"Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat
seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan
definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti"
Suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala
yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Penggunaan yang penelitian yang
sering menggunakan skala ini adalah bila penelitian menggunakan jenis penelitian SURVEI
DESKRIPTIF (Gambaran). Nama skala ini diambil dari nama penciptanya Rensis Likert,
yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Sewaktu menanggapi
pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap
suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.
Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevant dengan masalah yang sedang
diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai. Kemudian item-item
itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin
diteliti.
Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak
menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi
menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang
tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi
dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak
setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang
disusun. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-
masing item dari individu tersebut.
Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor
tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper 25% dan lower
25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda.
Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau
rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.
Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas menunjukkan hubungan dengan sikap
yang sedang diteliti masih dapat dimasukkan ke dalam skala. Dalam menyusun skala
Thurstone, yang dimasukkan hanya item-item yang telah disetujui bersama dan jelas
berhubungan dengan sikap yang ingin diteliti saja yang dapat dimasukkan.
Skala Likert lebih mudah membuatnya dibanding skala Thurstone. Skala Likert mempunyai
reliabilitas yang relatif tinggi dibandingkan dengan skala Thurstone untuk jumlah item yang
sama. Makin banyak jumlah item, maka makin kurang reliabilitasnya.
Skala Likert dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam beberapa respons alternatif
(SS=sangat setuju, S=setuju,R=ragu-ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak setuju).
Sedangkan skala Thurstone hanya membuka dua alternatif saja.
Contoh Pertanyaan :
Pentingkah skill dan nilai tinggi dalam dunia kerja ?
Hasil Jawaban
SS : 7
S : 5
N : 10
TS : 5
TSS : 8
A 10
B 8
C 6
D 4
E 2
Tabel Presentase Nilai
Jawaban Keterangan
Dari data yang didapat diatas kemudian diolah dengan cara mengkalikan setiap point jawaban
dengan bobot yang sudah ditentukan dengan tabel bobot nilai.
Maka Hasil Perhitungan jawaban responden sebagai berikut :
Pertanyaan Pertama
1) Responden yang menjawab sangat setuju (10) = 7 x 10 = 70
2) Responden yang menjawab setuju (8) = 5 x 8 = 40
3) Responden yang menjawab netral (6) = 10 x 6 = 60
4) Responden yang menjawab tidak setuju (4) = 5 x 4 = 20
5) Responden yang menjawab tidak sangat setuju (2) = 8 x 2 = 16
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden NETRAL untuk pentingnya skill
dan nilai tinggi dalam dunia kerja.
Rumus Mencari persentasi hail kuesioner, menurut (Sugiyono,2008),
p = f/n x 100
p : Prosentase
f : Frekwensi dari setiap jawaban angket
n : Jumlah responden
p = 7/10 x 100
p = 70%
p = 6/10 x 100
p = 60 %
Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam
angket dan paling sering digunakan untuk riset yang berupa survei,
termasuk dalam penelitian survei deskriptif.
Penggagas dan pencipta
skala likert adalah Rensis Likert asal Amerika Serikat yang menerbitkan
suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Skala Likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Bentuk jawaban skala Likert antara lain: sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju, dan tidak setuju. Selain itu, jawaban setiap item instrumen
yang menggunakan Skala Likert bisa juga mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat
Tidak Penting (STP).
Jumlah skor tertinggi untuk item “Sangat Suka” adalah 5 x 100 = 500,
sedangkan item “Sangat Tidak Suka” adalah 1 x 100 = 100. Jadi, jika total
skor penilaian responden diperoleh angka 247, maka penilaian interpretasi
responden terhadap cita rasa produk tersebut adalah hasil nilai yang
dihasilkan dengan menggunakan rumus Index %.
3. Skala Likert dapat memberikan keterangan yang lebih jelas dan nyata
tentang pendapatan atau sikap responden tentang isu yang dipertanyakan
karena jangka respons yang lebih besar.
Kelemahan Skala Likert
1. Skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak
dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu
yang lain. Hal ini karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal.
2. Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas,
karena banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan
skor yang sama. Adanya kelemahan di atas sebenarnya dapat dipikirkan
sebagai error dari respons yang terjadi.
Bentuk pertama adalah skala mengenai pendapat yang biasanya pada kertas angket
terdiri dari lima pilihan, yaitu Sangat Senang (SS), Senang (S), Netral (N), Tidak
Senang (TS), dan Sangat Tidak Senang (STS).
Jawaban yang harus diisi di antaranya Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu (R),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
1. Mengumpulkan Data
Langkah pertama adalah mengumpulkan data yang akan dianalisis dengan cara
memberikan angket yang sudah diisi dengan pertanyaan mengenai suatu kondisi
atau fenomena sosial.
Pastikan untuk menggunakan sampel yang tepat dengan jumlah responden yang
sesuai agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
Contoh Pertanyaan
No Pertanyaan SS S R TS
Sangat Senang : 30
Senang : 30
Ragu : 5
Tidak Senang : 20
3. Pemberian Bobot
Semua data yang sudah dijumlahkan, tidak bisa langsung diolah. Anda harus
memberikan bobot pada masing-masing jawaban.
Misalnya poin atau bobot pada jawaban dari sangat suka, hingga sangat tidak suka
adalah 5, 4, 3, 2, dan 1. Setelah jumlah dikalikan dengan bobot, barulah seluruhnya
dijumlahkan.
Senang : 30 x 4 = 120
Ragu : 5 x 3 = 15
Tidak Senang : 20 x 2 = 60
Untuk mengetahui skor maksimum, maka rumusnya adalah jumlah responden x skor
tertinggi.
4. Hitung Persentase
Langkah terakhir, untuk mengetahui kesimpulan dari hasil penelitian adalah dengan
menghitung persentasenya.
Rumus untuk mengetahui indeks dalam bentuk persen adalah total skor dibagi total
skor maksimum dikali 100.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan skala Likert dalam penelitian, maka cara
perhitungan dan tujuan penilaian yang diperoleh harus Anda pahami terlebih dahulu.
Hal ini penting untuk menunjang data yang lebih valid sebelum dilakukan evaluasi
dan membuat kesimpulan.
Selain itu, efektivitas skala Likert juga sangat dipengaruhi oleh bentuk pertanyaan
yang Anda tulis pada angket.