(PSI314)
MODUL SESI - 11
INSTRUMEN PENELITIAN
DISUSUN OLEH
YULI ASMI ROZALI, M.PSI, PSIKOLOG
2) Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapatkan jawaban yang tegas,
yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-
lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua
alternatif). Jadi kalau pada skala likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat
setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala guttman hanya ada dua
interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.
Skala guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat
dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan
terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi
skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala likert.
3) Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan
oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
yang jawaban “sangat positif” nya terletak di bagian kanan garis dan jawaban
yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap atau karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Contoh:
Mohon berikan nilai mengenai gaya
kepemimpinan Kepala Sekolah
4) Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dibuat
menjadi kuantitatif. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
pernah atau tidak pernah adalah data kualitatif. Dalam skala model rating scale,
responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran
sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya,
seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,
kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain.
Yang penting bagi penyusunan instrumen dengan rating scale adalah
harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada
setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2
oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga
memilih jawaban dengan angka 2.
Contoh 1:
Seberapa baik ruang kelas di sekolah A?
Berilah jawaban dengan angka:
4. Bila tata ruang itu sangat baik
3. Bila tata ruang itu cukup baik
2. Bila tata ruang itu kurang baik
1. Bila tata ruang itu sangat tidak baik
Contoh 2:
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan
sesudah mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai
berikut.
0 = bila sama sekali belum tahu
1 = telah mengetahui sampai dengan 25%
2 = telah mengetahui sampai dengan 50%
3 = telah mengetahui sampai dengan 75%
4 = telah mengetahui 100% (semuanya)
Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan
Pengetahuan sebelum ikut Pengetahuan sesudah ikut
Mata pelajaran
diklat diklat
0 1 2 3 4 Komunikasi 0 1 2 3 4
0 1 2 3 4 Tata ruang kantor 0 1 2 3 4
b. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat apabila dinamakan
membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dikatakan oleh Emory
(dalam Sugiyono, 2015) dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan
sebagai bentuk penelitian.
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan sebagai instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut
variabel penelitian (Sugiyono, 2015).
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam
sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Variabel-variabel dalam
ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu maka
instrumennya adalah thermometer. Instrumen-instrumen tersebut mudah didapat dan telah
teruji validitas dan reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan palsu. Instrumen-instrumen yang
rusak atau palsu bila digunakan untuk mengukur harus diuji validitas dan reliabilitasnya
terlebih dahulu (Sugiyono, 2015).
Tabel 3
Kisi-kisi Skala Dukungan Sosial
Dimensi Indikator Favourable Unfavourable Total
Dukungan Menyampaikan empati,
emosional kepedulian, perhatian, hal positif, 18, 1, 24*, 10, 5, 17, 30*,
7
dan dorongan ke seseorang itu 28*, 21 35
merasa nyaman dan dicintai.
Penghargaan Ekspresi yang berupa penilaian
positif terhadap ide-ide, perasaan, 27, 2 19*, 25* 2
dan performa orang lain.
Dukungan Memberikan bantuan langsung,
instrumental seperti memberikan bantuan 12*, 3, 33,
20*, 11, 29* 3
finansial atau membantu dengan 36*
tugas-tugas.
Dukungan Memberikan saran, arah, umpan
13*, 22, 6, 38*, 8*, 4, 26,
informasi balik terhadap apa yang sedang 8
34*, 31, 9 14, 37
dikerjakan orang lain.
Dukungan Meliputi perasaan keanggotaan
jaringan sosial dalam kelompok seperti perasaan
diterima dalam kelompok yang 15*, 32, 39* 7*, 16, 23* 2
saling berbagi dan beraktifitas
sosial bersama.
Total 11 11 22
a. Instrumen Penelitian
Terdapat dua hal utama yang memengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas
instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila
instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu sebagai instrumen peneliti juga harus “divalidasi”
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa
jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori, dan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2015).
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2015).
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono,
2015) menyatakan bahwa: “The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human.
We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry,
but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been
used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that
penelitian kualitatif: “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur
penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 10 /
22
dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak
jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang
dapat mencapainya”.
kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi
instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas,
selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka kemungkinan akan dikembangkan
membandingkan dengan data yang telah dikemukakan melalui observasi dan wawancara.
Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and
2015).
1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau
4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
7) Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kuantitatif
yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara
statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia
sebagai instrumen, respon yang aneh dan yang menyimpang justru diberi perhatian.
Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk
diteliti.
a) Macam-macam Interview/Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2015) mengemukakan beberapa macam
wawancara yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
(1) Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan
wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan
pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara ini pula pengumpulan data
dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya
b) Langkah-langkah Wawancara
Lincoln dan Guba (dalam Sugiyono, 2015) mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu:
(1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
(2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
(3) Mengawali atau membuka alur wawancara
(4) Melangsungkan alur wawancara
(5) Mengonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
(6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
(7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
1) Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi maka sebenarnya peneliti mengumpulkan sekaligus menguji kredibilitas
data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data (Sugiyono, 2015).
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2015).
C. Latihan
1. Jelaskan mengenai manusia sebagai instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif!
2. Apakah yang menjadi perbedaan dalam instrumen penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif?
3. Bagaimana cara penyusunan instrumen dalam penelitian kuantitatif?
D. Kunci Jawaban
1. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, memiliki fungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan
atas temuannya (Sugiyono, 2015). Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln
dan Guba (dalam Sugiyono, 2015) menyatakan bahwa: “The instrument of choice in
naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may
be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing
mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of
inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the
human instrument has product”. Selanjutnya, Nasution (dalam Sugiyono, 2015)
mengatakan mengenai instrumen penelitian kualitatif: “Dalam penelitian kualitatif,
tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian
utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.
dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang
telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang
valid dan reliabel apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Oleh karena itu sebagai instrumen peneliti juga harus “divalidasi” seberapa
jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri melalui evaluasi diri
seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori, dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono,
2015).