Anda di halaman 1dari 16

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Skala Pengukuran
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualilitatif-naturalistk peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key
instruments, (Sugiyono, 2016).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima, maka jumlah instrumen yang
digunakan untuk penelitian juga lima. Instrumen-instrumen pemelitian sudah ada yang
dibakukan, tetapi masih ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian
akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif
yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Pengukuran merupakan suatu penetapan angka atau symbol untuk nilai atau
karakteristik objek yang diukur sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Objek
pengukuran yang konkrit atau dapat diukur secara nyata adalah usia, jenis kelamin, tinggi
badan, pendidikan, pendapatan, sedangkan yang bersifat abstrak berupa loyalitas,
kepribadian, kepuasan. Sedangkan skala merupakan ukuran kuantifikasi yang diatur
berdasarkan nilai atau besarannya, yang bertujuan untuk mewakili atau representasi dari
barang, orang atau kontinuitas. Ada 4 jenis skala pengukuran yang akan dijabarkan berikut:
Skala Nominal, Skala Ordinal, Skala Interval, dan Skala Rasio.
1. Skala Nominal
Penggunaan skala ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung peristiwa,
obyek dan subyek untuk diklasifikasikan dalam individu, produk, merek, perusahaan,
atau entitas lain dalam suatu kategori, sehingga sering disebut skala kategori. Contohnya
pemberian nomor registrasi masuk kampus, nomor kaus punggung. Skala nominal dapat
menggunakan angka, symbol maupun label. Skala ini melibatkan perhitungan sederhana
dan frekuensi kasus ke dalam beberapa kategori, sehingga skala nominal akan digunakan
dalam label sebuah kategori atau pengelompokan. Beberpa kategori skala nominal adalah
tidak spesifik menunjukkan suatu urutan atau jarak serta dapat mengelompokkan beberap
hal dalam suatu kategori kelompok dengan pelabelan. Skala ini sangat umum digunakan
dalam survey dan penelitian.
Contoh penggunaan skala nominal dalam survey. Pertanyaan yang menyatakan
pernahkah anda mengunjungi Papua? Maka jawaban “ya” akan ditulis “1” dan jawaban
“tidak” akan ditulis “2”. Penggunaan angka tersebut hanya bertujuan untuk identifikasi
yang akan ditindak lanjuti kemudian dalam perhitungan hasil survey. Lebih lanjut,
penggunaan nomor handphone juga menggunakan skala nominal karena setiap nomor
memiliki tujuan tertentu sehingga menghindari tujuan yang tidak valid. Penggunaan
skala nominal yang luas mampu mengklasifikasikan obyek secara mudah, namun
penggunaan skala nominal tidak memungkinkan adanya pengurutan (order), dan metode
statistik yang bisa dioperasikan terbatas.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal digunakan secara spesifik untuk pemeringkatan dalam sebagian studi
penelitian. Skala ordinal dipakai untuk menentukan tingkat persepsi konsumen,
preferensi, kepuasan dan sebagainya. Sebagai contoh penelitian produk sampho yang
sesuai dengan kondisi kulit konsumen yang dibuat dalam skala ordinal, yang dijabarkan
sebagai berikut:
Merek Barang Responden
I Sun Silk 250
II Clear 200
III Pantine 150
Total 600

Berdasarkan tabel di atas dapat ditentukan Modus adalah peringkat I (produk Sun Silk)
dan Median berada pada peringkat ke II (produk Clear). Skala ordinal juga dapat digunakan
untuk mengatur berbagai kategori atau karakter secara berurutan dari unit tertinggi sampai
terendah, sehingga peneliti akan mengetahui urutan preferensi, tetapi tidak ada informasi
mengenai produk mana yang lebih disukai. Beberapa uji statistic dapat diapalikasikan
seperti modus, median, kuartil. Namun, jika peneliti ingin mengetahui korelasi pesanan
dengan peringkat data maka penggunaan Koefisien Korelasi Ordinal Spearman perlu
dilakukan bersamaan dengan Koefisien Kecocokan Kendall.
3. Skala Interval
Skala interval lebih bermakna dibandingkan dengan skala nominal ataupun ordinal,
karena skala ini merupakan representasi yang sama dari obyek yang diukur. Penggunaan
skala ini memungkinkan peneliti mengetahui bagaimana objek-objek yang diteliti berbeda
ketika dibandingkan. Prinsip kesetaraan interval memungkinkan persamaan dasar
penyusunan unit dengan asumsi bahwa intervalnya sama. Penggunaan skala interval atau
ordinal memungkinkan peneliti menjustifikasi rata-rata aritmatika sebagai ukuran karena
memiliki dasar satuan ukuran yang sama. Implikasi dari hal ini adalah interpretasi tidak
hanya dalam urutan skor tapi perbedaan diantara objek yang diteliti. Contoh penggunaan
skala interval adalah temperatur. Temperature diukur baik pada derajat Celsius atau
Fahrenheit. Tidak bisa dikatakan bahwa 50 ° F adalah dua kali lebih panas dari 25 ° F karena
suhu yang sesuai pada skala Celcius adalah 10°C dan -3,9°C, yang tidak dalam rasio 2: 1.
4. Skala Rasio
Skala rasio merupakan skala internal yang bersifat khusus karena memiliki titik nol
yang bermakna. Skala rasio banyak digunakan dalam perhitungan panjang, berat atau jarak.
Penggunaan skala ini memungkinkan nilai objek dapat dibandingkan dengan objek yang
lain, seperti besar bola basket 10 kali dari besar bola kasti. Skala ini digunakan untuk
mengukur variable factual dari obyek dan dikatakan sebagai tingkat pengukuran tertinggi.
Sifat dari skala ini memiliki skala interval dengan titik asal tetap atau titik 0, dan
memungkinkan peneliti membandingkan tidak hanya nilai skor tetapi juga skala relative.
Contohnya perbedaan antara 10 menit dan 20 menit sama dengan perbedaan antara 30 dan
40, dan 20 menit dua kali lebih lama dari 10 menit. Hampir semua operasi statistic dapat
dilakukan dalam skala rasio ini seperti pengukuran tendensi pusat, rata-rata geometri dan
sebagainya.

B. Macam-macam Skala Pengukuran


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengurun akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai
contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat
dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila
digunakan untuk mengukur; meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat
dengan skala mm, dan akan menghasilkan data kuantitatifpanjang dengan satuan mm,
Sugiyono, 2016).
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen
tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan
komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100 kg, suhu badan orang yang sehat
37° Celsius, IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok
orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan
dan Sosial antara lain adalah:
1. Skala Likert
2. Skala Guttman
3. Skala Simantict Defferensial
4. Rating Scale
5. Skala Thurstone
Ke lima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data
interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur.
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel
penelitian.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi dimensi, dimensi dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat
item instrurnen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap
yang diungkapkan dengan kata-kata.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif, antara lain:

Pernyataan Positif
Sangat Setuju =5
Setuju =4
Netral =3
Tidak Setuju =2
Sangat Tidak Setuju =1

Sangat Baik =5
Baik =4
Cukup =3
Tidak Baik =2
Sangat Tidak Baik =1

Sangat Puas =5
Puas =4
Cukup Puas =3
Kurang Puas =2
Tidak Puas =1

Sangat Tinggi/Sangat Penting = 5


Tinggi/Penting =4
Cukup Tinggi/Cukup Penting = 3
Rendah/Kurang =2
Penting
Rendah Sekali/Tidak Penting = 1

Pernyataan Negatif
Sangat Setuju =( 1
S
Setuju =(S 2
S
)
Netral =() 3
N
Tidak Setuju =() 4
T
Sangat Tidak Setuju =S 5
)
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
1) Sangat setuju/selalu/sangat positif/sangat baik diberi skor 5
2) Setuju/sering/positif/baik diberi skor 4
3) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral/cukup diberi skor 3
4) Tidak setuju/jarang/negative/tidak baik diberi skor 2
5) Sungat tidak setuju/tidak pemah/sangat negatif/
sangat tidak baik diberi skor 1
lnstrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda.

Contoh Praktis: Pernyataan bentuk Checklist


Berilah jawaban pernyataan dengan tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan
pendapat saudara

ALTERNATIF
NO PERNYATAAN JAWABAN
5 4 3 2 1
SS S N TS STS
1 Pedoman pembuatan struktur organisasi √
dewan sekolah telah disosialisasikan.
2. Dinas Pendidikan telah memiliki data √
sejumlah sekolah yang telah memiliki
struktur organisasi dewan sekolah.

Keterangan:
Sangat Setuju (SS) = 5
Setuju (S) = 4
Netral (N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Dalam hubungan teknik pengumpulan data angket, instrurnen tersebut misalnya


disebarkan kepada 70 responden, kemudian direkapitulasi. Dari data 70 responden, misalnya:
Menjawab 5 = 2 orang
Menjawab 4= 8 orang
Menjawab 3= 15 orang
Menjawab 2 = 25 orang
Menjawab 1 = 20 orang

Cara menghitung skor dalam penelitian:


Jumlah skor untuk. 2 orang menjawab 5 : 2 x 5 = 10
Jumlah skor untuk. 8 orang menjawab 4 : 8 x 4 = 32
Jumlah skor untuk 15 orang menjawab 3 : 15 x 3 = 45
Jumlah skor untuk. 25 orang menjawab 2 : 25 x 2 = 50
Jumlah skor untuk. 20 orang menjawab 1 : 20 x 1 = 20 +
Jumlah = 157

Jumlah skor ideal untuk item No.1 (skor tertinggi) = 5 x 70 = 350 (SS)
Jumlah skor rendah = 1 x 70 = 70 (STS)
Berdasarkan data (item No.1) yang diperoleh dari 70 responden, maka sosialisasi pedoman
pembuatan struktur organisasi Dewan Sekolah terletak pada daerah netral. Secara kontinum
dapat dilihat seperti:

Jadi, berdasarkan data (item No.1) yang diperoleh dari 70 responden, maka sosialisasi
pedoman pembuatan struktur organisasi Dewan Sekolah, yaitu: 157/350 x 100% = 44,86%
tergolong cukup. Persentase kelompok responden untuk. item No.1 dapat dilihat seperti:
Keterangan: Kriteria Interpretasi Skor
Angka 0% - 20% = Sangat Lemah
Angka 21 % - 40% = Lemah
Angka 41% - 60% = Cukup
Angka 61 % - 80% = Kuat
Angka 81% - 100% = Sangat Kuat
Apabila didasarkan pada kelompok responden, maka dapat diketahui bahwa:
2 orang menyatakan Sangat Setuju (SS) = 2/70 x 100%= 2,86%
8 orang menyatakan Setuju (S) = 8/70 x 100% = 11.43%
15 orang menyatakan Netral (N) = 15/70 x 100% = 21,43%
25 orang menyatakan Tidak Setuju (TS) = 25/70 x 100% = 35,71 %
20 orang menyatakan Sangat Tidak Setuju (STS) = 20/70 x 100% = 28,57%

Contoh: Pernyataan bentuk pilihan ganda:


Berilah lingkaran pada huruf yang tersedia.
1) Pelibatan masyarakat bukan hanya memotivasi, tetapi aktif dalam menghimpun dana,
tenaga, dan materi guna menunjang mutu pendidikan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
2) Masyarakat melakukan fungsi kontrol dalam pelaksanaan pendidikan
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
3) Masyarakat bersikap proaktif dalam pengembangan pendidikan.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Netral
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

2. Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan
pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang
berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel
yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik
untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut dengan attribut universal. Pada Skala Guttman terdapat
beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis untuk melihat sikap tertentu
seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan sikap tertentu dari
sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap pemyataan
berikutnya.
Jadi, Skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat
jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya: Yakin-tidak yakin, ya-tidak; benar-salah;
positif-negatif; pernah-belum pernah; setuju-tidak setuju, dan lain sebagainya. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua altematif yang
berbeda). Perbedaan dari skala Likert dengan skala Guttman ialah kalau skala Likert
terdapat jarak (interval): (3), (4), (5), (6), atau (7) yaitu dari Sangat Benar (SB)
sampai dengan Sangat Tidak Benar (STB), sedangkan pada skala Guttman hanya
dua interval yaitu: Benar (B) dan Salah (S).
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapat dibuat
dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.
Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0 . Analisa
dilakukan seperti pada skala Likert.
Penelitian menggunakan skala Guttman apabila ingin mendapatkan jawaban
jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan
Contoh:
1) Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
a. Setuju
b. Tidak setuju
2) Pernahkah Pengawas Sekolah melakukan pemeriksaan di ruang kelas anda?
a. Tidak pernah
b. Pemah
3) Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri Kabinet Indonesia Kerja akan
dapat mengatasi persoalan bangsa:
a. Yakin
b. Tidak
4) Apakah pendapat saudara, jika Presiden Joko Wi turun dari kepresidenan?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
5) Pemahkan pimpinan saudara mengajak rembuk bersama?
a. Pernah
b. Tidak Pemah
Skala Guttman disamping dapat dibuat bentuk pilihan ganda dan bisa Juga
dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor ternnggi
bernilai (1) dan skor terendah (0). Misalnya untuk jawaban Benar (1) dan Salah (0).
Analisis dilakukan seperti pada skala Likert.
Contoh:
1) Saudara punya orang tua?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
2) Saudara sudah menikah?
a. Sudah (1)
b. Belum (0)
3) Anda punya kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
a. Punya (1)
b. Tidak (0)
3. Skala Diferensial Semantik
Skala Diferensiai Semantik atau skala perbedaan semantik berisikan rangkaian
karakteristik bipolar (dua kutub), seperti: panas-dingin; pular-tidak popular; baik-
tidak baik dan sebagainya. Karakteristik polar tersebut mempunyai tiga dimensi
dasar sikap seseorang terhadap objek, yaitu:
a. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu objek.
b. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan uatu
objek.
c. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu objek (Iskandar, 2000:154-155).
Dari contoh di atas, responden memberikan tanda (x) terhadap nilai yang sesuai
dengan persepsinya. Para peneliti sosial dapat menggunakan .skala perbedaan
simantik dalam berbagai cara. Misalnya: menentukan kekuatan kandidat politisi
diantara kelompok pemilih, memberikan penilaian kepribadian seseorang,· menilai
sifat hubungan interpersonal dalam organisasi, serta untuk menilai persepsi sese
orang terhadap objek sosial atau pribadi yang menarik dari berbagai dimensi.
Selain itu pada skala perbedaan simantik, responden diminta untuk menjawab
atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau objek tertentu, misalnya
kinerja pegawai, peran pimpinan, gaya kepemimpinan, prosedur kerja, produktivitas
kerja, aktivitas guru di kelas, kontrol dan dukungan orang tua terhadap anaknya, dan
sebagainya. Skala ini menunjukkan suatu keadaan yang saling bertentangan,
misalnya ketatlonggar, sering dilakukan-tidak pemah dilakukan, lemah-kuat,
positifnegatif, buruk-baik, mendidik-menekan, buruk-baik, aktif-pasif, besarkecil
dan sebagainya.

Contoh: Berilah tanda (√) pada skala yang paling cocok dengan anda: 1) Kontrol
orang tua terhadap hubungan seksual di luar nikah:
Ketat 5 4 3 2 1 Longgar
Sering Dilakukan 5 4 3 2 1 Tidak Pernah Dilakukan
Lemah 5 4 3 2 1 Kuat
Positif 5 4 3 2 1 Negatif
Buruk 5 4 3 2 1 Baik
Mendidik 5 4 3 2 1 Menekan
Aktif 5 4 3 2 1 Pasif
2) Dukungan orang tua terhadap hubungan seksual di luar nikah:
Besar 5 4 3 2 1 Kecil
Selalu Dilakukan 5 4 3 2 1 Tidak Pernah Dilakukan
Kuat 5 4 3 2 1 Lemah
Positif 5 4 3 2 1 Negatif
Terus-menerus 5 4 3 2 1 Kadang-kadang
Baik 5 4 3 2 1 Buruk

3) Berilah tanda silang (X): Hubungan antara sesama peserta Diklat Adum
dalam satu kelas, sebagai berikut.
Intim _____________________________________ Renggang
5 4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -5

4. Rating Skala
Berdasarkan ke-3 skala pengukuran, yaitu: Skala Likert, Skala Guttman, dan
Skala Perbedaan Sementik, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab,
misalnya: ketat-Ionggar, sering dilakukan-tidak pemah dilakukan, lemah-kuat,
positif-negatif, buruk-baik, mendidik-menekan, buruk-baik, aktif-pasif, besar-kecil,
ini semua adalah merupakan contoh data kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data kualitatif
yang sudah tersedia tersebut, tetapi menjawab salah satu dari jawaban kuantitatif
yang telah disediakan. Dengan demikian bentuk rating scale lebih fleksibel, tidak
terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden
terhadap gejala atau fenomena lainnya misalnya skala untuk mengukur status sosial
ekonomi, Iptek, instansi & 1 mbaga, kinerja dosen, kegiatan PBM, kepuasan
pelanggan, produktivitas rja, motivasi pegawai, dan lainnya.
Pembuatan dan penyusunan instrumen dengan menggunakan rating tile yang
penting harus dapat mengartikan atau menafsirkan setiap skor yang diberikan dalam
altematif jawaban pada setiap item instrumen. Misalnya, Fatimah memilih jawaban
angka 4, Hamidah memilih jawaban ngka 4, dan Nunnasriyati memilih jawaban
angka 4, tetapi persepsi 'timah, Hamidah dan Nunnasriyati belum tentu sama
maknanya walaupun sama-sama menjawab angka 4.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui seberapa harmoniskah hubungan suami istri untuk
menciptakan keluarga sejahtera. Berilah tanda lingkaran (0) pada angka yang sudah
disediakan.

No. PERNYATAANTENTANG INTERVAL JA


Item MENCIPTAKAN SB B CB KB STB
WABAN
KELUARGA SEJAHTERA 5 4 3 2 1
1 Masalah agama 5 4 3 2 1
2. Manajemen pendidikan anak 5 4 3 2 1
3. Pengaturan keuangan keluarga 5 4 3 2 1
4. Perwujudan kasih sayang 5 4 3 2 1
5. Masalah rekreasi 5 4 3 2 1
6. Memilih sahabat-sahabat 5 4 3 2 1
7. Aturan rumah tangga 5 4 3 2 1
8. "Adat kebiasaan 5 4 3 2 1
9. Pandangan hidup 5 4 3 2 1
10. Cara bergaul dengan keluarga 5 4 3 2 1
11. Pekerjaan
saudara istri 5 4 3 2 1
12 Keintiman hubungan suami istri 5 4 3 2 1
13. Pemeliharaan anak 5 4 3 2 1
14. Pembagian tugas rumah tangga 5 4 3 2 1

Instrumen tersebut apabila dijadikan angket kemudian disebarkan kepada 25


responden, sebelum dianalisis, maka dapat ditabulasikan (rekapitulasi data) seperti
berikut:
Jumlah skor kriterium (apabila setiap item mendapat skor tertinggi) yaitu; = (skor
tertinggi tiap item = 5) x (jumlah item = 14) x (jumlah responden = 25) adalah 1750.
Rekapitulasi jawaban 25 responden tentang menciptakan keluarga sakinah
No. Jawaban responden untuk item Jumlah
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9nomor 10 11ke
12 ...
13 14
1. 5 5 2 5 3 3 5 2 5 2 5 5 5 3 55
2. 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 62
3. 5 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 59
l l
dst ... dst ...
23. 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 68
24. 5 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 62
25. 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 3 5 60
[umlah Skor Hasil 1400
Pengurnpulan Data
Jika jumlah skor hasil pengumpulan data = 1400. Dengan demikian keharmonisan
hubungan suarni istri untuk menciptakan keluarga sejahtera, menurut 25 responden yaitu:
1400 : 1750x100%=80% dari kriterium yang ditetapkan. Apabila diinterpre-tasi nilai
80% terletak pada daerah kuat. Sedangkan nilai 1400 termasuk dalam kategori interval
baik. Secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut.
0 20% 40% 60% 80% 100%
I. I I I I I

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat


0 350 700 1050 1400 1750
I I I I I
SKB KB CB B SB

5. Skala Thurstone
Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui dari
beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya
setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 ampai dengan 10, tetapi nilai-nilainya tidak
diketahui oleh responden. pemberian nilai ini berdasarkan jumlah tertentu pemyataan
yang dipilih oleh responden mengenai angket tersebut (Subana, 2000:34).
Perbedaan antara skala Thurstone dan skala Likert ialah pada skala Thutstone
interval yang panjangnya sarna memiliki intensitas kekuatan yang sama, sedangkan pada
skala Likert tidak perlu sama.
Contoh:
Merekrut Calon Dosen Fakultas. Kedokteran Universitas Indonesia. Tolang pilihlah
5 dari 10 pernyataan yang sesuai dengan persepsi saudara:
1. Saya memilih pekerjaan sebagai dosen karena pekerjaan yang mulia dan terhormat
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Bila saya seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya akan mengusulkau agar
mahasiswa Fakultas Kedokteran memakai sirnbul-simbul tertentu yang dapat
dibanggakan.
3. Saya merasa tersanjung bila saya lebih memiliki kemampuan dalam mengajarkan
sesuatu dari pada menguasai bidang studi saja.
4. Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang dosen; bila gaji hanya paspasan, berangkat
mengajar jalan kaki, di kampus Sering berhadapan tugas kerjaan dengan masalah yang rumit
dan mahasiwa yang bandel, dll.
5. Senangnya menjadi dosen apabila berhasil mendemonstrasikan pelajaran kepada
mahasiswa yang menghadapi kesulitan di laboratorium.
6. Sebagai dosen, saya bangga karena dosenlah sebagai pewaris ilmuwan yang
mengajarkan para mahasiswa untuk dipersiapkan menjadi manusia yang
tangguh, berkualitas, kreatif dan profesional untuk mengisi pembangunan
bangsa.
7. Semestinya gaji dosen lebih besar daripada gaji pegawai lain.
8. Apakah perlu dosen berbangga diri atas keberhasilan mahasiswa karena dosen
sendiri sering tidak pemah merasa diawasi oleh dekannya.
9. Sebaiknya dosen membimbing saya dengan sepenuh hati memberikan
keilmuannya, karena jika saya menjadi dosen pembimbing nanti akan mewarisi
ilmunya dan bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman.
10. Jika saya mahasiswa Fakultas Kedokteran, saya akan menyembunyikan
identitas saya.
Berdasarkan pemyataan item di atas, dapat dianalisis dengan cara sebagai
berikut:

Peneliti memberikan kunci jawaban dan penilaian yang akurat

No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
Pernyataan 0
Nilai 1 7 6 2 8 9 4 3 5 1
Nilai : 6+7+8+9+10
0 = 40 ~ 40 : 5
tertinggi = 8
Nilai terendah : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15 ~
3
15 : 5 = 3

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah aspek pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ilmiah. Hasi instrumen penelitian ini kemudian dikembangkan atau dianalisa sesuai dengan
metode penelitian yang akan diambil. Dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki
perbedaan yang cukup signifikan, misalnya dalam penelitian kualitatif menggunakan
instrumen penelitian wawacara, sedangkan dalam penelitian kuantitatif menggunakan
instrumen penelitian angket atau kuesioner.
Pengertian instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam metode
pengambilan data oleh peneliti untuk menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada
langkah penelitian selanjutnya. Pada prinsipnya instrumen penelitian memiliki
ketergantungan dengan data-data yang dibutuhkan oleh karena itulah setiap penelitian
memilih instrumen penelitian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Macam-macam bentuk dalam instrument penelitian secara umum, adalah sebagai
berikut; kuesioner/angket, wawancara, observasi, dokumentasi,
1. Kuesioner.
Alat pengumpulan data yang pertama adalah kuesioner atau angket. Dalam
instrument penelitian kuesioner ini identik dengan penelitian kuantitatif karena data yang
diberikan kepada informan adalah data yang ada jawaban terbuka dan tertutup. Jenis
pertanyaan yang ada dalam kuesioner adalah jenis pertanyaan yang dibutuhkan dalam
laporan penelitian.
2. Wawancara.
Jenis instrument penelitian yang kedua dalam pengumpulan data adalah wawancara
yang biasanya dilakukan dalam penelitian kualitatif. Wawancara ini memiliki tingkat
kemudahan sendiri dibandingkan dengan kuesioner karena jika wawancara tidak
melakukan penghitungan secara statistika, meskipun begitu kelemahan yang ada dalam
wawancara membutuhkan waktu penelitian yang relatif lama dibandingkan dengan
penelitian menggunakan angket.
3. Observasi.
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian
dengan saksama. Selain itu, kegiatan observasi bertujuan mencatat setiap keadaan yang
relevan dengan tujuan penelitian. Kelebihan yang di dapatkan dari metode observasi,
antara lain adalah dapat melihat langsung kegiatan sehari-hari informan, cocok untuk
orang yang tidak memiliki tingkat kesibukan tinggi karena tidak harus terpaku pada
waktu dan tempat tertentu, dapat mencatat secara bersamaan adanya kejadian tertentu.
Adapun untuk kekurangan yang terdapat dalam metode pengamatan atau observasi,
antara lain adalah dapat menimbulkan perilaku atau sikap yang berbeda dengan perilaku
sehari-hari karena merasa diamati, ada berbagai hal yang tidak terduga sehingga
mengganggu proses pengamatan, ada kejadian atau keadaan informan yang sulit diamati
karena bersifat terlalu pribadi dan rahasia.
Teknik yang ada dalam observasi dalam instrument penelitian pada dasarnya
dapatlah dibedakan menjadi dua macam, antara lain adalah sebagai berikut;
a. Observasi Partisipasi (Participant Observation) dilakukan dengan cara peneliti hadir
di tengah-tengah informan dan melakukan berbagai kegiatan bersama sambil
mencatat informasi yang dibutuhkan. Kehadiran peneliti dapat diketahui oleh siapa
pun sehingga observasi ini bersifat terbuka.
b. Observasi Nonpartisipasi (Nonparticipant Observation) dilakukan tanpa kehadiran
peneliti, bahkan mungkin responden tidak menyadani proses pengamatan tensebut.
Observasi dilakukan dan jarak jauh atau antara peneliti dan infonman yang berbeda
tempat.
4. Dokumentasi.
Cara lain untuk dapat memperoleh data dan responden dan informan adalah
menggunakan dokumentasi. Dengan dokumentasi, peneliti memperoleh infonmasi dan
berbagai macam sumber. Informasi tersebut antara lain tempat tinggal, alamat, dan latar
belakang pendidikan.
Kelebihan yang terdapat dalam instrument penelitian menggunakan metode
dokumentasi, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Memberikan gambaran berbagai informasi tentang informan pada waktu lampau
(yang direkam atau di dokumentasikan).
b. Menyajikan informasi mengenai hubungan informasi pada masa lampau dengan
kondisi sekarang.
c. Merekam berbagai jenis data tentang informan atau responden seperti identitas
responden, identitas orang tua responden, keadaan dan latar belakang keluarga
responden, lingkungan sosial, data psikis, prestasi belajar, data pendidikan dan data
kesehatan jasmani.
Sedangkan kekurangan yang terdapat dalam instrument penelitian dengan metode
dokumentasi ini, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Memerlukan validitas dokumentasi untuk mengetahui keabsahan dokumentas.
b. Dokumentasi terkadang tidak lengkap sehingga dapat menyesatkan peneliti.
Sumber dokumen yang ada di dalam pengembilan dalam instrument penelitian, pada
umumnya dibedakan menjadi empat sebagai berikut:
1) Dokumen resmi, berupa dokumen atau berkas yang dikeluarkan oleh suatu lembaga
secara resmi, misalnya rapor, nilai akhir semester, dan arsip sejarah.
2) Dokumen tidak resmi, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber tidak resmi tetapi
memberikan informasi penting terkait suatu kejadian.
3) Dokumen primer, berupa dokumen yang diperoleh dan sumber sah atau orang yang
menjadi informan dan penelitan. Dokumen ini mempunyai nilai keaslian dan bobot
lebih valid daripada dokumen lain.
4) Dokumen sekunder, berupa dokumen yang diperoleh selain dan sumber sah, bisa
orang lain atau berbagai media seperti surat kabar, laporan penelitian, makalah, dan
publikasi lainnya. Dokumen ini tidak memiliki nilai dan bobot keaslian sevalid
dokumen primer.
5. Tes sebagai instrumen penelitian, khususnya dalam pengumpulan data penelitian
merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampihan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan, dan bakat. Setidaknya terbagi menjadi lima
bentuk, antara lainnya adalah sebagai berikut:
a. Tes kepribadian, yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang.
b. Tes bakat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat
seseorang.
c. Tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang dalam
bidang tertentu, misalnya akademik.
d. Tes inteliegensi, yaitu tes yang digunakan untuk membuat penaksiran tingkat
intelektuah seseorang.
e. Tes sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kecenderungan sikap seseorang.

Pada penelitian kiantitatif, yang disebut instrument penelitian adalah “alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif”. Sehingga diperlukan teknik pengembangan skala atau alat ukur untuk
mengukur variable dalam pengumpulan data yang lebih sistematis. Salah satu implementasi
skala pengukuran adalah skala membantu dalam memperkirakan minat atau perilaku
individu atau kelompok terhadap orang lain atau lingkungannya. Namun, dalam membentuk
skala pengukuran harus mempertimbangkan jumlah data yang terlibat, menganalisis uji
statistic dan skala serta kategori apa yang digunakan disertai dengan teknik pengembangan
konstruksi skala.
1) Skala
Skala sangat penting dalam penelitian untuk menjelaskan prosedur yang dilakukan
dalam bentuk angka terhadap berbagai tingkat pendapat, sikap atau konsep lainnya.
Penskalaan dilakukan dengan membuat penilaian tentang beberapa karakteristik
penelitian, kemudian menilai karakter yang ditemukan dalam penelitian dengan standar
skala yang dibuat atau dengan menyusun kuesioner yang melihat respon individu dalam
rentang skala. Skala menyatakan nilai tertinggi dan terendah dan beberapa titik tengah
antara dua titik tersebut. Perbandingan akan dilakukan dengan melihat beberapa titik poin
tersebut dengan titik tertinggi atau titik terendah. Angka digunakan untuk mengukur
perbedaan derajat dalam sikap dan pendapat sesuai dengan skalaposisi subyek. Jadi
teknik penskalaan merupakan penentuan ukuran kuantitatif konsep subyektif yang
bersifat abstrak dan memberikan karakteristik pada subyek yang diteliti.
2) Klasifikasi Basis Skala
Prosedur penetapan angka dalam pensklaan dibagi berdasarkan basis:
a) Orientasi subjek
Basis skala ini dirancang untuk mengukur karakteristik responden siapa yang mampu
menyelesaikan atau untuk menilai stimulus pada objek yang disajikan kepada
responden.
b) Formulir tanggapan
Basis skala ini dapat diklasifikasikan dalam bentuk kategori dan komparasi. Skala
kategori atau skala penilaian digunakan ketika skor seorang responden terhadap
beberapa objek tanpa referensi langsung ke objek tersebut. Sedangkan skala
komparasi atau skala peringkat, responden diminta untuk membandingkan dua objek
atau lebih secara berurutan.
c) Tingkat subjektivitas
Basis skala ini didasarkan pada apakah pengukuran dilakukan berdasarkan preferensi
berdampak pada pribadi secara subyektif atau hanya membuat penilaian secara non-
preferensi subyektif.
d) Properti skala
Pertimbangan property skala akan pertimbangan klasifikasi skala menjadi skala
nominal, ordinal, interval ataupun rasio.
e) Jumlah dimensi
Dasar skala ini mengklasifikan skala dan bentuk satu dimensi atau multidimensi.
Dalam skala satu dimensi peneliti hanya mengukur satu atribut responden atau objek,
sedangkan penskalaan multidimensi mengukur suatu objek menggunakan konsep
ruang atribut dimensi sehingga dapat digambarkan lebih baik.
f) Teknik skala konstruksi
Pengembangan teknik skala kosntruksi dibagi menjadi:
(i) Arbitrary approach dimana pendekatan pengembangan skala berdasarkan ad
hoc. Diasumsikan bahwa skala tersebut mengukur konsep untuk yang telah
dirancang, meskipun ada sedikit bukti untuk mendukung asumsi semacam itu.
(ii) Consensus approach (Pendekatan consensus), dimana peneliti mengevaluasi hal-
hal yang dipilih untuk dimasukkan dalam instrumen dan apakah mereka relevan
terhadap topik tersebut dan tidak ambigu dalam implikasi.
(iii) Item analysis approach (Pendekatan analisis item), dimana sejumlah item
individu dikembangkan menjadi tes yang diberikan kepada sekelompok
responden. Kemudian, skor total dihitung untuk setiap responden, dan item
individu dianalisis untuk menentukan item mana yang membedakan antara orang
atau benda dengan skor total tinggi dan yang memiliki skor rendah.
(iv) Cumulative scales (Skala kumulatif) dipilih berdasarkan kesesuaian dengan
beberapa peringkat item dengan perbedaan jelas skor naik dan turun.
(V) Factor scales (Skala factor) dibangun atas dasar interkorelasi item yang
menunjukkan bahwa faktor umum menjelaskan hubungan antar item.
3) Teknik Pengembangan Alat Ukur Skala
Ada dua teknik konstruksi skala primer, yaitu teknik komparasi dan non-komparasi.
Teknik komparatif digunakan dalam menentukan nilai skala beberapa hal dengan
melakukan perbandingan antar hal tersebut. Metode teknik non-komparatif, nilai skala
sesuatu ditentukan tanpa membandingkan dengan sesuatu lain. Beberapa jenis teknik
komparatif adalah:
a. Skala perbandingan berpasangan (Pairwise comparison scale)
b. Merupakan teknik konstruksi skala tingkat (ordinal), dimana responden diberikan dua
item dan kemudian memintanya untuk memilih pilihannya atau preferensinya.
c. Skala model Rasch (Rasch model scale)
Dalam teknik ini, banyak responden terlibat secara simultan yang dihadapkan pada
beberapa item. Nilai skala diturunkan dari perbandingan respon yang diperoleh. Skala
urutan-peringkat merupakan teknik membangun skala tingkat ordinal (peringkat), di
mana responden diberikan beberapa item yang perlu dia rangking/urutkan.
d. Skala penjumlahan konstan (Constant sum scale)
Dalam teknik konstruksi skala ini, responden penelitian biasanya diberikan dengan
jumlah sesuatu contohnya uang, kredit atau poin yang bersifat konstan yang harus
dialokasikan ke berbagai item untuk menentukan nilai skala item tersebut.
Beberapa jenis teknik non-komparatif adalah:
a. Skala peringkat berkelanjutan (Continuous rating scale)
Dalam teknik ini, responden umumnya menggunakan serangkaian angka dikenal
sebagai titik skala untuk memberi peringkat suatu item. Teknik ini juga dikenal
sebagai penskalaan grafik berperingkat.
b. Skala likert (Likert scale):
Teknik ini memungkinkan responden untuk menilai item pada skala lima hingga
tujuh poin tergantung pada jumlah perjanjian atau ketidaksepakatan mereka pada item
tersebut. Skala Likert terdiri dari serangkaian pernyataan tentang sikap responden
terhadap objek yang diteliti. Setiap pernyataan memiliki 5 poin, dari skala Agree dan
Disagree. Masing-masing skor item dijumlahkan untuk menghasilkan skor total bagi
responden. Skala Likert terdiri dari dua bagian-bagian item dan bagian evaluasi.
Bagian item biasanya merupakan pernyataan tentang produk, acara, atau sikap
tertentu. Bagian evaluasi adalah daftar tanggapan seperti "sangat setuju" hingga
"sangat tidak setuju". Skala lima titik digunakan di sini. Kemudian nomor seperti +2,
+1, 0, –1, –2 digunakan. Namun untuk memudahkan perhitungan biasananya dirubah
nilaianya menjadi 5, 4, 3, 2, 1. Dengan rincian sebagai berikut: 5 = Sangat Setuju; 4
= Setuju; 3 = Ragu-ragu; 2 = Tidak Setuju dan 1 = Sangat Tidak Setuju
c. Skala diferensial semantic (Semantic differential scale): Dalam teknik ini, responden
diminta untuk menilai berbagai atribut item pada skala tujuh poin. Skala tujuh titik
digunakan di sini. Kemudian nomor seperti +3, +2, +1, 0, –1, –2, –3.
4) Analisis Reliabilitas (Reliability)
Reliabilitas suatu skala diartikan sejauh mana suatu proses pengukuran bebas dari
kesalahan (error). Kehandalan (reability) sangat berkaitan dengan akurasi dan
konsistensi. Suatu Skala dikatakan handal/reliabel, jika menghasilkan hasil yang sama
ketika pengukuran dilakukan berulang serta dilakukan dalam kondisi konstan (sama).
5) Analisis Validitas (Validity)
Validitas menjadi hal yang sangat penting karena validitas menjamin keabsahan
pengukuran dari skala yang ditentukan dari variable-variabel yang digunakan dalam
menentukan hubungan suatu kejadian atau fenomena. Ada beberapa metode yang dipakai
untuk memeriksa validitas skala yang digunakan dalam pengukuran diantaranya:
a. Bangunan Validitas (Construct Validity)
Sebagai contoh, pimpinan akan mempercayai bahwa terdapat korelasi antara kepuasan
pekerjaan pada seorang dosen dengan pribadi ekstrovert yang dimiliki sebagai
pengajar pada univesitas. Construct Validity akan dipertanyakan jika antara kepuasan
dan kepribadian yang terbuka tidak berdampak pada kinerja mengajar dosen tersebut.
b. Konten Validitas (Content Validity)
Pendefinisian masalah harus jelas disertai dengan masalah apa yang perlu diukur
dengan pengembangan skala pengukuran dengan tujuan penelitian tersebut. Contoh
peluncuran produk baru harus disertai pengukuran apakah isi (content) nya disukai
oleh responden. Sehingga tidak terjadi kegagalan dalam launching produk tersebut.
c. Predictive Validity
Ini berkaitan dengan kemampuan peneliti dalam memprediksi bagaimana
performance dari suatu item dimasa mendatang berdasarkan skor yang yang dihitung
saat ini.
d. Convergent Validity
Penilaian sampai sejauh mana skala berkorelasi positif dengan skala pengukuran lain
dari konstruk yang sama.
e. Validitas Diskriminan
Sejauh mana suatu skala ukuran tidak berkorelasi dengan konstruksi lain yang
memang seharusnya berbeda.
f. Validitas Nomologis: Sejauh mana skala berkorelasi dengan cara yang diprediksi
secara teoritis dengan ukuran konstruksi yang berbeda tetapi terkait.

C. Contoh Bentuk Instrumen Penelitian


Selain bentuk instrumen dalam bentuk skala komparasi dan non-komprasi di atas, ada
beberapa instrumen standar untuk penelitian kuantitatif yang dikenal diantaranya:
1. True-False
Mudah ditulis dan dinilai, cenderung menghafal namun mendorong tebakan tinggi
dari responden, sehingga diperlukan sejumlah besar pertanyaan untuk mendapatkan
gambaran nyata tentang apa yang diketahui peserta.
2. Matching
Mudah ditulis dan dinilai, bentuk ini ideal untuk mengukur hubungan atau asosiasi
antara fakta, namun cenderung menekankan hafalan responden.
3. Multiple Choice
Memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam mengukur hasil serta dirancang
untuk membuat peserta membedakan antara opsi yang bervariasi dalam tingkat
kebenaran sehingga tingkat berpikir kognitif lebih tinggi daripada pertanyaan T / F.
Namun bentuk ini memakan waktu untuk menulis dan harus diisi dengan hati-hati.
4. Completion
Bentuk instrument ini relatif mudah untuk ditulis, tetapi terkadang sulit untuk
membuat penialain karena bisa lebih dari satu jawaban yang bisa dipertahankan;
pembatasan beberapa kata untuk jawaban cenderung mengukur item yang lebih
kompleks.
SOAL LATIHAN BAB VI

1. Apa yang dimaksud dengan Skala Pengukuran? Dan sebutkan dan jelaskan jenis -
jenisskala pengukuran yang Anda ketahui!.
2. Apa yang dimaksud dengan data skunder dan data primer?
3. Sebutkan apa saja alat yang digunakan dalam obeservasi lapangan!
4. Jelaskan jenis-jenis observasi!
5. Jelaskan kaitan kajian teori dengan kuesioner!

Anda mungkin juga menyukai