Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kintan Septarina Fatwa

NPM : 19012010028
Kelas : Metodologi Penelitian Bisnis C
Tugas Skala Pengukuran

Pembagian Skala Pengukuran


 Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah sebuah acuan yang digunakan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam satuan alat ukur. Jenis skala pengukuran:
1. Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau tingkatannya
paling rendah di dalam suatu penelitian. Skala ini hanya digunakan untuk memberikan
kategori saja. Misalnya digunakan untuk memberi label, simbol, lambang, atau nama
pada sebuah kategori sehingga akan mempermudah pengelompokan data menurut
kategorinya.
Pada skala nominal ini, peneliti akan mengelompokkan objek, baik individu maupun
kelompok ke dalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan label atau kode tertentu.
Kemudian, angka yang diberikan kepada objek hanya memiliki arti sebagai label atau
pembeda saja dan bukan untuk menunjukkan adanya tingkatan.
Ciri-ciri skala nominal:
 Kategori data bersifat mutually exclusive (setiap objek hanya memiliki satu
kategori saja).
 Kategori data tidak memiliki aturan yang logis (bisa sembarang).
Contoh: Misal nama kota lahir. Ada yang di Surabaya, Jakarta, Medan, dan lain-lain.
Hal ini hanya untuk pembeda saja, tidak menunjukkan tingkatan tertentu. Dengan
kata lain, orang yang lahir di Jakarta bukan berarti lebih baik dari Lampung atau yang
lainnya.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah menyatakan peringkat antar
tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan juga tidak harus sama. Skala ordinal ini
memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada skala nominal, karena skala ini tidak
hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga menunjukkan peringkat. Di dalam skala
ordinal, objek atau kategorinya disusun berdasarkan urutan tingkatannya, dari tingkat
terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya,
Ciri-ciri skala ordinal:
 Kategori data saling memisah.
 Kategori data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
 Kategori data dapat disusun sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki.
Contoh: Misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C,
D, dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan
seterusnya.
3. Skala Interval
Skala Interval merupakan skala pengukuran yang biasa digunakan untuk menyatakan
peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan pun sudah jelas,
hanya saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak. Skala interval ini bisa dikatakan berada
diatas skala ordinal dan nominal. Besar interval atau jarak satu data dengan data yang
lainnya memiliki bobot nilai yang sama. Besar interval ini bisa saja ditambah atau
dikurang.
Ciri-ciri skala interval:
 Kategori data memiliki sifat saling memisah.
 Kategori data memiliki aturan yang logis.
 Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
 Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam
jumlah yang dikenakan pada kategori
 Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam skala (tidak memiliki nilai nol
absolut).
Contoh: Jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya, karena
jam 00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00 sama dengan jam 12
malam.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa
dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa dibandingkan. Skala rasio
merupakan tingkatan skala paling tinggi dan paling lengkap dibanding skala-skala
lainnya. Jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol) yang
mutlak. Nilai nol mutlak berarti benar-benar menyatakan tidak ada.
Contoh: Misal tinggi badan Dony adalah 180 cm, sedangkan tinggi badan Rival
adalah 90 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Rival dengan
Dony adalah 90 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Dony 2 kali tinggi badan
Rival.

 Skala Sikap
Skala sikap merupakan salah satu bentuk dari tipe skala pengukuran yang digunakan untuk
mengukur sikap. Jenis skala sikap:
1. Skala Likert
Nama skala likert diambil dari nama penciptanya, yakni Rensis Likert yang
merupakan seorang ahli psikologi sosial dari Amerika Serikat. Likert scale atau skala
likert merupakan skala penelitian yang dipakai untuk mengukur sikap dan pendapat.
Skala ini digunakan untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan responden
menunjukkan tingkat persetujuan terhadap serangkaian pertanyaan. Biasanya
pertanyaan yang dipakai untuk penelitian disebut variabel penelitian dan ditetapkan
secara spesifik.
Tingkat persetujuan yang dimaksud adalah skala likert 1-5 pilihan, dengan gradasi
dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju (STS), berikut ini tingkatannya:
 Sangat Setuju (SS).
 Setuju (S).
 Ragu-ragu (RG).
 Tidak Setuju (TS).
 Sangat Tidak Setuju (STS).
Secara umum, bahan penelitian yang memakai skala likert dibuat berdasarkan bentuk
kuesioner atau angket dengan pilihan ganda, atau juga bisa menggunakan checklist.
Contoh:
N0. Pertanyaan SS S RG TS STS
1. Apakah Anda setuju √
dengan peraturan
perusahaan yang
mengharuskan semua
karyawan mengenakan
sepatu kulit hitam saat
kerja?
dst.
Guna menentukan jumlah responden yang diteliti, bisa menggunakan beberapa teknik
penentuan jumlah sampel. Salah satunya adalah teknik menentukan sampel dengan
rumus slovin, misalnya mendapatkan 100 orang responden, jawaban dari 100 orang
ini akan dianalisis dengan melakukan perhitungan seperti berikut:

 5 (SS).
 15 (S).
 20 (RG).
 30(TS).
 30 (STS).
Berdasarkan data itu, ada 60 responden atau 60 persen yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju, hasil ini sekaligus dapat menarik kesimpulan bahwa mayoritas
karyawan di perusahaan tidak setuju dengan peraturan yang diberikan perusahaan.
2. Skala Guttman
Menurut Sugiyono (2014:139) “Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban tegas dari responden, yaitu hanya terdapat dua interval seperti
“setuju-tidak setuju”; “ya-tidak”; “benar-salah”; “positif-negatif”; “pernah-tidak
pernah” dan lain-lain”.
Skala Guttman sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari
sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut isi universal (universe of content)
atau atribut universal (universe attribute). Skala ini dikembangkan oleh Louis
Guttman.
Skala ini memiliki ciri penting, yaitu merupakan skala kumulatif dan skala ini
digunakan untuk mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi,
sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat undimensional.
Contoh:
a. Yakin atau tidakkah Anda, pergantian Menteri Kabinet Indonesia Bersatu akan
dapat mengatasi persoalan bangsa.
1. Yakin
2. Tidak
b. Pernahkah pimpinan saudara mengajak diskusi bersama?
1. Setuju
2. Tidak Setuju

3. Skala Semantic Defferensial


Skala semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan
untuk mengukur sikap, namun bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi
tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban "sangat positifnya" terletak di
bagian kanan garis, dan jawaban yang "sangat negatif" terletak di bagian kiri garis,
atau sebaliknya.
Dengan kata lain, skala diferensial semantik berisikan serangkaian karakteristik
bipolar (dua kutub) seperti panas-dingin, tidak ramah-Ramah, dan sebagainya, yang
tersusun pada satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif berada di posisi
paling kanan dan jawaban yang sangat negatif pada posisi paling kiri, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk
mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Skala ini berbeda
dengan skala likert yang menggunakan checklist atau pilihan ganda, pada skala ini
responden langsung diberi pilihan bobot hal yang dimaksud dari yang positif sampai
negatif. Responden bisa memberikan jawaban dengan mencentang atau memberi
tingkatan jawaban. Jawaban responden terletak pada rentang jawaban positif sampai
dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.

Contoh:
Contoh penggunaan skala diferensial semantik mengenai gaya kepemimpinan Ketua
OSIS suatu sekolah
1. Cerdas 7 6 5 4 3 2 1 Bodoh
2. Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
3. Tidak Ramah 7 6 5 4 3 2 1 Ramah
4. dan pertanyaan-pertanyaan lainnya….
Pada contoh di atas, responden memberikan tanda (x) pada nilai yang sesuai dengan
persepsinya. Skala Diferensial Semantik digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap suatu konsep atau objek tertentu, misalnya kinerja pegawai, gaya
kepemimpinan, penilaian suatu pelajaran dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai