 80,000,000
Nilai Ekuitas PT. A per 1 Oktober 2010    
a. Nilai Ekuitas awal (1 Januari 2010) ………………………….... Rp 150,000,000  
b. Pendapatan s.d. 1 Oktober 2010 = 9/12 x Rp. 25.000.000,- Rp 18,750,000  
c. Dividen yang dibagikan 1 Juli 2010 ....................................... Rp (15.000,000 )  
Total saldo Ekuitas per 1 Oktober 2010 .............................. Rp 153,750,000

Hak Kepemilikan sebesar 40 % x Rp. 153.750.000,- ………............................................ = Rp 61,500,000

Kelebihan Biaya Perolehan di atas Nilai Buku saham PT.A ………….…………….…… = Rp 18,500,000
Kelebihan Biaya Perolehan di atas Nilai Buku ditetapkan pada :  
Bangunan (Rp. 60.000.000 - Rp. 40.000.000) x 40% ………..…………….……………….. = Rp 8,000,000
Goodwill yang timbul dari akuisisi saham PT. A …….…………………………………….. = Rp 10,500,000
   
2 Saldo Investasi per 31 Desember 2010 menjadi :  
Saldo per 1 Oktober 2010 ............................................................................................... = Rp 80,000,000
Hak atas laba 1/10 s.d. 31/12’2010 : 3/12 x Rp.25.000.000 x 40% Rp 2,500,000  
Amortisasi atas penetapan nilai Gedung (Rp.80.000.000/20 x 3/12) Rp. (100.000)  
Penurunan nilai Goodwill tahun 2010 …………..………………... = Rp (525,000) Rp 1,875,000
Jadi Saldo Investasi pd PT. A per 31 Desember 2010 …...…….... ..................... = Rp 81,875,000
    
Saldo Ekuitas PT. A per 31 Desember 2010  
a. Saldo Awal ………………………………………………………. = Rp 150,000,000  
b. Laba tahun 2010 ………………………………………………… = Rp 25,000,000  
c. Dividen …………………………………………………………… = Rp (15,000,000) Rp 160,000,000

Hak Kepemilikan PT. I = 40% x Rp. 160.000.000,- ………...........................................….. = Rp 64,000,000

Saldo Kelebihan Biaya Peroleh yg belum dibebankan per 31/12'2010   75


= (Rp.18.500.000 - (Rp.100.000 + Rp.525.000)) atau Rp.81.875.000 - Rp.64.000.000 Rp 17,875,000
PEMBELIAN SAHAM SECARA LANGSUNG DARI INVESTI
Pembelian saham secara langsung adalah investor membeli saham-saham
perusahaan investi yang baru diterbitkan, maka persentase kepemilikan
Investor dihitung berdasarkan pada total saham yang beredar setelah
akuisisi (jumlah saham beredar setelah saham baru diterbitkan). Demikian
juga nilai buku kepemilikan yang diperoleh oleh investor, dihitung dengan
mengalikan persentase kepemilikan dengan total ekuitas pemegang
saham investi setelah penjualan saham yang baru diterbitkan.
Contoh : 2.8. Pemilikan Saham Langsung dari Perusahaan
• Pada tanggal 2 Januari 2010 PT. I membeli 20.000 lembar saham-saham PT. A yang
baru diterbitkan dengan harga Rp.450.000.000,-. Saldo ekuitas PT. A per 31
Desember 2009 adalah :
Saham biasa nilai nominal @ Rp. 10.000,- (20.000 lmb) = Rp. 200.000.000,-
Laba ditahan ……………………………………………….. = Rp. 150.000.000,-

• Jadi Jumlah lembar saham yg beredar per 2 – 1 - 2010 menjadi 40.000 dengan nilai :
Nillai Buku saham per 31 Desember 2009 …………….. = Rp. 350.000.000,-
Harga Jual 20.000 lembar saham per 2 Januari 2010 = Rp. 450.000.000,--
JUMLAH ………………………………….. = Rp. 800.000.000,-
Nilai buku saham PT. A yang diakuisisi oleh PT. I adalah 50% x Rp. 800.000.000,- =
Rp.400.000.000
Terjadi selisih lebih biaya perolehan di atas nilai Buku Saham PT.A = Rp.50.000.000 (Rp.450.000.000 -
Rp.400.000.000,- = dan dicatat sebagai Goodwill.

76
PERUSAHAAN INVESTI DENGAN SAHAM PREFEREN
Apabila perusahaan investi juga memiliki saham preferen (preferred stock),
maka perlu diperhatikan :
a. Pengalokasian ekuitas pemegang saham perusahan investee menjadi
komponen ekuitas preferen dan biasa atas akuisisi, untuk menentukan
nilai buku investasi saham biasa.
b. Pengalokasian laba bersih perusahaan investi menjadi komponen
pendapatan saham preferen dan pendapatan saham biasa, untuk
menentukan bagian investor atas pendapatan perusahaan investee untuk
pemegang saham biasa.
Contoh : 2.9 Perusahaan Anak memiliki Saham Preferen
Diketahui bahwa saldo ekuitas PT. A sebagai berikut :
1 Januari 2010 31 Dsember 2010
Saham Preferen 10% kumulatif @ Rp.10.000.= Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
Saham Biasa @ Rp. 10.000,- …………………… Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.000,-
Agio Saham/Modal disetor ………………………. Rp. 500.000,- Rp. 500.000,-
Laba Ditahan ……………………………………… Rp. 1.500.000,- Rp. 2.000.000,-
JUMLAH …………… Rp. 6.000.000,- Rp. 6.500.000,-
Pada tanggal 2 Januari 2010 PT. I membeli 40% saham biasa yang
beredar PT. A seharga Rp.2.500.000.,-. Tahun 2010 PT. A mempeoleh
Laba Rp.700.000,- dan pada akhir tahun membagikan dividen
Rp.200.000,- Sellisih harga perolehan dengan nilai buku ekuitas PT. A
dicatat sebagai goodwill dan akhir tahun 2010 nilainya turun Rp.25.000,-
Jawaban : Contoh 2.9
• Harga Perolehan saham PT.A per 2 Januari 2010 … Rp. 2.500.000,-
• Nilai buku saham yg diakuisisi = 40% x (Rp.6.000.000,-
– Rp.1.000.000,- ) ………………………………..… Rp. 2.000.000,-
• Kelebihan Biaya Peolehan > Nilai Buku Saham-2
PT.A (Goodwill) …………………………………………… Rp. 500.000,-

Hak PT. I atas pendapatan PT. A per 31 Desember 2010:


Laba bersih tahun 2010 ………………………………… = Rp. 700.000,-
Dividen Saham Preferen : 10% x Rp. 1.000.000,- …… = Rp. 100.000,-
Sisa laba untuk pemegang saham biasa ……………… = Rp. 600.000,-
Bagian untuk PT. I = 40% x Rp. 600.000,- ……………. = Rp. 240.000,-
Penurunan nilai Goodwill tahun 2010 ………...………. = Rp. 25.000-
Pendapatan dari PT.A diakui oleh PT.I ,,,,,,,,,,,,,,……… = Rp. 215.000,-
 
Catatan : Jenis-2 saham preferen dan hak atas laba perusahaan dibaca buku
intermediate

78
Perubahan Jumlah Saham yang Dimiliki
Perubahan dalam jumlah kepemilikan saham investee akibat dari
dividen saham, dan pemecahan saham tidak menyebabkan
perubahan dalam pembukuan investor. Tetapi perubahan jumlah
kepemilikan saham dapat juga akibat dari “Pembelian Saham
Tambahan (akuisisi bertahap)” atau “Penjualan Saham”.
(1)Pembelian Saham Tambahan
-Pembelian Saham Tambahan dicatat sebesar nilai wajar dalam
cara yg sama sebagaimana investasi awal
-Kepemilikan saham sebelumnya harus dinilai ulang terlebih
dahulu berdasarkan nilai wajar yg sama yg diaplikasikan untuk
saham tambahan.
-Akibat penilaian ulang “L/R tidak Terealisasi “ harus diakui.
-Hitung kembali jumlah (%) kepemilikan pada Persh. Investee
-Jika terbukti kepemilikan saham tambahan memberikan hak
pengendalian kpd Investor, maka selanjutnya untuk mencatat
investasi harus diganti dengan metode ekuitas.
-Metode Ekuitas harus diterapkan secara retroaktif dari tanggal
investasi awal .
Contoh : 2.10.
Pada tanggal 1 Januari 2010 PT. I mengakuisisi 10% saham PT. A
dengan harga Rp. 750.000,- yang pada saat memiliki saldo Ekuitas :
•Modal Saham Rp. 5.000.000,-
•Laba ditahan Rp. 2.000.000,-
Pada tanggal 1 Januari 2011 PT. I mengakuisisi 10% saham PT. A
dengan harga Rp. 850.000,- yang pada saat memiliki saldo Ekuitas :
•Modal Saham Rp. 5.000.000,-
•Laba ditahan Rp. 2.500.000,-
Pencatatan :
•Tgl 1 Januari 2010 : Investasi 10% : berdasarkan Metode Biaya
-Nilai Investasi sebesar ………………….Rp. 750.000,-
-Nilai Buku Ekuitas 10% x Rp.7.000.000,- Rp. 700.000,-
-Selisih Nilai Investasi > Nilai Buku ……. Rp. 50.000,-
•Tgl 1 Januari 2011 : Investasi Tambahan 10%
-Nilai Investasi sebesar ………………….Rp. 850.000,-
-Nilai Buku Ekuitas 10% x Rp.7.500.000,- Rp. 750.000,-
-Selisih Nilai Investasi > Nilai Buku ……. Rp. 100.000,-
Sejak 1 Januari 2011 Investasi 20%, maka harus dicatat berdasarkan
Metode Ekuitas
•Selisih nilai Investasi > Nilai Buku yg diakuisisi per 1 Januari 2010 Rp.
50.000,- dicatat sebagai Goodwill
•Misalnya diketahui terjadi penurunan nilai Goodwill selama tahun
2010 sebesar Rp.5.000,-
•Nilai tercatat (carrying value) dari investasi 10% per 1 Januari 2010
sebesar Rp.750.000,- harus disesuaikan sbb.:
(1)Investasi saham pada PT. A …. Rp. 50.000,-
Pada Laba Dithan ……………… Rp. 50.000,-
(mencatat kenaikan laba PT. A sebesar 10% x Rp.500.000,-)
(2) Laba ditahan …………………….. Rp. 5.000,-
Pada Investasi saham pada PT. A Rp. 5.000,-
(mencatat penuruan nilai goodwill)
•Selanjutnya nilai investasi per 1 Januari 2011 adalah Rp.1.645.000,-
dengan Nilai Goodwill Rp. 145.000,-
Perhitungan Nilai Investasi sbb.:
-Investasi 1 Januari 2010 setelah disesuaikan
- (Rp.750.000 – (Rp.50.000 - Rp.5.000,-) Rp. 795.000,-
-Investasi 1 Januari 2011 + Rp.850.000,-) Rp. 850.000,-
-Saldo Investasi per 1 Januari 2011 Rp.1.645.000,
Goodwill = Rp. 45.000,- + Rp. 100.000,- Rp. 145.000.-
(2) Penjualan Saham
Apabila investor menjual sebagian investasi ekuitasnya,
sehingga kepemilikannya pd perusahaan investi menjadi
kurang dari 20%, maka :
•sejak itu investasi dipertanggungjawabkan berdasarkan
metode biaya
•saldo akun investasi setelah penjualan menjadi dasar
biaya yang baru.
•Tidak ada penyesuaian yang diperlukan
•keuntungan atau kerugian penjualan kepemilikan ekuitas
adalah perbedaan antara harga jual dan nilai buku
kepemilikan ekuitas sesaat sebelum penjualan.
•Laba/rugi penjualan ini dicatat sebagai laba/rugi periodik
bagi perusahaan investor.
Contoh : 2.11.
Penjualan Kepemilikan Saham Perusahaan Induk
•Tgl 1 Januari 2009 PT. I mengakuisisi 40% saham yg beredar PT.A
sebanyak 320.000 lembar saham dengan harga Rp.580.000.-
•Saldo Total ekuitas PT. A sebesar Rp.1.200.000,- dimana nilai buku
kekayaan dan kewajibannya sama dengan nilai wajarnya.
•Selisih Biaya Perolehan dengan Nilai Buku Saham yang diakuisisi
dicatat sebagai Goodwill.
•Jadi besarnya Goodwill pada saat akuisisi :
-Nilai Investasi …………………………… Rp. 580.000.-
-Nilai Perolehan (40% x Rp.1.200.000.-) Rp. 480.000,-
-Goodwill ………………..……………… Rp. 100.000,-
•Penurunan nilai goodwill setiap tahun ditetapkan Rp. 10.000,-
•Tanggal 31 Desember 2011 :
-Total Saldo Ekuitas PT. A Rp.1.500.000,-
-Saldo Investasi Saham pd PT. A sebesar Rp. 670.000,- yaitu (40%
x Rp. 1.500.000,- = Rp.600.000) ditambah Saldo Goodwill yang
belum diamortisasi Rp. 70.000,-
•Tgl 1 Januari 2012 PT. I menjual 80% kepemilikannya atas
saham-saham PT. A seharga Rp.600.000,-
Berdasarkan data di atas maka :
• Sejak 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2011 PT. I
mencatat investasi saham-saham pada PT.A berdasarkan metode
Ekuitas.
• Pada tanggal 1 Januari 2012 PT. I membukukan / mencatat
pendapatan dari penjualan kepemilikan saham pd PT. A
- Nilai Penjualan 80% investasi pd PT. A …….. = Rp. 600.000,-
- Nilai buku investasi 80% x Rp.670.000,- …….. = Rp. 536.000,-
- Keuntungan penjualan ………………………… = Rp. 64.000,-
- Jurnal :
(K) Kas …………… Rp. 64.000.000,-
(K) Pendapatan (laba penjl Saham) Rp.64.000.000,-
• Sejak 1 Januari 2012 PT. I mencatat investasi saham-saham pada
PT. A berdasarkan metode Biaya, karena kepemilikan saham-
saham PT. A hanya tinggal (20% x 40%) = 8%.
• Sebagai dasar pencatatan biaya perolehan Investasi saham-saham
pada PT. A per 1 Januari 2012 adalah sebesar 20% x Rp.
670.000.000 = Rp. 134.000.000,-
84
Bagian Investor atas Laba/Rugi Komprehensif Lainnya
Apabila investee melaporkan adanya “Laba/Rugi Komprehensif Lainnya”
(Other Comprehensive Income or Loss) yaitu keuntungan/ kerugian yang
belum direalisasikan (setelah dikurangi pajak) dihasilkan dari
peningkatan/penurunan nilai wajar dari investasi saham yang
diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, maka investor mengakui
bagian proporsionalnya (sebesar % kepemilikan) atas keuntungan/
kerugian yang belum direalisasikan tersebut dan akan mempengaruh
nilai Laba/Rugi Komprehensif Lainnya yang tercatat dalam buku
investor, apabila metode Ekuitas yang digunakan dicatat dengan jurnal :
1) (D) Investasi pada Saham PT. A …………,,,,, Rp. xxxxx
(K) Pada Keuntungan belum direalisasikan
dari Investor pada Investee ………………… ….. Rp. Xxxxx
(mencatat bagian laba yang belum direalisasikan)
2) Dicatat sebaliknya atas bagian penurunan/rugi yang belum
direalisasikan.
Misalnya : PT. I memiliki 80% saham beredar PT. A, pada akhir tahun PT. A
melaporan laba sebesar Rp. 125.000,- termasuk laba yang belum
direalisasikan sebesar Rp. 25.000,- maka sebesar Rp. 80.000,- dicatat
sebagai Pendapatan dan Rp. 20.000,- dicatat sebagai bagian Laba
Komprehensife yang belum direalisasikan.
PSAK 15 mengatur lebih lanjut tentang Pelaporan Metode Ekuitas sbb.:
1. Jika bagian investor atas bagian kerugian investee melebihi nilai
tercatat investasi, maka metode ekuitas tidak lagi dipergunakan
ketika nilai investasi telah menjadi nol. Tidak ada lagi kerugian yang
diakui oleh investor. Jika setelah metode ekuitas tidak lagi
dipergunakan, investee melaporkan laba bersih, maka investor
harus menggunakan metode ekuitas kembali, tetapi hanya setelah
bagian investor atas laba bersih sama dengan bagiannya atas rugi
yang sebelumnya tidak diakui.
2. Dividen preferen dari investee harus dikurangi dari laba bersih
investee jika diumumkan atau, diumumkan atau tidak, jika saham
preferen tersebut kumulatif, sebelum investor menghitung
bagiannya atas laba investee.
3. Jika terdapat penurunan permanen atas nilai investasi, maka nilai
tercatat investasi harus dikurangi untuk mengakui penurunan
tersebut.
4. Investor harus mengungkapkan nama, lokasi, persentase
kepemilikan, dan persentase hak suara (jika berbeda dengan
persentase kepemilikan) untuk tiap investee.
BAB III
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

a. Pengertian dan beberapa istilah dalam


penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian.
b. Mengidentifikasi Hak Suara Pengendalian
c. Persyaratan Akuntansi Penyusunan Laporan
Keuangan Konsolidasi
d. Teknik dan prosedur Konsolidasi
e. Entitas Investasi – Pengecualian terhadap
Konsolidasi
f. Pengungkapan
g. Hak Nonpengendalian (Minoritas)
Konsep dan Laporan Keuangan Konsolidasi
Perusahaan-2 raksasa kelihatannya perusahaan tunggal, tetapi
sebenarnya hampir semuanya terdiri dari sejumlah perusahaan-2
terpisah, seperti PT.Astra Internasional memiliki anak perusahaan
PT.Astra Graphis, PT. Astra Agro Lestari, PT. Astra Aotuparts, dan PT.
United Tractors.
Dua perusahaan dianggap perusahaan berelasi atau afiliasi (relatid
company or affiliates), ketika suatu perusahaan mengendalikan
perusahaan lain atau kedua perusahaan di bawah pengedalian
manajemen yang sama, maka Laporan Keuangan Konsolidasi umumnya
dianggap lebih berguna dibandingkan Laporan Keuangan Tersediri
perusahaan tersebut.
PSAK 65 menyatakan bahwa Laporan Keuangan Konsolidasi biasanya
diterapkan untuk sekelompok perusahaan ketika salah satunya “memiliki
pengendalian atas kepentingan keuangan perusahaan di perusahaan-
perusahaan lainnya”. “kondisi umum untuk pengendalian atas
kepentingan keuangan adalah kepemilikan berhak suara mayoritas..”.
Teori Konsolidasi
1. Teori Perorangan (proprietary theory) yaitu induk perusahaan
hanya mengkonsolidasikan sebesar proporsi kepemilikan atas aset,
liabilitas, pendapatan dan beban anak perusahaan.
2.Teori Induk Perusahaan (parent company theory) yaitu induk
perusahaan mengkonsolidasikan seluruh aset, liabilitas dan beban
anak perusahaan. Pengakuan terpisah disajikan di laporan poisisi
keuangan konsolidasi atas klaim kepentingan nonpengedali atas aset
bersih anak perusahaan dan juga dalam laporan laba rugi
dialokaksikan bagian laba/rugi untuk pemegang saham
nonpengendali.
3.Teori entitas (entity theory) yaitu berfokus pada perusahaan sebagai
entitas ekonomi terpisah, bukan pada hak kepemilikan pemegang
saham, sehingga dalam laporan keuangan konsolidasi seluruh aset,
liabilitas, pendapatan dan beban dari anak perusahaan
dikonsolidasikan, tanpa perlakuan khusus antara pemegang saham
pengendali dan nonpengendali.
Manfaat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi
Perusahaan yg memiliki kendali (perusahaan induk) terhadap
perusahaan lain (perusahaan anak) harus mempersiapkan Laporan
Keuangan Konsolidasi. Kemampuan anak perusahaan harus
dikonsolidasikan, kecuali induk perusahaan dibatasi untuk mempunyai
pengendalian. Laporan keuangan tersendiri hanya dapat ditampilkan
sebagai informasi tambahan terhadap laporan keuangan konsolidasi.
Laporan Keuangan Konsolidasi ditujukan untuk kepentingan pihak-2 :
•Pemegang saham dan calon pemegang saham berkepentingan untuk
menentukan efisiensi dari manajemen dalam memanfaatkan sumber daya
yang berada dalam kendalinya.
•Kreditur jangka panjang berkepentingan terhadap pengaruh operasional
perusahaan anak atas kesehatan keseluruhan perusahaan dan masa
depan perusahaan induk. Sedangkan kreditur jangka pendek cenderung
hanya berfokus pada laporan posisi keuangan perusahaan induk secara
terpisah/tersendiri.
•Manajemen berkepentingan atas informasi terkini.
•Kreditur dan pemegang saham lain dari anak perusahaan berfokus pada
laporan keuangan tersendiri dari anak perusahaan.
Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi
1.Kinerja atau posisi buruk dari satu atau lebih perusahaan dapat
disembunyikan oleh kinerja yg baik dari perusahaan lainnya, karena
hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan
yg dimasukkan dalam laporan konsolidasi tidak diungkapan;
2.Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk
perusahaan, karena sebagian masih ada pada laba anak perusahaan
yg belum dibagikan;
3.Ratio-ratio keuangan tidak mewakili perusahaan manapun, karena
karena ratio tersebut berdasarkan informasi gabungan
4.Akun-akun yg sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yg
digabungkan dalam konsolidasi mungkin tidak seluruhnya dapat
diperbandingkan karena siklus operasi dari perusahaan-perusahaan
yg berbeda dapat bervariasi.
5.Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan yg
termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk penyajian wajar,
sehingga catatan atas laporan keuangan menjadi banyak.
Pengendalian Perusahaan lain dapat dilakukan secara :
a.Pengendalian Lansung jika suatu perusahaan memiliki 50%
lebih saham berhak suara perusahaan-perusahaan lain.
b.Pengendalian Tidak Langsung jika saham berhak suara suatu
perusahaan dimiliki oleh satu atau lebih perusahaan yg
semuanya dalam pengendalian bersama. Misalnya :
- PT. I memiliki 80% saham PT. A dan PT. A memiliki 60 %
saham PT. Z,
-PT. I memiliki 80% saham PT. A dan 75% saham PT. B, dimana
PT. A memiliki 45% Saham PT. Z dan PT. B juga memiliki 35%
saham PT. Z.
-PT. I memiliki 80% saham PT. A dan 90% saham PT. B, dimana
PT. B juga memiliki 75% saham PT. C. PT. A, PT. B dan PT. C
masing-2 memiliki 15%, 30% dan 20% Saham PT.Z.
Jadi PT. I secara tidak langsung memiliki hak pengendalian atas
PT. Z.
c. Hak suara potensial
• Instrumen yang dapat dikonversi menjadi saham :
option, forward, convertible instrument, dll
• Keberadaan dan dampak dari hak suara potensial
yang saat ini dapat dilaksanakan atau dikonversi,
termasuk hak suara potensial yang dimiliki oleh
entitas lain, dipertimbangkan ketika menilai apakah
suatu entitas mempunyai kekuasaan untuk mengatur
kebijakan keuangan dan operasional entitas lain.
• Pertimbangan hak suara potensi secara substansi
seperti : harga exercise, cahs dan pendanaan
tersedia, periode exercise
• Dipertimbangkan secara individual maupun
kombinasi
• Hak Suara Potential tidak dikeluarkan untuk
organisasi ventura, reksa dana, unit perwalian
• Aktivitas tidak sama tetap dikonsolidasi bedasarkan
segmen perusahaan
Contoh hak suara/pengendalian :
•PT. A memiliki 45% hak suara PT. B; sisa 55% hak
suara PT. B dimiliki oleh berbagai pihak yang tersebar
secara luas (tidak ada salah satu pihak yang memiliki
> 1% hak suara)
PT. A memiliki kekuasaan atas PT. B, karena
PT. A mempunyai hak suara mayoritas PT. B
(berdasarkan ukuran absolut)
•PT.C memiliki 45% hak suara PT. D; sisa 55% hak
suara PT. D dimiliki oleh dua pihak lain masing‐2
memiliki 26% dan 3% sisanya dimiliki oleh tiga pihak
lain yang masing-2 memegang 1%.
PT. C tidak memiliki kekuasaan atas PT.D,
karena dua pihak yang memiliki masing‐2 26%
bersama-sama dapat mencegah pihak PT.C untuk
mengambil keputusan terkait aktivitas relevan.
• PT. E memiliki 45% hak suara PT. F; sisa 55% hak suara
PT.F dimiliki secara tersebar oleh 11 pemegang saham
yang masing-masing memiliki 5%.
Ukuran kepemilikan hak suara PT. E dan penyebaran
hak suara lain tidak secara konklusif menentukan
apakah PT. E memiliki kekuasaan atas PT. F. Fakta dan
keadaan lain harus dipertimbangkan untuk menentukan
apakah PT.E memiliki kekuasaan atas PT.F
• PT. C memiliki 40% hak suara PT. D (dana pesiun
perusahaan); sisa 55% hak suara masing-2 dimiliki oleh
PT.G sebesar 15% dan pihak lainnya yang masing-2
memegang < 1%.
PT. C memiliki kekuasaan atas PT. D, karena PT. D
(dana pensiun perusahaan) tidak mungkin memiliki
kepututasn yang berbeda dengan perusahaan,
sehingga secara defacto entitas PT. C mengendalikan
PT. D
• PT. Y memiliki 35% hak suara PT. Z, sisanya
dimiliki oleh : tiga pemegang saham masing-2
5%, dan sisanya 50% dimiliki oleh pemegang
saham lainnya dengan masing-2 kurang dari
1%. RUPS terakhir dihadiri oleh 75%, PT. Y
tidak memiliki kekuasaan atas PT. Z
• PT. X memiliki 38% hak suara PT. Y, tiga
pemegang saham lainnya masing-2 memiliki
4%, dan sisanya 50% dimiliki oleh pemegang
saham lainnya dengan masing-2 kurang dari
1%. RUPS terakhir dihadiri oleh 75% PT. X
memiliki kekuasaan atas PT. Y?
Contoh : Hak suara potensial
PT. A memiliki saham PT. B dengan perbandingan sbb.:

Saham ProsentaseSa Hak Potensial Total Total


URAIAN Biasa ham Biasa Istimewa dari hak Saham Prosntase
Beredar (Percentage (Issued Istimewa (issued and Saham
(Issued of ordinary share (Potential potential) (Percentag
ordinary shares) warrants) shares e of total
shares) from shares)
warrants)

PT. A 10,000,000 50% 5,000,000 10,000,000 20,000,000 62.50%

Investor
10,000,000 50% 1,000,000 2,000,000 12,000,000 37.50%
Lainnya

Total 20,000,000 100% 6,000,000 12,000,000 32,000,000 100.00%

Walaupun PT. A hanya memiliki 50% dari total saham biasa yang beredar,
namun PT.A dari Hak Istimewa untuk membeli saham dimasa depan
dengan harga yang telah ditetapkan tersebut secara de facto memberi
hak pengendalian atas PT. B
Persyaratan Akuntansi Penyusunan Laporan
Keuangan Konsolidasian :
• Entitas induk menyusun laporan keuangan
konsolidasian dengan menggunakan kebijakan
akuntansi yang sama untuk transaksi dan peristiwa lain
dalam keadaan yang serupa.
• Konsolidasi atas investee dimulai sejak tanggal investor
memperoleh pengendalian atas investee dan berakhir
ketika investor kehilangan pengendalian atas investee.
• Entitas induk menyajikan kepentingan nonpengendali di
ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian,
terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.
• Perubahan dalam bagian kepemilikan entitas induk
pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya
pengendalian entitas induk pada entitas anak adalah
transaksi ekuitas (yaitu transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik).
Teknik dan Prosedur Konsolidasi
Menggabungkan Laporan Keuangan
entitas induk dan entitas anak dengan
menjumlahkan pos-pos sejenis dari aset,
kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan beban.
•Investasi entitas induk pada anak dengan porsi
entitas atas ekuitas anak dieliminasi, (goodwiil
muncul)
•Kepentingan non pengendali diidentifikasi:
ekuitas (awal dan perubahan, laba/rugi)
•Saldo transaksi, penghasilan dan beban intra
kelompok usaha dieliminasi secara penuh
karena belum direaliasikan. Hal ini mempunyai
dampak pada pajak penghasilan.
• Laporan Keuangan konsolidasian menggunakan
kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi dan
peristiwa lain dalam keadaan yang serupa. (jika tidak
sama penyesuaian)
• Perubahan dalam bagian kepemilikan entitas induk pada
entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya
pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas (dalam
hal ini transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik). Kepentingan non pengendali
disesuaikan nilainya jika terpengaruh.
• Laporan Keuangan yang digunakan untuk menyusun LK
konsolidasian disusun dengan tanggal yang sama.
• Jika tidak sama menyusun Laporan Keuangan dengan
tanggal yang sama kecuali tidak praktis
• Jika tanggal berbeda, penyesuaian dilakukan atas
dampak transaksi / peristiwa yang signifikan (tidak lebih
dari 3 bulan)
• Lama periode pelaporan dan perbedaan antar akhir
periode, sama dari periode ke periode
PROSDUR ELIMINASI :
Investasi Saham di Perusahaan Anak
• Akun investasi dieliminasi dengan ekuitas entitas anak
• Jika kepemilikan pada entitas anak tidak 100% akan
muncul kepentingan non pengendali.
• Perbedaan nilai wajar dan nilai buku harus
diperhitungkan dalam konsolidasi (nilai wajar yang
dikonsolidasi)
• Goodwiil muncul jika nilai perolehan tidak sama dengan
nilai wajar
Akun Utang - Piutang
•Utang – piutang yang muncul antara anak dan induk harus
dihapuskan
Transaksi
•Transaksi yang boleh diakui adalah transaksi kepada pihak
ketiga, transaksi anak dan induk harus dieliminasi
• Persediaan
• Penjualan dan harga pokok penjualan
• Jika barang belum terjual maka laba yang belum direalisasi harus
dikurangkan dari nilai inventory dan mempengaruhi laba yang
telah diakui.
• Aset tetap
• Pada tahun terjadi transaksi tidak boleh diakui keuntungan/
kerugian dari transaksi tersebut
• Laba yang ada dalam aset tersebut harus dieliminasi
• Nilai penyusutan akan disesuaikan
• Obligasi
• Obligasi hanya boleh diakui sebesar obligasi pada pihak
eksternal.
• Pendapatan / beban bunga harus dieliminasi
• Keuntungan dan kerugian hasil dari transaksi intra kelompok usaha
yang diakui dalam aset : persediaan, aset tetap, obligasi harus
dieliminasi.
• Pengaruh ke nilai aset dan kewajiban
• Mempengaruhi laba/rugi periode berjalan  COGS, biaya bunga,
depresiasi
Pengeculian Konsolidasi
• Entitas investasi dikecualikan dari konsolidasi,
entitas investasi adalah entitas yang:
a) memperoleh dana dengan tujuan jasa manajemen
investasi;
b) tujuan bisnisnya untuk menginvestasikan dana
yang semata-mata untuk memperoleh imbal hasil
dari kenaikan nilai modal, penghasilan investasi,
atau keduanya; dan
c) mengukur dan mengevaluasi pada nilai wajar.
PENGUNGKAPAN :
•Sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitas anak
lebih dari setengah kekuasaan
•Alasan mengapa kepemilikan setengah kekuasaan suara
tidak diikuti dengan pengendalian;
•Akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitas anak
jika Laporan Keuangan memiliki tanggal/periode berbeda.
•Sifat dan luas setiap restriksi signifikan dalam kemampuan
entitas anak untuk mentransfer dana ke entitas induk
•Rincian yang menunjukan dampak setiap perubahan bagian
kepemilikan entitas induk pada entitas anak yang tidak
mengakibatkan hilangnya pengendalian.
•Pengendalian hilang, maka entitas induk mengungkapkan
keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai
dengan paragraf 31, dan:
• porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat
diatribusikan pada pengakuan sisa investasi pada
entitas anak terdahulu dengan nilai wajar
• pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif jika tdk disajikan
terpisah.
Hak Minoritas/Non Pengendali
Bila kepemilikan induk atas saham anak tidak 100%
PSAK 4 mengatur penyajian hak minoritas sebagai berikut :
1. Hak minoritas dalam laba bersih disajikan sebagai pengurang dari laba
bersih konsoliasi untuk mendapatkan jumlah laba bersih yang menjadi hak
pemegang saham Perusahaan Induk.
2. Hak Minoritas dalam aset bersih disajikan tersendiri dalam neraca
konsolidasi, diantara ekuitas dan kewajiban. Hak minoritas terdiri dari :
a. Suatu jumlah pada saat terjadinya penggabungan usaha.
b. bagian pemegang saham minoritas atas perubahan ekuitas yang
terjadi setelah tanggal penggabungan usaha.

PSAK 4 mengharuskan hak minoritas disajikan tersendiri dalam neraca


konsolidasi antara kewajiban dan modal, sedangkan hak minoritas atas laba
perusahaan anak disajikan tersendiri dalam laporan laba/rugi konsolidasi.
105
Contoh : 3.1.
PT. I mengakuisisi 90% saham biasa PT. A dengan harga yang sama
dengan nilai bukunya per 31 Desember 2008. Kekayaan pemegang saham
PT. A pada saat itu :
Modal saham biasa ………………………. Rp. 7.500.000,--
Laba ditahan ………………………………. Rp. 5.000.000,--
Total kekayaan pemegang saham …….. Rp. 12.500.000,--
Pada periode 2009 PT. A mengumumkan memperoleh laba sebesar
Rp.1.000.000,- dan mengumumkan pembagian dividen tanggal 31
Desember 2009 Rp.600.000,-
Kekayaan PT. A yang dimiliki PT. I akibat akuisisi tersebut adalah sebsesar
90% dari total kekayaan PT. A yaitu 90% x 12.500.000 = Rp. 11.250.000,-.
Pemegang saham minoritas memiliki total kekayaan 10% x Rp.12.500.000,- =
Rp.1.250.000,-
Perhitungan Hak Minoritas pada akhir tahun 2009 :
- Hak minoritas 31 – 12 – 2008 …………………………….. Rp. 1.250.000,-
- Hak minoritas atas laba thn 2009: 10% x Rp.1.000.000,- Rp. 100.000,-
- Hak atas dividen 31 – 12 – 2009 : 10% x Rp. 600.000,- (Rp. 60.000,-)
Kekayaan pemegang saham minoritas per 31–12–2009 Rp. 1.290.000,-

106

Anda mungkin juga menyukai