Anda di halaman 1dari 12

MACAM-MACAM SKALA

Di susun oleh :
Sultan Ryan El Fariz
(11521413)
Dosen pengampu :
Abi Laras

3PA03
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
1. SKALA LIKERT
Skala Likert adalah sistem penilaian yang memungkinkan orang untuk menyatakan
seberapa setuju atau tidak setujunya mereka terhadap serangkaian pernyataan atau item.

Responden diperlihatkan serangkaian pernyataan yang relevan dengan isu tertentu. Mereka
diminta untuk menunjukkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan mereka dengan memilih
salah satu dari banyak pilihan jawaban, yang biasanya berkisar dari “Sangat Tidak Setuju”
hingga “Sangat Setuju.”

Skala ini merupakan warisan abadi yang memungkinkan para peneliti di seluruh dunia untuk
mengeksplorasi nuansa kompleks dari sikap manusia, menetapkan landasan untuk
pemahaman yang lebih mendalam tentang gagasan dan preferensi kita.

Skala aslinya dikembangkan pada tahun 1932 oleh Rensis Likert. Sebagai hasilnya, dia
mengembangkan skala kesepakatan bipolar 7 poin. Skala ini telah digunakan sejak saat itu
dan mungkin merupakan skala yang paling banyak digunakan selain skala dikotomis ya/tidak.

Seringkali, jika kita diminta untuk membuat kuesioner yang menggunakan skala penilaian,
yang dimaksud pemohon adalah skala gaya Likert.

Jika kita ingin mengetahui secara teknis, skala mengacu pada jumlah data yang dikumpulkan
dari daftar delapan atau lebih item yang diberi peringkat. Peringkat individu adalah item
Likert. Namun, agar tetap konsisten dengan terminologi saat ini, kami akan menyebut skala
Likert sebagai kelompok item Likert.

Pengembangan skala oleh Rensis Likert merupakan titik balik yang signifikan dalam sejarah
penelitian ilmu sosial. Karya revolusionernya masih diakui dan digunakan hingga saat ini. Ini
berkontribusi pada banyak penelitian dan memberikan wawasan penting mengenai sifat
kompleks perilaku manusia dan kemampuan intelektual.

Sejak tangga nada asli digunakan, terdapat banyak variasi pada temanya: semuanya masih
disebut sebagai skala Likert. Skala aslinya adalah perjanjian pengukuran skala 7 item.

Namun, saat ini, skala Likert sering merujuk pada skala bipolar bernomor ganjil. Tujuannya
masih untuk mengukur pendapat dan sikap responden terhadap berbagai pernyataan.
Meskipun ada banyak diskusi dalam komunitas riset pasar tentang berapa banyak item yang
harus dimasukkan dalam skala (5, 7, atau 9), satu hal yang pasti: memasukkan bagian skala
yang paling positif terlebih dahulu pasti akan menimbulkan bias positif dalam tanggapan.

Contoh dari penggunaan skala ini adalah saat sebuah restoran ingin mengetahui persepsi
pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan.

Cepat (5) _ _ _ _ _ (1) Lambat


Ramah (5) _ _ _ _ _ (1) Tidak Ramah

Jika pelanggan memberikan tanda di bagian paling kiri maka akan bernilai 5 sementara jika
tanda yang diberikan ada di paling kanan, maka penilaiannya akan bernilai 1.

2. RATING SCALE

Skala pemeringkatan, instrumen diagnostik, dan alat psikometri kami tidak diciptakan dalam
ruang hampa; melainkan merupakan produk dari zamannya, dengan masukan dari budaya,
bias, dan apa yang dianggap sebagai seni psikopatologi dan psikofarmakologi pada saat
perkembangannya. Tidak terkecuali Skala Sindrom Positif dan Negatif (PANSS). Skala ini
dikembangkan pada masa ketika gejala negatif diterima secara luas sebagai bentuk
skizofrenia yang terpisah, dan skala ini digunakan dalam penelitian gelombang pertama untuk
antipsikotik generasi kedua yang paling awal.

Rating scale juga termasuk jenis skala yang sering digunakan dalam penelitian. Rating scale
agak berbeda dengan beberapa skala sebelumnya. Jika pada skala-skala sebelumnya peneliti
akan mengubah data kualitatif (Setuju, Tidak Setuju, Netral, dll) menjadi data kuantitatif
(skor dalam bentuk angka), maka pada rating scale akan berlaku kebalikannya. Dimana dari
data kuantitatif akan diubah menjadi data kualitatif. Contoh yang paling sederhana, misalnya
di suatu kantor akan diukur seberapa mampu seorang leader mengayomi staff yang ada di
bawahnya,

 Angka 3 : Sangat Mengayomi


 Angka 2 : Cukup Mengayomi
 Angka 1 : Tidak Mengayomi
Responden akan diminta untuk memberikan angka untuk bisa mengetahui kesimpulan dari
penelitian tersebut. Untuk menentukan jumlah skala yang akan digunakan sebenarnya tidak
ada aturan khusus, peneliti bisa menyesuaikan dengan kepentingannya masing-masing.

3. SKALA SEMANTIC DIFFRENTIAL

Skala semantic diffential ini diperkenalkan oleh Charless Osgood, George Suci, dan Percy
Tannenbaum (1975) dalam tulisannya The Measurement of Meaning di mana mereka
melaporkan hasil penelitian mereka mengenai bagaimana memberikan makna (meaning)
terhadap suatu kata (nama atau objek). Menurut mereka, teknik diferensi semantic dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pengukurab psikologis dalam berbagai aspek, seperti
dalam bidang kepribadian, sikap, komunikasi, dsb.
Teknik ini mempunyai karakteristik khusus salah satunya adalah cara responden memberikan
respons terhadap aitem dalam skala diferensi semantic, yang dalam hal ini responden tidak
diminta untuk memberikan respons setuju atau tidak setuju, akan tetapi diminta untuk
lamngsung memberikan bobot penilaian mereka terhadap suatu stimulus menurut kata sifat
yang ada pada setiap kontinum dalam skala. Keunikan lain yaitu, teknik ini tidak
menggunakan pendekatan stimulus maupun pendekatan respons dalam pengembangannya.
Skala ini menggabungkan penggunaan sepasang kata sifat yang saling bertentangan, atau kata
sifat berkutub dua (bipolar adjectives) yang keduanya dipisahkan oleh tujuh atau enam nilai
yang dapat digunakan untuk mengukur reaksi seseorang terhadap kata tersebut. Karena teknik
ini pada dasaarnya mempelajari semantic, yaitu hubungan antara kata dan maknanya, maka
mereka menyebut skala mereka dengan nama “Diferensial Semantik”. Dengan kata lain,
teknik ini digunakan untuk mengukur maksa dari suatu pernyataan bagi seseorang.
Teknik diferensial semantic ini digunakan untuk mengetahui tiga factor umum yang
mencakup aktivitas, potensi dan evaluasi yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang.
Untuk menggunakan teknik ini, kita harus meletakkan suatu nama atau konsep di atas
rangkaian skala sikap berkutub dua (bipolar attitudes) yang terdiri atas tujug atau enam
poin, dan berfungsi sebagai jangkar.

Metode skala semacam ini merupakan salah satu teknik pengukuran yang paling banyak
digunakan dalam penelitian sosial, khususnya komunikasi. Melalui teknik ini, peneliti
KORAN KOMPAS

Informatif _:_:_:_:_:_:_: Tidak Informatif

Terpercaya _:_:_:_:_:_:_: Tidak Terpecaya

menentukan respons mereka dengan cara menandao salah satu nilai yang terdapat di antara
dua kata sifat yang saling bertentangan.
Kata sifat berkutub dua yang sering digunakan sebagai jangkar antara lain : menyenangkan/
tidak menyenangkan, berharga/ tidak berharga, menyenangkan/ menakutkan, adil/ tidak adil,
baik/ buruk.
Dalam pemakaian skala diferensial semantic, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Orientasi kutub kanan dan kutub kiri dibuat beragam. Artinya, jangan dibuat orientasi
yang sama pada kutub yang sama, misalnya, kutub kiri selalu negative, kutub kanan
selalu positif. Jika dipakai secara bergantian, maka responden akan terstimulasi untuk
lebih memperhatikan pertanyaan. Hal tersebut menghindari responden memberikan
jawaban yang sama karena menganggap semua kutub jawaban sama.
2. Jumlah skala dibuat ganjil, misalnya tiga, lima, tujuh, sembilan, dst. Tidak ada
ketentuan jumlah skala yang paling tepat. Namun, perlu dipertimbangkan bahwa
semakin banyak jumlah skala, respons dari responden semakin terwakili. Namun
disisi lain, responden semakin sulit menentukan skala yang tepat.

Skor keseluruhan diperoleh dengan menjumlahkan setiap nilai yang diberikan responden
pada setiap pasangan kata. Namun kita harus cermat dalam melakukan hal ini. Setiap
pasangan kata sifat memiliki bagian positif dan negative. Kita dapat meletakkan semua
pilihan kata sifat berkutub nagatif pada baris sebelah kanan dan sebagian kata sifat berkutub
negative terletak di deretan sebelah kiri.
Jika, misalnya, responden memberikan pilihan sebagaimana ditunjukkan pada contoh di
bawah, maka untuk menghitung skor total, kita harus mengurangi nilai dari setiap pilihan
berkutub negative pada deretan kiri dengan 7. Dengan demikian, kita menjumlahkannya
dengan cara sebagai berikut : 5 + 3 + 4 + (7-5) + (7-3) + (7-5) = 20.

KORAN KOMPAS

Informatif _ : _ : _ : _ : _ : X: _ : Tidak Informatif

Terpercaya _:_:X:_:_:_:_: Tidak Terpecaya

Berharga _:_:_:X:_:_:_: Tidak Berharga

Tidak Adil _:_:_:_:X:_:_: Adil

Tidak Cerdas _ : _ : X: _ : _ : _ : _ : Cerdas

Bias _ : _ : _ : _ : X: _ : _ : Tidak Bias


Contoh yang paling sederhana, misalnya di suatu kantor akan diukur seberapa mampu
seorang leader mengayomi staff yang ada di bawahnya,
 Angka 3 : Sangat Mengayomi
 Angka 2 : Cukup Mengayomi
 Angka 1 : Tidak Mengayomi
Responden akan diminta untuk memberikan angka untuk bisa mengetahui kesimpulan dari
penelitian tersebut. Untuk menentukan jumlah skala yang akan digunakan sebenarnya tidak
ada aturan khusus, peneliti bisa menyesuaikan dengan kepentingannya masing-masing.

4. SKALA NOMINAL

Skala nominal adalah salah satu jenis skala untuk pengukuran data yang didasarkan pada nama
dan predikatnya. Jadi skala nominal hanya bisa membedakan benda, objek, dan peristiwa yang
diteliti dengan dasar nama atau predikatnya. Skala ini biasa dipakai untuk mengklasifikasi data
baik itu objek individu atau kelompok secara kategorik dan kualitatif.

Secara umum pengukuran dengan skala nominal dilakukan dengan pemberian simbol atau angka
pada satu data tertentu. Pemberian angka disini tidak menunjukkan kuantitatif, melainkan
menunjukkan adanya atribut atau karakteristik pada data yang bersangkutan. Jadi bisa dibilang
skala nominal ini hanya memberi label dan tidak menunjukkan adanya tingkatan pada data yang
diukur.

Contoh yang paling biasa kita temukan dari penggunaan skala nominal itu adalah kategori jenis
kelamin seperti 1 untuk pria dan 2 untuk wanita. Angka 1 dan 2 tidak menunjukkan adanya
kuantitatif atau juga urutan, angka tersebut hanya sebagai simbol identifikasi saja. Fungsinya
hanya sebagai label, jadi tidak menunjukkan 2 lebih besar dari 1 atau sebaliknya 1 lebih tinggi
dari 2.

5. SKALA ORDINAL

Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut dengan skala
peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran
selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur
menurut karakteristik tertentu.

Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat
puas, 4=puas, 3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam
suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya. Dalam skala ordinal, tidak seperti
skala nominal, ketika kita ingin mengganti angka- angkanya, harus dilakukan secara berurut
dari besar ke kecil atau dari kecil ke besar. Jadi, tidak boleh kita buat 1=sangat puas, 2=tidak
puas, 3=puas dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang puas dstnya.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala ordinal adalah meskipun nilainya
sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak (selisih). Kita tidak tahu berapa
jarak kepuasan dari tidak puas ke kurang puas. Dengan kata lain juga, walaupun sangat puas
kita beri angka 5 dan sangat tidak puas kita beri angka 1, kita tidak bisa mengatakan bahwa
kepuasan yang sangat puas lima kali lebih tinggi dibandingkan yang sangat tidak puas.

Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat
menerapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan,
perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai dengan skala ordinal juga adalah
peralatan statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus,
distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.

6. SKALA INTERVAL

Skala interval adalah skala pengukuran kuantitatif di mana ada keteraturan, perbedaan antara
dua variabel bermakna dan sama, dan kehadiran nol bersifat arbitrer. Ini mengukur variabel
yang ada di sepanjang skala umum pada interval yang sama. Ukuran yang digunakan untuk
menghitung jarak antar variabel sangat andal.

Skala interval adalah pengukuran dengan skala numerik di mana nilai-nilai yang berdekatan
memiliki jarak yang sama dan diukur sepanjang skala (contohnya, jarak antara 40 cm dengan
50 cm sama seperti jarak antara 60 cm dengan 70 cm). Data ini pasti berbentuk angka dan
merupakan salah satu skala pengukuran kuantitatif.
Dalam skala interval, nilai 0 bersifat arbitrer, artinya suatu variabel tetap bisa diukur
meskipun memiliki nilai negatif. Interval data juga bisa ditambah atau dikurangi, namun tidak
dapat dibagi atau dikali.

Contoh skala interval adalah pengukuran suhu menggunakan derajat celcius (16 derajat
celcius lebih dingin dibanding 20 derajat celcius).

7. SKALA RASIO

Rasio adalah skala pengukuran kuantitatif yang memudahkan kita untuk mencari perbedaan
antar variabel dan memberi urutan data. Skala pengukuran ini memungkinkan untuk
melakukan semua jenis perhitungan dan dan menarik kesimpulan pasti. Perbedaannya dengan
interval adalah rasio tidak memiliki nilai negatif.

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua
karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol
yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah
meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah
mempunyai nilai perbandingan/rasio.

Pengukuran-pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan adalah pengukuran tinggi
dan berat. Misalnya berat benda A adalah 30 kg, sedangkan benda B adalah 60 kg. Maka
dapat dikatakan bahwa benda B dua kali lebih berat dibandingkan benda A.

Contoh skala pengukuran rasio adalah data ukuran tinggi badan. Tidak mungkin ada tinggi
badan yang memiliki nilai 0 bahkan negatif. Jika nilainya 0, maka data itu dianggap tidak
ada.

Dalam penelitian, skala rasio dapat memberikan informasi paling rinci dibanding jenis
lainnya. Ini dikarenakan peneliti dapat menghitung tendensi sentral menggunakan teknik
statistika, seperti median, mode, dan mean.

Untuk memutuskan kapan harus menggunakan skala rasio, terlebih dahulu kamu harus tahu
apakah variabel pada data memiliki semua karakteristik skala interval dan nilai 0 mutlak.
8. SKALA GUTTMAN

Guttman lahir di New York City pada tanggal 10 februari 1916 dan tumbuh di komunitas
yahudi di Minneapolis, Minnesota. Guttman menerima gelar BA pada tahun 1936 dan MA
pada tahun 1939 di Universitas Minnesota, dan gelar PhD dalam pengukuran sosial dan
psikologis pada tahun 1942. Dari 1941 hingga 1947 Guttman adalah profesor sosiologi di
Cornell University, sementara sebagai bagian dari upaya Perang Dunia II, ia juga menjabat
sebagai Konsultan Ahli di Cabang Penelitian Angkatan Darat AS. Pada tahun 1947, Guttman
dan istrinya, Ruth, beremigrasi ke Palestina.

Dia adalah anggota Akademi Ilmu Pengetahuan dan Kemanusiaan Israel, dan anggota
Kehormatan luar negeri dari Akademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Amerika dan Presiden
Masyarakat Psikometrik. Pada tahun 1956, ia terpilih sebagai Universitas Stanford: Rekan di
Pusat Studi Lanjut dalam Ilmu Perilaku. Pada 1962, ia menerima Hadiah Rothschild.
Pengembangan teori skala oleh Louis Guttman dan Clyde Coombs telah diakui oleh Science
sebagai salah satu dari 62 kemajuan besar dalam ilmu sosial pada periode 1900-1965.
Penghargaan lainnya adalah:

1. 1974 Bupati Universitas Minnesota - Penghargaan Pencapaian Luar Biasa

2. 1978 Israel Prize dalam ilmu sosial

3. 1984 Educational Testing Service Measurement Award dari Princeton University.

Guttman meninggal pada 25 Oktober 1987, saat cuti panjang di Minneapolis.Skala Guttman
dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala Guttman disebut juga dengan Scalogram atau
analisis skala (Scale Analysis). Louis Guttman mengembangkan skala ini untuk mengatasi
masalah yang dihadapi oleh Likert dan Thurstone. Disamping itu skala Gulttman mempunyai
asumsi menurut Babble (Sukardi,2011;149) bahwa dasar dari fakta di mana beberapa item di
bawah pertimbangan yang harus dibuktikan menjadi petunjuk kuat satu variabel disbanding
dengan variabel lainnya.

Skala Guttman memiliki beberapa ciri penting, yaitu:


a. Skala Guttman merupakan skala komulatif. Jika seseorang responden mengiyakan
pertanyaan atau pernyataan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan
pertanyaan atau pernyataan yang kurang berbobot lainya.

b. Skala Guttman mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi,
sehingga skala ini mempunyai sifat unidimensional.
Skala Guttman merupakan skala yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari responden
yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kata-kata yang digunakan, misalnya: ya – tidak,
benar – salah, positif – negatif, yakin – tidak yakin dan sebagainya. Data yangdiperoleh
berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif pilihan). Pada skala Guttman hanya
mempunyai dua skor, misal pada sikap yang mendukung sesuai dengan pertanyaan atau
pernyataan diberi skor 1 dan sikap yang tidak mendukung sesuai dengan pertanyaan atau
pernyataan diberi skor 0.

Setelah tabel Guttman tersusun, langkah selanjutnya adalah menilai Skala Nilai Ekonomi
Anak dengan analisa Skalogram. Untuk ini perlu dihitung jumlah kesalahan (e). Kalau
dihitung sel-sel yang kosong dari jawaban ‘’Ya’’ yang menyeleweng pada kolom-kolom
pernyataan 1 sampai 7 dalam Tabel Guttman, maka jumlah masih dipandang baik?
Pernyataan ini mungkin lebih berarti apabila jumlah kesalahan dibandingkan dengan jumlah
kesalahan yang mungkin terjadi pada skala diatas.

Jumlah total kesalahan yang dapat terjadi pada skala dengan jumlah total pilihan jawaban (n)
dikurangi jumlah jawaban para responden (Tn), yaitu :105-71=34. Apakah skala memiliki 6
kesalahan dari 34 kemungkinan kesalahan, cukup baik digunakan ? Untuk menjawab
pertanyaan ini perlu diadakan dua macam test, yakni test reproduksibilitas (test of
reproducibility) dan test skalabilitas ( test of scalability).

REFRENSI

Amri A., Junaidi, Yulmardi. (2009). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya.
Bogor. IPB Pres

Nurgiyantoro, B., Gunawan, Marzuki. (2000). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Azwar, S. 2015. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Offset.
Morissan. (2017). Metode Penelitian Survey. Jakarta : Kencana.
Simamora, Bilson. (2005). Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Prof Asep Saefuddin , Lukmanul Hakiem, Introduction to machine learning using R (Konsep
Teori dan Praktik)

Anda mungkin juga menyukai