Anda di halaman 1dari 7

Pengertian skala pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk


menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai
contoh misalnya timbangan emas akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam
satuan mg bila digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur
panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan
satuan mm. Sebuah skala pengukuran merupakan seperangkat aturan untuk mengkuantifikasi
sebuah variabel tertentu, atau pemberian skor angka padanya. Skala-skala pengukuran dapat
mengkuantifikasikan data baik secara nominal, ordinal, interval, maupun rasio. Dengan skala
pengukuran ini, maka nilai variable yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan
dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat
emas 19 gram, berat besi 100kg, suhu badan orang yang sehat 37 derajat celcius, IQ
seseorang 150.
Menurut Sugiyono (2006, p.84), Skala Pengukuran adalah merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.
Skala merupakan suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan individu
terkait dengan variable minat yang kita pelajari. Dalam melakukan analisis statistik,
perbedaan jenis data akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan model ataupun alat uji
statistic yang akan digunakan. Sekaran (2006:15).

Macam – Macam skala pengukuran

1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran paling sederhana atau


tingkatannya paling rendah di dalam suatu penelitian. Skala yang paling sederhana.
angka yang diberikan untuk suatu kategori tidak menggambarkan kedudukan kategori
tersebut terhadap kategori lainnya. Tetapi angka tersebut hanya sekedar kode maupun
label. Skala ini hanya digunakan untuk memberikan kategori saja. Misalnya
digunakan untuk memberi label, simbol, lambang, atau nama pada sebuah kategori
sehingga akan mempermudah pengelompokan data menurut kategorinya.
Suryabrata, S (2003) menyebut bahwa skala nominal adalah skala yang
ditetapkan berdasarkan atas proses penggolongan yang bersifat diskrit dan saling pilah
(mutually exclusive). Banyak variabel dalam penelitian sosial menggunakan skala
nominal seperti agama, jenis kelamin, tempat lahir, asal sekolah, dsb.
Pada skala nominal ini, peneliti akan mengelompokkan objek, baik individu
atau pun kelompok kedalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan label atau kode
tertentu. Kemudian, angka yang diberikan kepada objek hanya memiliki arti sebagai
label atau pembeda saja dan bukan untuk menunjukkan adanya tingkatan.
Skala nominal merupakan skala yang paling sederhana disusun menurut jenis
(katagorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah
karakteristik lainnya. Skala nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di
antara skala pengukuran yang ada. Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau
peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarrkan nama (predikat). Skala
pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek, individual atau
kelompok dalam bentuk kategori. Pemberian angka atau simbol pada skala nominal
tidak memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukkan ada atau tidaknya atribut atau
karakteristik pada objek yang diukur.

Contoh Skala Nominal

Contoh pertama, contoh yang paling umum digunakan yaitu variabel jenis kelamin.
Jenis kelamin akan dibedakan menjadi Laki-laki dan Perempuan. Dalam hal ini, hasil
pengukuran tidak memiliki tingkatan tertentu. Artinya laki-laki tidak lebih tinggi
daripada perempuan, atau sebaliknya.

Di dalam sebuah penelitian, biasanya akan diberi simbol angka sebagai pembeda,
misal jenis kelamin laki-laki diberi simbol angka 1, jenis kelamin perempuan diberi
simbol 0. Simbol angka disini hanya untuk membedakan saja, tidak menunjukkan
bahwa 1 lebih besar dari 0 dan sebagainya.

Contoh kedua, misal nama kota lahir. Ada yang Bandung, Jakarta, Surabaya, Bogor,
dan lain lain. Hal ini hanya untuk pembeda saja, tidak menunjukkan tingkatan
tertentu. Dengan kata lain, orang yang lahir di Bandung bukan berarti lebih baik dari
Bogor atau yang lainnya.

Contoh ketiga, misalnya menjelaskan agama, ada Islam, Kristen, Hindu, Budha,
Katolik. Ini hanya bersifat membedakan saja.

Kita bisa menukar angka-angka tersebut, selama suatu karakteristik memiliki


angka yang berbeda dengan karakteristik lainnya. Karena tidak memiliki nilai
intrinsik, maka angka-angka (kode-kode) yang kita berikan tersebut tidak memiliki
sifat sebagaimana bilangan pada umumnya. Oleh karenanya, pada variabel dengan
skala nominal tidak dapat diterapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti
pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai
dengan skala nominal adalah proposisi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square
dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.

Ciri-ciri Skala nominal:

1. Hasil penghitungan tidak dijumpai bilangan pecahan,

2. Angka yang tertera hanya label saja,

3. Tidak mempunyai urutan (ranking),

4. Tidak mempunyai ukuran baru,

5. Tidak mempunyai nol mutlak,

6. Tes statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik.

2. Skala Ordinal

Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sudah menyatakan peringkat


antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan juga tidak harus sama. Skala
ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada skala nominal, karena skala
ini tidak hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga menunjukkan peringkat. Di
dalam skala ordinal, objek atau kategorinya disusun berdasarkan urutan tingkatannya,
dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya.

Skala ordinal banyak dipergunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan


terutama berkaitan dengan pengukuran kepentingan, persepsi, motivasi serta sikap,
apabila mengukur sikap responden terhadap suatu kebijakan pendidikan, responden
dapat diurutkan dari mulai Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Berpendapat (3),
Kurang Setuju (4), dan Tidak Setuju (5), maka angka-angka tersebut hanya sekedar
menunjukkan urutan responden, bukan nilai untuk variabel tersebut. Dapat juga
dikatakan bahwa skala ordinal merupakan skala yang didasarkan pada ranking
diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang yang lebih rendah atau
sebaliknya. Skala ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga
disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambing-lambang
bilanganhasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan
atau tingkatan objek yang diukur menurut karakteristik tertentu.

Contoh Skala Ordinal

Contoh pertama, contoh pada variabel sikap seseorang terhadap suatu pernyataan,
sikap tersebut berupa sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Pada variabel sikap ini dari sangat setuju ke sangat tidak setuju menunjukkan kategori
dan memiliki tingkatan. Di dalam sebuah penelitian, kategori tersebut bisa
disimbolkan dengan angka, misal angka 5 untuk sangat setuju, angka 4 untuk setuju,
angka 3 untuk biasa saja, angka 2 untuk tidak setuju, dan angka 1 untuk sangat tidak
setuju.

Contoh kedua, misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A,
B, C, D, dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari
B, dan seterusnya.

Contoh Ketiga, Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri
angka dengan 5 = sangat puas, 4 = puas, 3 = kurang puas, 2 = tidak puas, dan 1 =
sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,
2, 3, dst. Dalam skala ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin mengganti
angka-angkanya, harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecil atau dari kecil ke
besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1 = sangat puas, 2 = tidak puas, 3 = puas, dst. Yang
boleh adalah 1 = sangat puas, 2 = puas, 3 = kurang puas, dst.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal adalah
meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak
(selisih). Kita tidak tahu berapa jarak kepuasan dari tidak puas ke kurang puas.
Dengan kata lain juga, walaupun sangat puas kita beri angka 5 dan sangat tidak puas
kita beri angka 1, kita tidak bisa mengatakan bahwa kepuasan yang sangat puas lima
kali lebih tinggi dibandingkan yang sangat tidak puas. Sebagaimana halnya pada pada
skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi
matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian, dan
lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala ordinal juga adalah peralatan
statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proposisi seperti modus,
distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametik
lainnya.

3. Skala Interval

Skala Interval merupakan skala pengukuran yang bisas digunakan untuk


menyatakan peringkat untuk antar tingkatan. Jarak atau interval antar tingkatan pun
sudah jelas, hanya saja tidak memiliki nilai 0 (nol) mutlak.

Skala interval ini bisa dikatakan berada diatas skala ordinal dan nominal.
Besar interval atau jarak satu data dengan data yang lainnya memiliki bobot nilai yang
sama. Besar interval ini bisa saja di tambah atau dikurang.

Suryabrata, S (2003) mendefinisikan bahwa skala interval merupakan skala


yang dihasilkan dari proses pengukuran, di mana dalam pengukuran tersebut
diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Contoh yang sangat
dikenal adalah temperatur. Dengan demikian skala interval merupakan skala yang
menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai boobot
yang sama. Analisis statistik yang digunakan ialah mempunyai karakteristik uji
statistik parametik. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya
interval yang tetap. Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik,
sudah memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan. Pengertian
“jarak belum merupakan kelipatan” ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval
tidak memiliki nilai nol mutlak.

Contoh Skala Interval

Contoh pertama, contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu.
Misalkan suatu ruangan memiliki suhu 0 C, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut
tidak ada suhunya. Angka 0 C disini merupakan suhu, hal ini dikarena pada skala
interval 0 (nol) bukanlah nilai yang mutlak.

Contoh kedua, jam 00.00 bukan berarti waktunya kosong atau tidak ada nilainya,
karena jam 00.00 sendiri masih menunjukkan waktu dimana jam 00.00 sama dengan
jam 12 malam.

4. Skala Rasio

Skala rasio adalah skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran
yang bisa dibedakan, diurutkan, memiliki jarak tertentu, dan bisa dibandingkan.

Skala rasio merupakan tingkatan skala paling tinggi dan paling lengkap
dibanding skala-skala lainnya. Jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas, dan
memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak. Nilai nol mutlak berarti benar-benar menyatakan
tidak ada. Tes yang digunakan adalah tes statistik parametik. Skala rasio adalah skala
data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala
nominal, ordinal, dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang
bersifat adanya nilai nol bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar
yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada
skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. Pengukuran-
pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan adalah pengukuran tinggi dan
berat. Misalnya berat benda A adalah 30 kg, sedangkan benda B adalah 60 kg, maka
dapat dikatakan bahwa benda B lebih berat dua kali dibandingkan benda A.

Contoh Skala Rasio


Contoh pertama, misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan
Vatinson adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan
Vatinson dengan Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan
Agung 2 kali tinggi badan Vatinson.

Contoh kedua, misalkan nilai ujian matematika Tono adalah 50, sedangkan nilai
Toni adalah 100. Ukuran rasionya dapat dinyatakan bahwa nilai Toni adalah 2 kali
nilai Tono.

Anda mungkin juga menyukai