Anda di halaman 1dari 5

Validitas

Azwar (1987:3) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur
(tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes disebut valid apabila alat tersebut
mampu menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya
menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan
ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Sudjana (2004: 12) menyatakan
bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Suatu tes yang valid
untuk tujuan tertentu atau pengambilan keputusan tertentu, mungkin tidak valid untuk
tujuan atau pengambilan keputusan lain. Jadi validitas suatu tes, harus selalu
dikaitkan dengan tujuan atau pengambilan keputusan tertentu.
Berdasarkan pelaksaannya, validitas dapat dikelompokkan menjadi du jenis
yaitu validitas teoritik (logik) dan validitas empirik (kriterium).
1. Validitas Teoritik (logik)
Istilah validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata logika
yang berarti penalaran. Maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan penalaran. Kondisi valid dipandang terpenuhi karena instrumen
sudah dirancang dengan baik mengikuti teori yang sudah ada.
a. Validitas isi (Content Validity)
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes
mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau konten atau materi tertentu
yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain
tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar
mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten
pengajaran yang tercantum dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP). Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir
dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan
proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu valid
apabila butir-butir tes itu mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang
diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
b. Validitas Muka (Face Validity)
Validitas muka suatu alat evaluasi disebut pula validitas bentuk soal
(pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validasi tampilan, yaitu keabsahan
susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau
tidak menimbulkan tafsiran lain. Apabila suatu soal tidak dapat dipahami
maksudnya sehingga testi tidak dapat menjawabnya dengan baik, ini berarti
validitas mukanya tidak baik. Validitas muka suatu alat evaluasi menyangkut
keabsahan penyajian alat evaluasi tersebut berkenaan dengan tampilannya.
c. Validitas Kontruksi (Construct Validity)
Validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa
jauh butir-butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar hendak diukur
sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan
mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti
instrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya
kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya
performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat),
inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk dilakukan proses penelaahan teoretik
dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan
konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan
penulisan butir-butir instrumen. Perumusan, konstruk harus dilakukan
berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak
diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
2. Validitas Empirik (Kriterium)
Validitas kriterium merupakan validitas yang ditinjau dalam hubungannya
dengan kriterium tertentu. Validitas ini diperoleh melalui observasi atau
pengalaman yang bersifat empirik. Kriterium itu digunakan untuk menentukan
tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan
korelasi.
a. Validitas Banding (Concurrent Validity)
Validitas banding ini kriteriumnya terdapat pada waktu yang bersamaan dengan
alat evaluasi yang diselidiki validitasnya, atau hampir bersamaan. Biasanya
dilakukan pada subjek yang sama.
b. Validitas Ramal (Predictive Valildity)
Sebuah alat evaluasi dikatakan memiliki validitas prediksi yang baik jika alat
tersebut mempunyai kemampuan untuk meramalkan hal-hal yang akan terjadi
di masa yang akan datang. Untuk menentukan validitas prediksi tersebut
digunakan alat pembanding berupa nilai-nilai yang diperoleh dari hasil yang
diperoleh di masa depan. Jika nilai yang diperoleh di masa depan memiliki
korelasi yang tinggi maka validitas prediksi alat tersebut tinggi. Begitu pula
sebaliknya, jika hasil tes di masa depan berkorelasi rendah maka validitas
prediksi alat tersebut juga rendah.

Koefisiensi Validitas
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas kriterium ini adalah dengan
menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya
dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki
validitas yang tinggi. Sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriterium itu
telah mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Semakin tinggi koefisien
korelasinya, maka semakij tinggi pula validitas alat ukur tersebut.
Cara mencari koefisien validitas dapat menggunakan tiga macam cara, yaitu:
1. Korelasi Produk Moment Memakai Simpangan
∑ xy
r xy =
√(x 2)( y 2 )
Dengan:
r xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
x = Simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada
kelompok variabel x
y = Simpangan terhadap rata-rata dari setiap data pada
kelompok variabel y

2. Korelasi Produk Moment Memakai Angka Kasar


n ∑ XY −(∑ X)(∑ Y )
r xy =
2 2 2
√ {n ∑ X − ( ∑ X ) } {n ∑Y − ( ∑Y ) }
Dengan:
r xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
∑ XY = Jumlah hasil skor x dan y

∑ X = Jumlah skor x

∑ Y = Jumlah skor y
3. Korelasi Metode Rank (Rank Method Correlation)
6∑ d 2
r xy =1−
( N ( N 2−1 ) )
Dengan:
r xy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
d 2= Perbedaan antara kedua rangking

N = Banyaknya pasangan rank


Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Yogyakarta:
Andi.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Azwar, Saifuddin. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty:
Yogyakarta.
Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika.

Anda mungkin juga menyukai