Anda di halaman 1dari 10

METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

SKALA PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN

Disusun Oleh

Kelompok 2

Nama Anggota :

1. Ni Made Candra Primandini (2007531054)

2. Kadek Diah Yulia Paramita (2007531117)

3. Ni Made Maharani Cahya Gita (2007531167)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
PEMBAHASAN

1. Macam-Macam Skala Pengukuran


Scale atau skala adalah alat pengukur data atau konkritnya jenis pertanyaan seperti
apa yang digunakan untuk menghasilkan data. Skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, sehingga dapat menghasilkan data kuantitatif (Paramita, Rizal, & Sulistyan,
2021). Dengan skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dapat dinyatakan dalam
bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Dalam pengukuran sikap,
sikap sekelompok orang akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.
Macam-macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval,
dan skala rasio, dari skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan
rasio (Sugiyono, 2013).
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi,
Pendidikan dan Sosial antara lain adalah skala likert, skala guttman, rating scale, dan
semantic deferential. Jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan
mendapatkan data interval atau rasio (Sugiyono, 2013).
a. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Fenomena sosial ini
ditetapkan secara spesifik yang disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, variabel
yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, antara lain:
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Ragu-ragu
d) Tidak setuju
e) Sangat tidak setuju
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a) Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
b) Setuju/sering/positif diberi skor 4
c) Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

1
d) Tidak setuju/hampir tidak pemah/negatif diberi skor 2
e) Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.
a) Checklist
Contoh: Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara
memberi tanda () pada kolom yang tersedia.

SS = Sangat Setuju diberi skor 5


ST = Setuju diberi skor 4
RG = Ragu-ragu diberi skor 3
TS = Tidak setuju diberi skor 2
STS = Sangat Tidak setuju diberi skor 1
Kemudian dengan teknik pengumpulan data angket, maka instrumen terse but
misalnya diberikan kepada 100 orang karyawan yang diambil secara random. Dari 100
orang pegawai setelah dilakukan analisis misalnya:
25 Orang menjawab SS
40 Orang menjawab ST
5 Orang menjawab RG
20 Orang menjawab TS
10 Orang menjawab STS
Berdasarkan data tersebut 65 orang (40 + 25) atau 65% karyawan menjawab setuju
dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas karyawan setuju dengan adanya metode
kerja baru.
b) Pilihan ganda
Contoh: Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat
anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang
berbeda-beda. Untuk jawaban di atas "sangat tidak setuju" diletakkan pada jawaban nomor

2
pertama. Untuk item selanjutnya jawaban "sangat tidak setuju" dapat diletakkan pada
jawaban nomor terakhir.
Dengan cara demikian maka kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom
tertentu dari bentuk checklist dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan selalu
membaca pertanyaan setiap item instrumen dan juga jawabannya. Pada bentuk checklist,
sering jawaban tidak dibaca, karena letak jawaban sudah menentu. Tetapi dengan bentuk
checklist, maka akan didapat keuntungan dalam hal ini singkat dalam pembuatannya, hemat
kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih menarik. Data yang diperoleh
dari skala tersebut adalah berupa data interval.
b. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu "ya-tidak";
"benar-salah"; "pernah-tidak pernah"; "positif-negatif" dan lain-lain (Sugiyono, 2013). Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Jadi kalau
pada skala Likert terdapat 3, 4, 5, 6, 7 interval, dari kata "sangat setuju" sampai "sangat tidak
setuju", maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu "setuju" atau "tidak
setuju". Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh: Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat pimpinan di perusahaan ini?
a) Setuju
b) Tidak setuju
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk
jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti pada
skala Likert.
c. Semantic deferential
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban "sangat
positifnya" terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang "sangat negatif" terletak di
bagian kiri garis, atau sebaliknya (Sugiyono, 2013). Data yang diperoleh adalah data
interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang
dipunyai oleh seseorang.

3
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai
dengan negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap
pemimpin itu sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti
netral, dan bila memberi jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap
pemimpinnya sangat negatif.
d. Rating Scale
Dari ketiga jenis di atas, data yang diperoleh adalah data kualitatif yang kemudian
dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka
kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sugiyono, 2013).
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau
tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden
tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi
menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale
ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi
responden terhadap fenomena lainya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.
Hal penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat
mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.
Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu
sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh:
Bila instrumen di samping digunakan
sebagai angket dan diberikan kepada 30
responden, maka sebelum dianalisis, data
dapat ditabulasikan dahulu. Jumlah skor
kriterium (bila setiap butir mendapat skor
tertinggi) = 4 x 10 x 30 = 1200. Misal
jumlah skor hasil pengumpulan data = 818.
Dengan demikian kualitas tata ruang kantor
lembaga A menurut persepsi 30 responden
itu 818 : 1200 = 68% dari kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat
kategori sebagai berikut.

4
Nilai 818 termasuk dalam kategori interval "kurang baik dan cukup baik". Tetapi lebih
mendekati cukup baik.
2. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2018:38), operasional variabel adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun tujuan definisi operasional (1) Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan
oleh peneliti untuk mengukur variabel, (2) Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten
untuk istilah/variabel yang jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat
ditafsirkan dengan cara yang berbeda, (3) Membuat pengumpulan data serta analisis lebih
fokus dan efisien, (4) Memandu jenis data informasi apa yang dicari oleh peneliti (Salmaa,
2022).
• Tipe Definisi Operasional (Salmaa, 2022)
1) Definisi Operasional Tipe A (Pola I)
Tipe A disusun berdasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga
menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat
terjadi. Penggunaan prosedur yang dilakukan oleh peneliti dapat membuat gejala
tersebut bisa terealisasikan.
2) Definisi Operasional Tipe B (Pola II)
Tipe B disusun berdasarkan pada bagaimana suatu objek didefinisikan kemudian
dapat dioperasionalisasikan dengan baik, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau
yang menyusun karakteristik dinamisnya.
3) Definisi Operasional Tipe C (Pola III)
Tipe C dapat disusun berdasarkan pada penampakan atau gambaran visual suatu objek
atau gejala tersebut seperti apa, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristikkarakteristik statisnya.
• Cara Membuat Definisi Operasional (Salmaa, 2022)
a) Identifikasi karakteristik, Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah pentingnya
mengidentifikasi karakteristik atau jenis masalah yang akan diukur.
b) Tentukan alat atau instrumen pengukur Alat ukur yang bisa dan sering dipakai adalah
alat ukur fisik seperti jam, timbangan, mikrometer dan lainnya. Pada pengamatan
visual atau fisik diperlukan penglihatan normal atau membutuhkan alat seperti kaca
pembesar untuk memudahkan pengamatan.

5
c) Jelaskan metode pengujian, metode pengujian adalah prosedur paling baru untuk
digunakan dalam aktivitas pengukuran. Misalnya ketika mengukur waktu, maka titik
awal mulai dan titik akhir harus ditentukan.
d) Sebutkan kriteria keputusan, Merinci atau menyebutkan apa saja kriteria yang
digunakan untuk mengambil simpulan dari pengujian tersebut.
e) Dokumetasikan definisi operasional, definisi operasional akan lebih baik jika di
dokumentasi dan distandarisasi.
f) Uji definisi operasional, definisi operasional harus membuat tugas yang akan
dilakukan menjadi jelas dan mudah untuk menguji definisi operasional dengan
meminta seseorang yang berbeda untuk mengamatinya.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data tersebut valid. Valid artinya instrument dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan
untuk mengukur objek yang sama beberapa kali, akan menghasilkan data yang sama.
Instumen penelitian yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan
hasil penelitian yang valid dan reliabel. Selain dengan instrumen yang valid dan reliabel,
hasil penelitian dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti dan kemampuan orang yang
menggunakan instrument untuk mengumpulkan data. Contoh instrument dalam ilmu alam,
yaitu meteran, thermometer, dan timbangan. Instrumen ini telah diakui validitas dan
reliablitasnya. Sedangkan instrument dalam ilmu sosial terdapat instrument yang sudah baku
(standar) dan ada yang belum baku bahkan belum ada. Untuk itu diperlukan kemampuan
peneliti untuk menyusun sendiri instrument pada setiap penelitian dan menguji validitas dan
reliabilitasnya (Sugiyono, 2019).
Instrumen yang valid harus memiliki validitas internal dan eksternal. Instrumen yang
memiiki validitas internal (rasional) dapat diketahui bila kriteria yang ada dalam instrument
secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi, kriterianya ada pada
instrumen tersebut. Instrumen yang memiliki validitas eksternal dapat diketahui bila kriteria
di dalam instrument disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada (Sugiyono,
2019).
Validitas internal instrument penelitian yang berupa test harus memenuhi validitas
konstruksi dan validitas isi. Sedangkan untuk instrument non test yang digunakan untuk
mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi. Instrumen dikatakan memiliki
validitas kontruksi apabila instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala

6
sesuai dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah
instrument yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur achievement
(prestasi belajar) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk
menyusun instrument prestasi belajar yang memiliki validitas isi, maka instrument harus
disusun berdasarkan materi yang diajarkan. Sedangkan instrument yang digunakan untuk
mengetahui pelaksanaan program, maka instrument disusun berdasarkan program yang telah
direncanakan. Pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian dapat dilakukan
sebagai berikut (Sugiyono, 2019):
A. Pengujian Validitas Instrumen
1) Pengujian validitas konstruksi
Pengujian validitas konstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan pendapat
dari ahli (judgment expert). Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan
berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka dilanjutkan dengan
uji coba instrument. Hal ini dilakukan dengan menguji coba instrument pada
sampel dari mana populasi diambil.
2) Pengujian Validitas Isi
Pengujian validitas untuk instrument yang berbentuk teks dilakukan dengan
membandingkan isi instrument dengan materi atau teori yang digunakan.
Sedangkan pengujina validitas isi untuk instrument yang akan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dapat dilakukan dengan membandingkan isi
instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrument atau matriks pengembangan instrument yang
berisi variabel yang diteliti, indkator sebagai tolak ukur dan butir pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Hal ini ditujukan agar pengujian
validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3) Pengujian Validitas Eksternal
Pengujian validitas eksternal dilakukan dengan membandingkan (mencari
persamaan) antara kriteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris
yang terjadi di lapangan. Apabila terdapat kesamaan antara kriteria dalam
instrument dengan fakta di lapangan, maka instrument tersebut dinyatakan
memiliki validitas eksternal yang tinggi yang akan mengakibatkan hasil
penelitian memiliki validitas yang tinggi pula. Penelitian dikatakan memiliki

7
validitas eksternal apabila hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada sampel
lain dalam populasi yang diteliti.
B. Pengujian Reliabilitas Instrumen
1) Test-retest
Pengujian reliabilitas instrument penelitian diuji dengan test-retest dilakuakn
dengan cara menguji instrument beberapa kali pada responden. Dalam hal ini,
instrument yang sama diuji pada responden yang sama dalam waktu yang
berbeda. Apabila koefisien korelasi antar percobaan positif dan signifikan, maka
instrument tersebut dinyatakan sudah reliabel.
2) Ekuivalen
Pengujian ini dilakuakn dengan cara menguji intrumen yang berbeda pada
responden dan waktu yang sama. Pengujian ini dilakukan cukup sekali dengan
mengorelasikan anatar data instrument yang satu dengan instrument yang
dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat
dinyatakan reliabel.
3) Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menguji dua intrumen yang ekuivalen
beberapa kali pada responden yang sama. Reliablitas instrument dilakuakn
dengan mengorelasikan dua instrument yang selanjutnya dikorelasikan pada
pengujian kedua dan dikorelasikan lagi secara silang. Dengan dua kali pengujian
dalam waktu yang berbeda akan didapat enam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi positif signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrument
tersebut reliabel.
4) Internal Consistency
Pengujian reliabilitas degan internal consistency dilakukan dengan menguji
instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
tertentu. Pengujian reliabilitas ini dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari
Spearman Brown, KR.20 (Kuder Richardson), KR 21, dan Anova Hoyt.

8
DAFTAR PUSTAKA
Salmaa. (2022, April 19). deepublish. Retrieved from
https://penerbitdeepublish.com/definisi-operasional/
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai