Anda di halaman 1dari 8

K1-3 Leveraged Buyouts

Bentuk akuisis yang tidak dibahas di bab ini adalah leveraged buyouts. Banyak ahli berpendapat
bahwa leveraged buyouts (LBO) tidak termasuk jenis kombinasi bisnis melainkan lebih kepada
restrukturisasi kepemilikan. Namun beberapa pihak masih memandang LBO memiliki banyak
karakteristik kombinasi bisnis. Saat ini LBO berkembang secara dramatis dan karenanya kebutuhan
akuntansi atas transaksinya ini juga meningkat.

Diminta

a. Apakah leveraged buyouts? Bagaimana LBO dibanding dengan management buyout (MBO)?

 Leveraged Buyout (“LBO”) adalah suatu proses membeli atau mengakuisisi sebuah
perusahaan yang mana uang yang akan digunakan untuk mengakusisi didapat melalui utang
dari bank atau pihak ketiga lainnya. Aset dari perusahaan yang akan diakuisisi dijadikan
jaminan bagi utang tersebut. Implementasi dari akuisisi di Indonesia itu sendiri telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

• LBO adalah pembelian dengan leverage yang terjadi ketika orang luar mengatur hutang
untuk mendapatkan kendali atas perusahaan.

• MBO adalah pembelian oleh manajemen ketika para manajer perusahaan sendiri membeli
saham di sebuah perusahaan sehingga memiliki perusahaan tersebut.

• Di LBO, pihak luar menempatkan tim manajemennya sendiri sedangkan di MBO tim
manajemensaat ini berlanjut

• Dalam MBO, manajemen menempatkan uangnya sendiri untuk mendapatkan kendali


sebagaimana yang diinginkan pemegang saham seperti itu.

b. Apakah ada pernyataan atau standar yang mengatur tentang leveraged buyouts?

 Tidak ada standar yang mengatur secara detail tentang leverage buyouts, namun karena LBO
merupakan salah satu transaksi akuisisi maka sekiranya termasuk kedalam PSAK No. 22 yaitu
tentang kombinasi bisnis. Di Indonesia, implementasi dari akuisisi juga telah diatur dalam UU
No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UUPT mengenai akuisisi sebagai
pengambilalihan, yang mana menurut pasal 1 butir 11 UUPT, pengambialihan adalah
perbuatan hokum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas
Perseroan tersebut. Pengambilalihan hanya dapat dilaksanakan dengan keputusan RUPS

c. Apakah leveraged buyouts termasuk jenis kombinasi bisnis? Jelaskan

 Apakah LBO adalah jenis kombinasi bisnis masih belum jelas dan mungkin tergantung pada
struktur pembelian. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (Financial Accounting Standards
Board) belum mengambil posisi apakah LBO adalah jenis kombinasi bisnis. The Emerging
Issues Task Force (EITF)menunjukkan bahwa LBO dari jenis yang dipertimbangkannya mirip
dengan kombinasi bisnis. Sebagian besar LBO dipengaruhi oleh pendirian perusahaan induk
dengan tujuan memperoleh aset atau saham perusahaan target. Perusahaan induk semacam
itu tidak memiliki operasi substantif. Beberapa orang akan berpendapat bahwa kombinasi
bisnis hanya dapat terjadi jika perusahaan yang diakuisisi memiliki operasi substantif.
Namun, baik FASB maupun EITF tidak menetapkan persyaratan seperti itu. Dengan
demikian, pertanyaan apakah LBO adalah kombinasi bisnis belum terselesaikan.
d. Apakah isu utama dalam menentukan dasar yang tepat atas kepemilikan di suatu perusahaan
yang dibeli melalui leveraged buyouts?

 Masalah utama dalam menentukan dasar yang tepat untuk kepentingan dalam perusahaan
yang diakuisisi dalam LBO, sebagaimana ditentukan oleh EITF 88-16, adalah apakah transaksi
telah menghasilkan perubahan dalam pengendalian perusahaan target (kelompok
pemegang saham pengendali baru telah mapan). Jika perubahan dalam kontrol tidak terjadi,
transaksi diperlakukan sebagai rekapitalisasi atau restrukturisasi, dan perubahan dalam basis
tidak sesuai (basis sebelumnya dijalankan). Jika perubahan kontrol telah terjadi, dasar
akuntansi baru mungkin tepat.

Latihan

L1-1 Pilihan Ganda untuk Organisasi Kompleks

Pilih jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan berikut.

1. Pertumbuhan kompleksitas dalam lingkungan bisnis di Indonesia:

a. Telah menyebabkan peningkatan penggunaan persekutuan untuk menghindari liabilitas legal.

b. Telah menyebabkan meningkatnya struktur organisasi kompleks karena manajemen berusaha


untuk mencapai tujuan usaha tertentu.

c. Telah mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah divisi operasi dan lini produknya
sehingga mereka dapat lebih mengendalikan divisi dan lini produk yang dipertahankan.

d. Tidak mempunyai pengaruh khusus terhadap struktur organisasi atau cara mengelola
perusahaan.

memiliki operasi substantif.


Beberapa orang akan
berpendapat bahwa kombinasi
bisnis hanya
dapat terjadi jika perusahaan
yang diakuisisi memiliki
operasi substantif. Namun,
baik FASB
maupun EITF tidak
menetapkan persyaratan
seperti itu. Dengan demikian,
pertanyaan apakah
LBO adalah kombinasi bisnis
belum terselesaikan.
d. Masalah utama dalam
menentukan dasar yang tepat
untuk kepentingan dalam
perusahaan yang
diakuisisi dalam LBO,
sebagaimana ditentukan oleh
EITF 88-16, adalah apakah
transaksi telah
menghasilkan perubahan
dalam pengendalian
perusahaan target (kelompok
pemegang saham
pengendali baru telah mapan).
Jika perubahan dalam kontrol
tidak terjadi, transaksi
diperlakukan
sebagai rekapitalisasi atau
restrukturisasi, dan perubahan
dalam basis tidak sesuai (basis
sebelumnya dijalankan). Jika
perubahan kontrol telah
terjadi, dasar akuntansi baru
mungkin tepat.
2. Manakah yang bukan alasan yang tepat untuk membentuk anak perusahaan?

a. Induk perusahaan ingin melindungi operasi yang ada dengan memindahkan aktivitas dengan
risiko yang lebih besar ke anak perusahaan yang baru dibentuk.
b. Induk perusahaan ingin menghindari semua operasinya dari pengenaan regulasi dengan
mendirikan anak perusahaan yang beroperasi di industri yang teregulasi?

c.Induk perusahaan ingin mengurangi pajak dengan mendirikan anak perusahaan yang fokus
operasinya pada area di mana terdapat keuntungan pajak.

d. Induk perusahaan ingin dapat meningkatkan pelaporan penjualannya dengan mentransfer


produk ke anak perusahaan pada akhir tahun fiskal.

3. Manakah dari tindakan berikut yang mungkin akan mengakibatkan timbulnya goodwill pada
pembukuan PT Rajawali?

a. PT Rajawali mengakuisisi PT Pendekar dalam suatu kombinasi bisnis yang dicatat sebagai
merger

b. PT Rajawali membeli mayoritas saham biasa PT Pendekar dalam suatu kombinasi bisnis dan
tetap mengoperasikannya sebagai anak perusahaan.

c. PT Rajawali mendistribusikan kepemilikan dari anak perusahaan yang baru dibentuk dalam
suatu distribusi yang merupakan spin-off.

d. PT Rajawali mendistribusikan kepemilikan dari anak perusahaan yang baru dibentuk dalam
suatu distribusi yang merupakan split-off.

4. Ketika suatu perusahaan membentuk anak perusahaan baru dan mentransfer sebagian aset dan
liabilitasnya pada entitas baru:

a. Entitas baru mencatat aset dan liabilitas yang diterimanya pada nilai wajar.

b. Entitas baru mencatat aset dan liabilitas yang diterimanya pada nilai tercatat perusahaan

c. Perusahaan yang mentransfer mencatat keuntungan atau kerugian dari selisih antara nilai
tercatat dan nilai wajar dari aset yang ditransfer ke entitas baru.

d. Perusahaan yang mentransfer mencatat selisih antara nilai tercatat dan nilai wajar dari aset
yang ditransfer ke entitas baru sebagai goodwill.

5. Ketika perusahaan mengalokasikan goodwill ke unit pelaporan yang diakuisisi melalui kombinasi
bisnis, perusahaan harus:

a. Mencatat kerugian penurunan nilai jika nilai wajar dari aset bersih yang dapat diidentifikasi
yang dimiliki unit pelaporan menurun.

b. Mencatat kerugian penurunan nilai jika nilai wajar dari unit pelaporan menurun.

c. Mencatat kerugian penurunan nilai jika nilai tercatat dari unit pelaporan lebih rendah dari nilai
wajar unit pelaporan.

d. Mencatat kerugian penurunan nilai jika nilai wajar unit pelaporan lebih rendah dari nilai
tercatat dan nilai tercatat goodwill lebih tinggi dari nilai implisit goodwill.

L1-3 Pilihan ganda untuk saldo yang dilaporkan (Diadaptasi dari AICPA)

Pilih jawaban yang tepat untuk setiap pertanyaan berikut.

1. Pada tanggal 31 Desember 20X3, PT Sejahtera dimerger ke dalam PT Purbaya. Dalam kombinasi
bisnis tersebut, PT Purbaya mengeluarkan 200.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal
Rp10.000, dengan harga pasar Rp18.000 per lembar, untuk seluruh saham biasa PT Sejahtera. Bagian
ekuitas pemegang saham dari tiap perusahaan sesaat sebelum kombinasi bisnis adalah sebagai
berikut.

PT Purbaya PT Sejahtera
Modal Saham Biasa Rp3.000.000.000 Rp1.500.000.000
Agio Saham Biasa 1.300.000.000 150.000.000
Saldo Laba 2.500.000.000 850.000.000
Rp6.800.000.000 Rp2.500.000.000
Pada tanggal 31 Desember 20X3, dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, akan dilaporkan
tambahan agio saham sebesar:

a. Rp950.000.000

b. Rp1.300.000.000

c. Rp1.450.000.000

d. Rp2.900.000.000

2. Pada tanggal 2 Januari 20X1. PT Raharja mengeluarkan 10.000 lembar saham biasa untuk
ditukarkan dengan semua saham beredar PT Semesta Laporan posisi keuangan yang dipadatkan dari
PT Raharja dan PT Semesta sesaat sebelum kombinasi bisnis adalah sebagai berikut.

PT Raharja PT Semesta
Total Aset Rp1.000.000.000 Rp500.000.000
Liabilitas 300.000.000 150.000.000
Modal Saham Biasa (par Rp10.000) 200.000.000 100.000.000
Saldo laba 500.000.000 250.000.000
Total Liabilitas dan Ekuitas 1.000.000.000 500.000.000

Saham biasa PT Raharja memiliki harga pasar Rp60.000 per lembar pada tanggal 1 Januari 20X1
Harga pasar saham biasa PT Semesta tidak dapat ditentukan. Investasi PT Raharja di saham biasa PT
Semesta akan dinyatakan dalam laporan posisi keuangan PT Raharja sesaat setelah kombinasi bisnis
sebesar:

a. Rp100.000.000

b. Rp350.000.000

c. Rp500.000.000

d. Rp600.000.000

3. Pada tanggal 15 Februari 20X1. PT Renjana membayar Rp1.500.000.000 untuk seluruh saham
biasa PT Indrakarya yang diterbitkan dan beredar. Nilai buku dan nilai wajar dari aset dan liabilitas PT
Indrakarya pada tanggal 15 Februari 20X1 adalah sebagai berikut.

Nilai buku Nilai Wajar


Kas Rp160.000.000 Rp500.000.000
Piutang 180.000.000 180.000.000
Persediaan 290.000.000 270.000.000
Aset tetap 870.000.000 960.000.000
Liabilitas (350.000.000) (350.000.000)
Kekayaan bersih Rp1.150.000.000 Rp1.220.000.000

Berapakah jumlah goodwill dari kombinasi bisnis tersebut?

a. Rp0

b. Rp70.000.000

c. Rp280.000.000

d. Rp350.000.000

Jawaban: Goodwill = Rp1.500.000.000 – Rp1.220.000.000

= Rp280.000.000

4. Pada tanggal 1 April 20X2, PT Jagakarsa membayar Rp800.000.000 untuk seluruh saham PT
Anugrah yang diterbitkan dan beredar. Nilai tercatat aset dan liabilitas PT Anugrah pada 1 April 20X2
adalah sebagai berikut.

Kas Rp80.000.000
Persediaan 240.000.000
Aset Tetap (dikurangi akumulasi penyusutan Rp320.000.000) 480.000.000
Liabilitas (180.000.000)

Pada tanggal 1 April 20X2, persediaan PT Anugrah mempunyai nilai wajar Rp190.000.000 dan aset
tetap mempunyai nilai wajar Rp560.000.000. Berapakah jumlah goodwill yang timbul dari kombinasi
bisnis tersebut.

a. Rp0

b. Rp50.000.000

c. Rp150.000.000

d. Rp180.000.000

Jawaban:

Goodwill = Rp800.000.000 – Rp750.000.000

= Rp50.000.000

5. PT Aksara menerbitkan saham preferen tak berhak suara dengan nilai pasar Rp4.000.000.000
untuk ditukarkan dengan semua saham biasa beredar dari PT Merpati. Pada tanggal pertukaran, PT
Merpati memiliki aset berwujud bersih dengan nilai buku Rp2.000.000.000 dan nilai wajar Rp2
500.000.000, Selain itu, PT Aksara menerbitkan saham preferen dengan nilai Rp400.000.000 ke
individu sebagai finder's fee dalam mengatur transaksi kombinasi bisnis. Sebagai akibat dari
transaksi tersebut. PT Aksara mencatat peningkatan aset bersih sebesar:

a. Rp2.000.000.000

b. Rp2.500.000.000
c. Rp2.900.000.000

d. Rp4.400.000.000

Anda mungkin juga menyukai