Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya

Apa itu Skala Likert? Apa saja kelebihan dan kekurangan menggunakan skala likert? Bagaimana cara
menghitung data dengan skala likert? Pengertian atau definisi Skala Likert adalah skala yang digunakan
untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau
fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Skala ini merupakan suatu skala psikometrik yang biasa diaplikasikan dalam angket dan paling sering
digunakan untuk riset yang berupa survei, termasuk dalam penelitian survei deskriptif. Penggagas dan
pencipta skala likert adalah Rensis Likert asal Amerika Serikat yang menerbitkan suatu laporan yang
menjelaskan penggunaannya. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel.
Dalam pengukuran bidang pendidikan, skala Likert juga sering digunakan, selain juga skala Guttman,
semantik Diferensial, Rating scale, dan skala Thurstone. Dalam penggunaan skala Likert, terdapat dua
bentuk pertanyaan, yaitu bentuk pertanyaan positif untuk mengukur skala positif, dan bentuk pertanyaan
negatif untuk mengukur skala negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk
pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5 atau -2, -1, 0, 1, 2.
Bentuk jawaban skala Likert antara lain: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan tidak setuju.
Selain itu, jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert bisa juga mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting
(P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP).

Pengertian dan Prosedur Membuat Skala Likert


Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang
memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan “netral” tak tersedia. Mengutip dari buku Nazir M.
“Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia; Bogor; tahun 2005, dalam membuat skala Likert, ada beberapa
langkah prosedur yang harus dilakukan peneliti, antara lain:
1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, memiliki relevansi dengan masalah yang sedang
diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.
2. Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi
yang ingin diteliti.
3. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya
(-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor
tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang
terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian
juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan
dan isi dari item-item yang disusun.\
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan
mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:
 Pertanyaan Positif (+)
Skor 1. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Skor 2. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. (Setuju/Baik/suka)
Skor 5. Sangat (setuju/Baik/Suka)
 Pertanyaan Negatif (-)
Skor 1. Sangat (setuju/Baik/Suka)
Skor 2. (Setuju/Baik/suka)
Skor 3. Netral / Cukup
Skor 4. Tidak (setuju/baik/) atau kurang
Skor 5. Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu
tersebut.
5. Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan
skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk
melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. Item-item yang tidak menunjukkan
beda yang nyata, apakah masuk dalam skor tinggi atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan
konsistensi internal dari pertanyaan.
Contoh Kasus Penghitungan Menggunakan Skala Likert
Sekelompok tim mahasiswa gizi sedang melakukan uji organoleptik (pengujian terhadap bahan
makanan berdasarkan kesukaan) sebuah produk dengan menggunakan skala Likert. Aspek yang akan
diukur dalam uji organoleptik tersebut adalah cita rasanya. Ada 100 responden atau panelis yang
memberikan jawaban dari angket yang diberikan. Berikut rangkuman hasil penilaian 100 responden tersebut.
 Responden yang menjawab sangat suka (skor 5) berjumlah 8 orang
 Responden yang menjawab suka (skor 4) berjumlah 14 orang
 Responden yang menjawab netral (skor 3) berjumlah 21 orang
 Responden yang menjawab tidak suka (skor 2) berjumlah 31 orang
 Responden yang menjawab sangat tidak suka (skor 1) berjumlah 26 orang

Rumus: T x Pn
T = Total jumlah responden yang memilih
Pn = Pilihan angka skor Likert
 Responden yang menjawab sangat suka (5) = 8 x 5 = 40
 Responden yang menjawab suka (4) = 14 x 4 = 56
 Responden yang menjawab netral (3) = 21 x 3 = 63
 Responden yang menjawab tidak suka (2) = 31 x 2 = 62
 Responden yang menjawab sangat tidak suka (1) = 26 x 1 = 26
 Semua hasil dijumlahkan, total skor = 247

Interpretasi Skor Perhitungan


Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu harus diketahui skor tertinggi (X) dan skor terendah (Y)
untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut:

Y = skor tertinggi likert x jumlah responden


X = skor terendah likert x jumlah responden

Jumlah skor tertinggi untuk item “Sangat Suka” adalah 5 x 100 = 500, sedangkan item “Sangat Tidak Suka”
adalah 1 x 100 = 100. Jadi, jika total skor penilaian responden diperoleh angka 247, maka penilaian
interpretasi responden terhadap cita rasa produk tersebut adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan
menggunakan rumus Index %.

Rumus Index % = Total Skor / Y x 100

Pra Penyelesaian
Sebelum menyelesaikannya kita juga harus mengetahui interval (rentang jarak) dan interpretasi persen
agar mengetahui penilaian dengan metode mencari Interval skor persen (I).

Rumus Interval
I = 100 / Jumlah Skor (Likert)
Maka = 100 / 5 = 20
Hasil (I) = 20
(Ini adalah intervalnya jarak dari terendah 0 % hingga tertinggi 100%)

Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:


 Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
 Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)
 Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral
 Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)
 Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)

Penyelesaian Akhir
= Total skor / Y x 100
= 247 / 500 x 100
= 49.4 %, berada dalam kategori “Cukup/Netral”
Keunggulan dan Kelemahan Skala Likert

Ada beberapa skala pengukuran yang dapat digunakan dalam merancang skala pengukuran pada
penelitian perilaku misalnya skala thurstone, guttman, dan likert. Skala thurstone dapat digunakan untuk
menduga preferensi individu dengan menggunakan nilai frekuensi responnya. Posisi dari butir-butir
pertanyaan dapat diperoleh dengan mengambil rataan dari persentil sebaran normal baku berdasarkan
proporsi preferensi responden terhadap sebuah butir pertanyaan (Lipovetsky 2007).
Skala guttman menggunakan skala kumulatif dimana jika individu setuju pada butir pertanyaan
tertentu, maka individu tersebut juga setuju pada semua butir pertanyaan lain yang lebih lemah (pertanyaan
sebelumnya). Skala guttman jarang dipakai peneliti karena membutuhkan upaya yang lebih gigih untuk
mendapatkan butir-butir pertanyaan yang valid (Uhlaner 2002). Skala yang paling mudah digunakan adalah
skala likert.
Skala likert menggunakan beberapa butir pertanyaan untuk mengukur perilaku individu dengan
merespon 5 titik pilihan pada setiap butir pertanyaan, sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju (Likert 1932). Kemudahan penggunaan skala likert menyebabkan skala ini lebih
banyak digunakan oleh peneliti.
Skala Likert dianggap lebih baik dari skala Thurstone, berikut adalah beberapa alasannya, yaitu:
1. Skala Likert lebih mudah membuatnya dibanding skala Thurstone. Selain itu, Skala Likert mempunyai
reliabilitas yang relatif tinggi dibandingkan dengan skala Thurstone untuk jumlah item yang sama. Makin
banyak jumlah item, maka makin kurang reliabilitasnya. Skala Likert dapat memperlihatkan item yang
dinyatakan dalam beberapa respons alternatif (SS=sangat setuju, S=setuju,R=ragu-ragu, TS=tidak
setuju, STS=sangat tidak setuju). Sedangkan skala Thurstone hanya membuka dua alternatif saja.
2. Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas menunjukkan hubungan dengan sikap yang sedang
diteliti masih dapat dimasukkan ke dalam skala. Dalam menyusun skala Thurstone, yang dimasukkan
hanya item-item yang telah disetujui bersama dan jelas berhubungan dengan sikap yang ingin diteliti
saja yang dapat dimasukkan.
3. Skala Likert dapat memberikan keterangan yang lebih jelas dan nyata tentang pendapatan atau sikap
responden tentang isu yang dipertanyakan karena jangka respons yang lebih besar.

Kelemahan Skala Likert


1. Skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa
kali satu individu lebih baik dari individu yang lain. Hal ini karena ukuran yang digunakan adalah ukuran
ordinal.
2. Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak pola respons
terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama. Adanya kelemahan di atas sebenarnya
dapat dipikirkan sebagai error dari respons yang terjadi.

Bagaimana cara membuat kuesioner yang baik dan benar? Apa saja hal penting yang wajib
diperhatikan saat membuat pertanyaan kuesioner? Dalam setiap penelitian dan riset, data merupakan bagian
yang terpenting. Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, ada beragam cara dan teknik yang bisa
dilakukan, salah satunya dengan menggunakan angket atau kuesioner.
Angket (Kuesioner) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi atau
mengajukan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para responden. Angket atau
kuesioner tersebut diisi oleh para responden sesuai dengan yang mereka kehendaki (kehendaki) secara
independen (tanpa paksaan).
Jenis kuisioner ditentukan oleh metode penelitian yang digunakan. Untuk penelitian kualitatif,
informasi yang ingin didapatkan mayoritas adalah informasi yang lebih mendalam sehingga kuisioner yang
diperlukan adalah kuisioner yang dapat mengeksplorasi jawaban responden. Untuk penelitian kuantitatif,
informasi yang ingin didapatkan mayoritas adalah informasi yang menyebar, sehingga jumlah responden
yang dibutuhkan besar dan pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner dirancang agar cepat dan mudah
dijawab oleh responden. Angket atau kuesioner merupakan instrumen dari penelitian kuantitatif yang
disimpulkan dalam bentuk kualitatif. Kelebihan penggunaan angket atau kuesioner dalam sebuah proses
pengumpulan data penelitian atau riset, antara lain: cepat, mudah, kerahasiaan terjamin, terstandar, dan
peneliti tidak perlu hadir.

Penggunaan Angket Kuesioner


Penggunaan angket tidak bisa digunakan dalam sembarang penelitian dan survey. Instrumen angket
dalam penelitian dapat diterapkan jika memenuhi persyaratan atau kondisi berikut:
 Responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
 Responden dapat dipercaya.
 Jumlah responden banyak.
 Waktu penelitian singkat/pendek.
 Lokasi penelitian luas.

Hal ini berarti bahwa Angket dapat diaplikasikan dalam sebuah penelitian atau riset jika pengisi angket
(responden) merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat, maka seorang responden harus dapat dipercaya, sehingga tidak mengisi angket atau
memberikan jawaban yang asal asalan karena tidak mengerti tentang masalah/pertanyaan yang diajukan.
Semakin banyak jumlah responden yang mengisi angket (memenuhi kuota yang diinginkan), maka data yang
bisa disimpulkan makin akurat. Pertanyaan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner/angket sebisa
mungkin harus singkat, padat dan jelas.
Contoh angket:

Jenis pertanyaan yang ada di dalam kuisioner sangat bergantung pada variabel-variabel yang hendak
diukur dalam penelitian. Jenis pertanyaan juga sangat dipengaruhi oleh jenis metode penelitian yang
digunakan. Untuk penelitian yang kualitatif maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan terbuka, bahkan
hampir semua open question. Untuk penelitian yang kuantitatif maka lebih banyak pertanyaan-pertanyaan
tertutup, atau bisa gabungan terbuka dan tertutup.
Untuk penelitian kuantitatif sebaiknya jenis pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kalimat lengkap
dengan struktur kalimat yang benar agar tidak membingungkan responden. Jawaban yang disediakan harus
mutually exklusif dan exhaustive, artinya seluruh jawaban yang disediakan memenuhi seluruh kriteria
jawaban yang disediakan responden, dan tidak ada responden yang ada dalam dua kriteria atau lebih
(terkecuali peneliti mengijinkan responden memilih lebih dari satu jawaban)Pada umumnya, jenis pertanyaan
yang dicantumkan dalam sebuah kuesioner atau angket menyangkut tiga hal berikut ini:
1. Pertanyaan tentang pendapat (opini), yakni berkaitan dengan perasaan dan sikap responden
terhadap suatu hal.
2. Pertanyaan tentang persepsi diri, yaitu menyangkut bagaimana cara responden menilai sesuatu
tentang perilakunya sendiri. Yaitu dalam hubungannya dengan orang lain atau lingkungan.
3. Pertanyaan tentang fakta menyangkut data nyata dari seorang responden, misalnya mengenai
agama, pendidikan, umur, jumlah penghasilan, jenis kelamin, dan sejenisnya. Selain itu, informasi
yang diketahui oleh responden juga dikategorikan dalam fakta.

Beberapa hal penting yang wajib diperhatikan saat membuat pertanyaan kuesioner
Saat menyusun pertanyaan pada angket/kuesioner, ada 5 poin penting yang harus diperhatikan, yaitu:
 Hindari menggunakan pertanyaan yang mengandung istilah atau kata-kata sulit (asing).
 Jangan membuat pertanyaan yang bersifat ambigu, samar-samar, atau dipersepsikan berbeda bagi
tiap responden.
 Jangan mencantumkan pertanyaan yang bersifat terlalu umum (general)
 Jangan menyusun pertanyaan yang mengandung sugesti (pengaruh) atau mengandung presumasi.
Pertanyaan presumasi adalah pertanyaan yang berstandar kepada anggapan bahwa responden
termasuk dalam kategori yang mempunyai sifat ingin ditanyakan, ataupun responden mempunyai
pengetahuan yang baik tentang kelompok yang ingin ditanyakan.
 Hindarkan mengajukan pertanyaan yang menghendaki ingatan karena data yang diperoleh bisa
tidak akurat.

Item jawaban yang disediakan harus sesuai ukuran variabel yang sedang dicari. Apabila skala data
yang diinginkan adalah skala nominal maka item jawabannya juga harus berskala nominal, demikian juga
dengan skala ordinal. Apabila skala data yang diinginkan adalah skala interval atau rasio maka
pertanyaannya harus berbentuk pertanyaan terbuka. Hati-hati dalam memberikan pertanyaan yang
mengandung suatu ukuran frekuensi, misalnya sering, jarang, kadang-kadang Item yang disediakan harus
netral dan balanced, sehingga tidak mengarahkannya untuk menjawab jawaban tertentu.
Langkah – langkah Menyusun Kuesioner / Angket

Kusioner yang baik adalah kuisioner yang mampu menghubungkan antara tujuan, konsep, variabel,
kuisioner, dan metode pengolahan data.
 Tentukan judul penelitian yang akan diangkat.
 Mempunyai 2 variabel (bebas dan terikat).
 Tentukan variabel penelitian.
 Variabel x :………………………….?
 Variabel y :………………………….?
 Buat definisi operasional variabel.
 Penjelasan tentang variabel yang akan diteliti dan batasan-batasannya.
 Tentukan sasaran responden.
 Usia :…………………..tahun.
 Pendidikan : TK…..SD…….SMP…….SMA……?
 Profesi : siswa, mahasiswa, petani, dosen, umum.
 Untuk menentukan sampel dari populasi dapat menggunakan Tabel Morgan.

Petunjuk Pengisian Angket


 Cantumkan daftar identitas diri kosong untuk diisi oleh responden
 Responden harus mengisi angket dengan jujur serta penuh ketelitian sehingga semua soal dapat
dijawab.
 Ucapkan terimakasih karena responden telah berkenan mengisi angket / yang telah diberikan

Mengolah Data Kuesioner dengan Skala Penelitian


Setelah data angket / kuesioner berhasil dikumpulkan, maka tahap berikutnya mengolah data tersebut
agar bisa memperoleh simpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Data berupa kuesioner tersebut dapat
diolah dengan menggunakan metode penghitungan tertentu, antara lain: skala Thrustone, skala Rating, skala
Diferensial Semantik, skala Guutman, atau skala Likert. Setipa metode skala tersebut memiliki keunggulan
dan kelemahan tersendiri. Berikut sekilas penjelasannya.
Skala Thrustone
Skala Thurstone adalah skala penelitian yang menyajikan beberapa pernyataan yang berbeda, kemudian
responden diminta memilih beberapa pernyataan yang dia setujui. Setiap item pada skala thurstone memiliki
hubungan satu sama lain dan memiliki nilai atau bobot tertentu, namun responden tidak mengetahuinya.
Skala Rating
Skala rating adalah data penilaian kuantitatif yang ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Hal ini berbeda
dengan skala pengukuran likert, guttman dan diferensial semantik yang merupakan data kualitatif yang
dikuantitatifkan.
Skala Diferensial Semantik
Skala perbedaan semantik (ilmu arti kata) yang berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub). Skala
diferensial semantik memiliki tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek: Potensi atau kekuatan
objek; Evaluasi atau hal yang menguntungkan atau merugikan dari suatu objek; dan Aktivitas atau tingkat
gerakan suatu objek.
Skala Guttman
Apabila responden mengiyakan pernyataan yang berbobot yang lebih berat, ia akan mengiyakan
pernyataan yang kurang berbobot lainnya, Terdiri dari beberapa pertanyaan yang diurutkan secara
hierarkis, Skala guttman digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan tegas. Contoh: Yakin-
tidak, Benar-salah, Pernah-belum, Setuju-tidak setuju, Positif-negatif.
Skala Likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. Contoh angket mencakup sikap: Sangat Setuju; Setuju; Netral; Tidak Setuju;
Sangat Tidak Setuju.

Anda mungkin juga menyukai