Anda di halaman 1dari 6

SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu : Zetra Hainul Putra, S.Si., M.Sc., Ph.D

Oleh :

Vinny Rahma Fitriyanti (2086206176)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG KOTA
2023
SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

Pada penelitian kuantitatif tentunya seorang peneliti akan menganalisis suatu data-data yang
bentuknya kuantitatif, yaitu data-data yang sekiranya dapat diukur menggunakan prosedur
statistik. Adapun sumber data yang digunakan dapat terbagi menjadi 2 macam, yaitu data intern
dan data ekstern.
1. Data Intern
Data intern merupakan data yang diambil dari tempat dilakukannya suatu penelitian. Jadi
bisa dikatakan data itu milik peneliti itu sendiri. Dapat dicontohkan seperti Bank
Kovensional X, bank tersebut tentunya memiliki data-data terkait bank itu sendiri, baik itu
berupa data kinerja karyawannya, data kinerja keuangannya dan lain sebagainya.
Data-data itu akan dianalisis atau diteliti oleh salah satu atau beberapa bagian dari Bank
Konvensional tersebut. Misalnya tentang data pegawainya, kemudian hasil penelitiannya
akan balik lagi ke bank itu sendiri sebagai bentuk evaluasi terhadap bank tersebut.

2. Data Ekstern
Data ekstern merupakan data yang diambil dari luar tempat dilakukannya suatu
penelitian. Ini biasa dilakukan oleh peneliti-peneliti seperti kita. Sumbernya dibagi menjadi
2, yaitu :
a. Sumber Primer
Dalam sumber primer ini, seorang peneliti akan mengumpulkan datanya sendiri di
lapangan.
b. Sumber Sekunder
Dimana seorang peneliti tidak harus mengumpulkan datanya sendiri di lapangan. Jadi
datanya sudah tersedia, dan bisa diakses dari website-website misalnya Bank Indonesia,
BPS, OJK, dan Web resmi lainnya seperti : id.investing. Biasanya data sekunder ini
dipergunakan untuk variable-variabel yang tidak dapat dijangkau langsung oleh seorang
peneliti. Contohnya adalah data saham Bank Konvensional X atau data inflasi dan lain
sebagainya.
Kemudian untuk mengumpulkan suatu data di lapangan atau menggunakan data primer,
seorang peneliti membutuhkan suatu instrumen penelitian, Ini berbeda halnya dengan
penelitian kualitatif yang mana peneliti bertindak sendiri sebagai instrumennya.
Untuk membuat suatu instrumen penelitian, salah satu yang harus diperhatikan oleh
peneliti adalah skala pengukurannya. Jadi, peneliti menentukan skala pengukuran apa yang
tepat untuk mendapatkan data penelitiannya.
Selanjutnya timbul suatu pertanyaan, mengapa skala pengukuran ini penting dalam suatu
penelitian?
Jadi pada saat melakukan penelitian, data-data yang ditemukan bisa saja berupa data
kualitatif atau data kuantitatif. Apabila ditemukan data kualitatif, otomatis harus diubah
terlebih dahulu ke dalam bentuk kuantitatif. Nah, ini tentunya membutuhkan skala
pengukuran. Contohnya adalah apakah sistem perekrutan nasabah mempertimbangkan
pengalaman kerja calon pelamar? Jawabannya bisa Iya, bisa Tidak. Iya atau Tidak ini
merupakan data kualitatif. Apabila dimasukkan ke dalam komputer dan kita analisis dengan
SPSS, tentunya tidak bisa. Iya atau Tidak ini harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk
data kuantitatif. Misalnya Iya dikasih skor 1, dan Tidak dikasih skor 0. Jadi, 1 dan 0 ini
merupakan data kuantitatif yang akan dapat kita analisis nantinya.

1. Skala Pengukuran untuk Data Kualitatif


Skala pengukuran untuk data yang berasal dari data kualitatif, atau misalkan mau
mengukur sikap, itu bisa menggunakan :
a. Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi tentang fenomena sosial, dan lain
sebagainya. Skala ini biasanya menggunakan 5 opsi pilihan jawaban. Seperti Sangat
Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Skor tertingginya akan diberi
skor 5 untuk opsi jawaban yang terbaik.
Contohnya dapat berbentuk “Ceklis”, seperti :
No. Pernyataan Alternatif Jawaban
1 2 3 4 5
STS TS N S SS
1. Suatu perusahaan milik X, memiliki peraturan yang 
mana semua karyawan yang bekerja disana
diharuskan mengenakan kaos kaki hitam disaat jam
kerja.

b. Skala Guttman
Skala Guttman ini biasanya untuk menjawab pertanyaan dengan tegas. Bentuknya dapat
berupa Ya/Tidak, Benar/Salah, Positif/Negatif, Pernah/Tidak Pernah, Setuju/Tidak
Setuju.
Contoh : Apakah dengan belajar akan terpenuhi kebutuhan anda dalam mencari ilmu?
a. Ya
b. Tidak
Jawaban yang paling baik adalah Ya, maka dikasih skor 1 dan Tidak dikasih skor 0,
begitupun sebaliknya.

c. Semantic Defferensial
Ini bentuknya tersusun dalam 1 garis kontinu. Paling kiri “sangat negatif”, dan paling
kanan “sangat positif” (bisa sebaliknya).
Contoh :
Beri nilai terhadap gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemilik perusahaan
X.
Toleransi 5 4 3 2 1 Otoriter
Menghargai 5 4 3 2 1 Tidak menghargai
Tidak Emosional 5 4 3 2 1 Emosional
Memberikan wewenang 5 4 3 2 1 Bekerja sendiri
Memberikan kepercayaan 5 4 3 2 1 Sangat curiga
Untuk semantic defferensial ini pertanyaannya tidak banyak, tetapi opsinya yang banyak.
Misalkan toleransi lawannya otoriter, menghargai lawannya tidak menghargai, dan lain
sebagainya. Kemudian responden akan melingkari jawaban yang tepat menurut dia. Jadi,
Semantic defferensial ini bentuknya bukan ceklis atau pilihan ganda.

d. Rating Scale
Untuk skala ini responden menjawab salah satu dari pilihan jawaban “kuantitatif” yang
disediakan oleh seorang peneliti. Kemudian peneliti harus mengartikan angka-angka pada
setiap pilihan alternatif jawabannya.

Contoh : Pernyataan tentang Penataan Suatu Ruang Kelas.


No. Pernyataan tentang Penataan Interval Jawaban
Ruang Kelas
1. Pencahayaan ruangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Kebersihan ruangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Interval jawabannya 1 sampai 10. Ini dapat diartikan, misalnya skornya 1 berarti penataan
ruang kelasnya sangat buruk, siswa terganggu dalam proses pembelajaran di kelas, dan
juga terutama dalam masalah pencahayaan ruangan kelas. Kemudian apabila skornya 10,
dapat diartikan bahwa penataan ruang kelasnya sangat baik, siswa sangat nyaman
terutama dalam masalah kebersihan ruangan. Dalam Rating Scale ini, seorang peneliti
akan mengartikan setiap opsi dari pilihan jawaban yang disediakan.

2. Skala Pengukuran dalam Penelitian Kuantitatif


Apabila data yang ditemukan ataupun dikumpulkan bentuknya sudah kuantitatif, maka dapat
menggunakan 4 skala sebagai berikut :
a. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberikan kategori saja, dan
antara kategori tidak diketahui tingkat perbedaannya.
Contoh :
Laki-laki dan perempuan (Jelas berbeda)
Agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Buddha (Jelas berbeda)
Sehat dan sakit (Jelas berbeda)

b. Skala Ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat dikategorikan atau
dikelompokkan, dan masing-masing datanya tidak setara atau ada tingkatan.
Contoh :
Pendidikan (SD, SMP, SMA) (ada tingkatan dan juga kategorinya)
Kepuasaan Konsumen (Sangat Tidak Puas, Tidak Puas, Tidak Berpendapat, Puas, dan
Sangat Puas) (ada tingkatan dan juga kategorinya).

c. Skala Interval
Skala interval adalah skala yang tidak ada pengkategorisasiaannya, seperti halnya yang
terdapat pada skala nominal dan ordinal. Jarak antara satu data dengan yang lain
mempunyai bobot yang sama.
Contoh :
Temperatur/Suhu, diperoleh 50o dengan 60o
Jarak, antara 40 cm dengan 50 cm

d. Skala Ratio
Skala ratio adalah skala kuantitaif, dalam skala ini dapat dilakukan operasi matematis.
Pada skala ratio terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal dan skala interval
ditambah dengan adanya nilai nol yang bersifat mutlak.
Contoh :
Jumlah produksi padi si A 20 Kg, sedangkan produksi padi si B 40 Kg
Berat sapi, ada 200 Kg, dan ada juga yang 100 Kg

Semua skala pengukuran ini ditujukan untuk mendapatkan data-data kuantitatif, karena kita
membutuhkan data kuantitatif untuk analisis dengan prosedur statistik.

Anda mungkin juga menyukai