Anda di halaman 1dari 4

SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan


data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti akan lebih banyak menjadi
instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang akan diteliti. Instrumen Penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
A. Macam-macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur.sehingga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya
timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan
akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur,
meteran sebagai instrumen untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan
menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan
sosial antara lain:
1. Skala Likert
2. Skala Guttman
3. Rating Scale
4. Semantic Deferential
Kelima jenis skala tersebut bila digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval,
atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur.
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.[1]
Contoh jawaban setiap item dalam instrumen yang menggunakan skala Likert berupa kata-
kata dalam pilihan ganda ataupun checklist dan diuraikan secara lebih terperinci, misal
penggunaan kata-kata sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Contoh:
a. Contoh bentuk checklist

No Pertanyaan Jawaban
SS ST RG TS STS
Sekolah ini akan
menggunakan
Tehnologi informasi
dalam pelayanan
administrasi dan
1 akademik ѵ
2

SS = Sangat Setuju
ST = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

b. Contoh bentuk pilihan ganda


Pertanyaan:
Kurikulum baru itu akan segera diterapkan di lembaga pendidikan Anda?
Pilihan jawaban:
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak, benar-
salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif, dan lain-lain. Jadi kalau pada skala Likert terdapat
3,4,5,6,7 interval, dari kata sangat setuju sampai sangat tidak setuju, maka dalam skala Guttman
hanya ada 2 interval yaitu setuju atau tidak setuju. Penelitian ini dilakukan bila ingin mendapat
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibentuk dalam
bentuk cheklist.

Contoh;
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini?
Jawab:
a. Setuju
b. Tidak Setuju

3. Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensialdikembangkan oleh Osgood. Skala
ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun cheklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”terletak dibagian
kanan garis, dan jawaban yang “sangat negative” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Contoh:
Pertanyaan
*gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
Bersahabat 5 4 3 2 1 tidak bersahabat
Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Memercayai 5 4 3 2 1 mendominasi

4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran diatas, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif
yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk
mengukur persepsi reponden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status
sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, dan proses kegiatan lainnya.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan
setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.

B. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun
alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari
pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat
dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985).[2]
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang
baik. Alat ukur penelitia disebut instrumen penelitian.
Apabila kita katakan bahwa untuk memperoleh data kita gunakan metode wawancara,
maka didalam melaksanakan pekerjaan wawancara ini, pewawancara menggunakan alat bantu.
Secara minimal alat bantu tersebut berupa ancer-ancer pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai
catatan, serta alat tulis untuk menuliskan jawaban yang diterima. Ancer-ancer ini disebut
pedoman wawancara. Oleh karena pedoman wawancara ini merupakan alat bantu, maka disebut
juga instrumen pengumpulan data. dengan demikian jika menggunakan metode wawancara,
instrumennya adalah pedoman wawancara.

C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan
teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak
valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk
pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu walaupun instrumen yang valid umumnya pasti
reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk
mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non-test untuk mengukur sikap.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang
mempunyai validitas eksternal bila kriteria didalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta
empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang
relevan.
Penelitian yang mempunyai validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi
dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan
menghasilkan data tentang kepemimpinan, bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas
eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu
dapat digeneralisasikan.

E. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen


1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Pengujian Validitas Konstruksi (construct validity)
b. Pengujian validitas isi (Content validity)
c. Pengujian validitas eksternal

2. Pengujian reliabilitas Instrumen


a. Test-retest
b. Ekuivalen
c. Gabungan
d. Internal Consistency.

Anda mungkin juga menyukai