Anda di halaman 1dari 7

SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN

SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Metode Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : Fatah Syukur M.Ag

Disusun Oleh :
Zeni Ngindahul Masruroh (103111106)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN


I. PENDAHULUAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen. Karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan
key instrumen.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima,
maka jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lima. Karena
instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunya skala. Untuk itu makalah ini akan menyajikan tentang skala
pengukuran dalam penelitian.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Apa Pengertian Skala Pengukuran?
B. Apa Saja Jenis-jenis Skala Pengukuran?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Skala Pengukuran
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-
angka.1[1] Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen
untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data
kuantitatif berat emas dalam satuan mg. Meteran sebagai instrumen untuk
mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data
kuantutatif panjang dengan satuan mm.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan
instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih
akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100 kg,
IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang
akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.2[2]

B. Jenis-jenis Skala Pengukuran


1. Skala nominal
Skala nominal merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada.
Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang
atau objek ke dalam kategori, kelas, atau klasifikasi. Skala nominal ini hanya
mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengidentifikasi dan membedakan.
Sebagai contoh, jenis kelamin merupakan contoh skala nominal yang menandai
seseorang, yakni laki-laki atau perempuan.
2. Skala ordinal
Skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek
sesuai dengan banyak atau kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada
skala ordinal, dimungkinkan untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi)
variabel-variabel yang diuji sehingga dapat memberikan informasi yang lebih
substansial dibandingkan dengan skala nominal. Contoh dalam kelas kepelatihan
yang terdiri dari beberapa trainee Adi, Budi, Santi, Eka, Fitri, dan Gina. Eka
adalah siswa yang paling tinggi, diikuti kemudian oleh Adi dan Santi, sedangkan
Gina adalah siswa yang paling pendek, yang agak tinggi Budi, dan diikuti
kemudian oleh Fitri. Dalam analisis data, ada kemungkinan seorang pengembang
ingin mengurutkannya dari variabel paling tinggi ke yang paling rendah, atau
sebaliknya dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Untuk tujuan
itu, mereka dapat melakukan analisis pada para trainee, kemudian diurutkan

2
sesuai dengan keperluannya. Hasil yang dicapai di antaranya menjadi seperti
berikut: Eka, Adi, Santi, Fitri, Budi, dan Gina.3[3]
3. Skala interval
Skala interval dapat memberikan informasi yang lebih
dibandingkan dengan skala nominal atau ordinal. Skala interval juga
memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek seperti
halnya skala ordinal, namun dengan unit yang sama. Melalui unit
yang sama maka perbedaan antara unit-unit yang berdekatan
pada skala itu ekuivalen. Misalnya, selisih skor antara 70 dan 71
adalah sama dengan selisih skor 50 dan 51 (92 dan 93, 37 dan
38, dan seterusnya).
Kebanyakan tes di bidang pendidikkan didesain untuk
menghasilkan skor-skor interval. Perhatikan contoh skor untuk
ketiga orang pada tes sikap berikut. Misalkan siswa A mendapat
skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa C mendapat
skor 120. Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat dibuat
beberapa kesimpulan. Pertama, skor siswa C merupakan skor
tertinggi kemudian diikuti oleh siswa B dan A. Kedua, selisih skor
siswa A dan siswa B (yakni 10 poin) ekuivalen dengan selisih skor
siswa B dan siswa C (juga10 poin). Ketiga, selisih antara siswa A
dan siswa C (yakni 20 poin) adalah dua kali lebih besar selisih
antara siswa A dan siswa B (yakni 10 poin).4[4]
4. Skala rasio
Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran di atas, ditambah
dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai
absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu
maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala
rasio menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 bayi, A, B,
C, dan D mempunyai berat badan 1 kg, 3 kg, 4 kg, dan 5 kg, maka ukuran rasio
dapat di gambarkan sebagai berikut.
A B C D

0 1 2 3 4 5

Dari gambar tersebut dapat dilihat dengan ukuran rasio, berat bayi C adalah
4 kali berat bayi A; berat bayi D adalah 5 kali berat bayi A; berat bayi C adalah
4/3 kali berat bayi B. Dengan perkataan lain, rasio antara C dan A adalah 4:1,
rasio antara D dan A adalah 5:1, sedang rasio antara C dan B adalah 4:3. Interval
antara A dan C adalah 4-1 = 3 kg dan berat bayi C adalah 4 kali berat bayi A.5[5]

4
Dari keempat data di atas akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan
ratio. Adapun berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian
pendidikan antara lain adalah:

a. Skala likert
Skala Likert adalah skala yang dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala
atau fenomena pendidikan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat baik 1) Sangat setuju Selalu
b. Baik 2) Setuju Sering
c. Ragu-ragu 3) Ragu-ragu Ragu-ragu
d. Tidak baik 4) Tidak setuju Kadang-kadang
e. Sangat tidak baik 5) Sangat tidak setuju Tidak pernah

Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam


bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
1) Contoh bentuk checklist:
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan
member tanda () pada kolom yang tersedia.
N Pertanyaan Jawaban
o S S R T ST
S T G S S
1 Sekolah ini akan menggunakan
teknologi informasi dalam pelayanan 2)
administrasi dan akademik
2 .................................

Contoh bentuk pilihan ganda


Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan
pendapat anda, dengan cara memberi tangda silang pada nomor jawaban yang
tersedia.
Kurikulum baru 2013 akan segera diterapkan di lembaga pendidikan anda?
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
d. Setuju
e. Sangat setuju
b. Skala guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu
ya-tidak; benar-salah; pernah-tidak; positif-negatif dan lain-lain. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif).
Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata sangat setuju
sampai sangat tidak setuju, maka pada skala guttman hanya ada dua interval
yaitu setuju dan tidak setuju. Pennelitian menggunakan skala guttman
5
dilakukan bila ingin mmendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat
dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan
terrendah nol. Misal untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi
skor 0.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda, bilan orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Semantic defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk Semantic defferensial dikembangkan
olleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis, dan jawaban
yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh: Nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi
responden terhadap Kepala Sekolah itu sangat positif, sedang bila memberi
jawaban pada angka 3, berarti netral, dan memberi jawaban pada angka 1, maka
persepsi responden terhadap Kepala Sekolah sangat negatif.
d. Rating scale
Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan
di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale,
data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating scale
responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga
digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan,
seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan,
dan lain-lain. Dalam rating scale, yang paling penting adalah kemampuan
menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden
memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama
dengan angka 2 bagi orang lain yang juga memiliki jawaban angka 2.
Contoh:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah C?
Berilah jawaban dengan angka:
4 Bila tata ruang itu sangat baik
3 Bila tata ruang itu cukup baik
2 Bila tata ruang itu kurang baik
1 Bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.6[6]
No. Pernyataan tentang tata ruang kelas Interval jawaban
Item
1. Penataan meja murid dan guru 4 3 2 1
sehingga komunikasi lancar
2. Pencahayaan alam tiap ruang 4 3 2 1
3. Kebersihan ruangan 4 3 2 1

IV. ANALISIS
Pengumpulan data adalah pengumpulan keterangan
kuantitatif mengenai suatu keadaan pada tiap-tiap objek.
Pengumpulan data dengan cara demikian dilakukan dengan
melakukan pengukuran atas objek-objek yang di ukur pada
gejala tertentu. Pengumpulan data dengan melakukan
pengukuran memungkinakan data diubah menjadi skor-skor
kuantitatif. Kenyataan baik alam maupun sosial melimpah gejala
yang kompleks, rumit, acak, dan tidak beraturan sehingga tidak
dapat dijelaskan. Dalam penelitian kuantitatif, gejala yang tidak
beratutan itu disederhanakan dalam ukuran yang terukur dan
dapat diobservasi, sehingga darinya dapat dikumpulkan data
(kuantitatif). Dari data yang dikumpulkan kemudian dapat
dilakukan pembuktian hubungan antara satu gejala dengan
gejala yang lain.
Pengukuran dalam pendidikan melibatkan objek-objek yang
terdapat dalam proses pendidikan. Objek-objek dalam
pengukuran pendidikan dikenal sebagai responden. Responden
dalam pengukuran pendidikan dapat berupa manusia pelaku
pendidikan atau hasil karya manusia pelaku pendidikan.Manusia
pelaku pendidikan dapat berupa siswa, guru, kepala sekolah,
karyawan, pengurus yayasan, pengawas, komite sekolah,
pengguna lulusan, dan sebagainya. Dari siswa misalnya dapat
diukur dalam variabel usia, jenis kelamin, agama, minatbelajar,
prestasi belajar, kecerdasa,. Kreativitas dan sebagainya. Hasil
karya manusia pelaku pendidikan misalnya dapat berupa
kurikulum, sistem evaluasi, media pembelajaran, metode
mengajar dan sebagainya.

V. KESIMPULAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif.
Jenis-jenisSkalaPengukuranadaempat, yaituskala nominal, skala ordinal,
skala interval danskala ratio.
6
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian pendidikan
antara lain; skalalikert, skalaguttman, Semantic defferensial,danRating scale.

VI. PENUTUP
Demikan makalah yang dapat kami susun, kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca,
supaya pada penyusunan makalah di quarter berikutnya bisa
lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak.
Amin..
DAFTAR PUSTAKA

Kusaeri dan Suprananto.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.2012. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Nazir, Moh. Metode Penelitian. 2005. Bogor: Ghalia Indonesia

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan. 2010. Bandung: Alfabeta

Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. 2010. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai