Anda di halaman 1dari 5

BAB 6 SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik pneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. A. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif. Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah : 1. 2. 3. 4. Skala Likert Skala Gutman Rating Scale Semantic Deferential

Semua skala digunakan dalam pengukuran, akan mendapatkan data interval, atau rasio. Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur. 1. Skala Likert Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dujabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa penyataan atau pertanyaan. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. a. Contoh Bentuk Checklist Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai pendapat anda, dengan cara memberikan tanda () pada kolom yang tersedia. NO. JAWABAN PERTANYAAN SS 1. Prosedur kerja yang baru itu kan segera diterapkan di perusahaan anda. ......................................................... ST RG TS STS

2.

Keterangan : SS = SANGAT SETUJU

diberi skor

ST = SETUJU RG = RAGU-RAGU TS = TIDAK SETUJU STS = SANGAT TIDAK SETUJU

diberi skor diberi skor diberi skor diberi skor

4 3 2 1

Kemudian dengan teknik pengumpulan data angket, maka instrumen tersebut misaknya diberikan kepada 100 orang karyawan yang diambil secara random. Dari 100 orang pegawai setelah dilakukan analisis misalnya : 25 40 5 20 10 orang menjawab orang menjawab orang menjawab orang menjawab orang menjawab SS ST RG TS STS

Berdasarkan data tersebut 65 orang (40=25) atau 65% karyawan menjawab setuju dan sangat setuju. Jadi kesimpulannya mayoritas karyawan setuju dengan adanya metode kerja baru. Data interval tersebut juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut : Jumlah skor untuk 25 orang yang menjawab SS Jumlah skor untuk 40 orang yang menjawab ST Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab RG Jumlah skor untuk 20 orang yang menjawab TS Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS Jumlah total = = = = = 25 x 5 40 x 4 5x3 20 x 2 10 x 1 = = = = = = 125 160 15 40 10 350

Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (seandainya semua menjawab SS). Jumlah skor yang diperoleh dari penelitian = 350. Jadi berdasarkan data itu maka tingkat persetujuan terhadap metode kerja baru itu = (350 : 500) x 100% = 70% dari yang diharapkan (100%). Secara kontinum dapat digambarkan seperti berikut : STS TS RG ST SS

100 200 300 350 400 500 Jadi berdasarkan data yang diperoleh dari 100 responden maka rata-rata 350 terletak pada daerah setuju. b. Contoh bentuk pilihan ganda Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia. Prosedur kerja yang baru itu akan segera diterapkan di lembaga anda ? a. b. c. d. e. Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu/netral Setuju Sangat setuju

Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang berbeda-beda. 2. Skala Guttman Skala ini , akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak ; benar-salah ; dll. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Pernyataan yang berkenaan dengan fakta benda bukan termasuk dalam skala pengukuran interval dikotomi. 3. Semantic Defferensial Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam stu garis kontinum. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukursikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. 4. Rating Scale Data yang diperoleh dari rating scale adlah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditasfsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang tidak senang, setuju tidak seryju, pernah atau tidak pernah adalah data kualitatif. Rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelelmbagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatn dan lain-lain. INSTRUMEN PENELITIAN Karena pada prinsipnya meneliti adalah mengukur sesuatu, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu, maka instrumennya adalah thermometer , dan lain-lain. Instrumen-instrumen dalma penelitian sosial memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reabiloitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif berprestasi, untuk mengukur sikap, mengukur IQ, mengukur bakat dan lain-lain. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang Pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai. Dalm hal ini ada tiga hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu : 1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan 2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja 3. Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai. C. CARA MENYUSUN INSTRUMEN Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. Sebagai contoh misalnyavariabel penelitiannya tingkat kekayaan. Indikator kekayaan misalnya : rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indikator rumah, bentuk pentanyaannya misalnya : B.

1) berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bengunan rumah dan sebagainya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli. D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kalau dalam objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah. Instrumen yang valid berati alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat yang mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen instrumen dalm ilmu sosial sudah ada yang baku, karena telah teruji validitas dan reliabelnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Untuk itu maka peneliti harus mampu menyusun sendiri instrumen pada setiap penelitian dan menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen ya g tidak teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakan untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. E. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN 1. Pengujian Validitas Instrumen a. Pengujian Validitas Konstruksi (construct validity) Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut dicobakan pada sampel diman populasi diambil. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasiukan skor faktor dengan skor total. b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity) Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisikisi itu terdapat veriabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dujabarkan dari indikator. Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda. c. Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yan tinggi pula. Unttuk meningkatkan

validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel. 2. Pengujian Reliabilitas Instrumen a. Test Retest Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali dengan responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. b. Ekuivalen Adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan ekuivalen. Nila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel. c. Gabungan Cara ini merupakan gabungan cara pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan denngan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanhutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis enam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. d. Internal Consistensy Pengujian reliabilitas dengan internal consistensy, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half), Kr. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.

Anda mungkin juga menyukai