Anda di halaman 1dari 46

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Skala Guttman
1. Biografi Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. SkalaGuttman
disebut juga dengan Scalogram atau analisis skala (Scale Analysis).
LouisGuttman mengembangkan skala ini untuk mengatasi masalah yang
dihadapi oleh Likert dan Thurstone. Di samping itu, skala Guttman
mempunyai asumsi menurut Babbie (Sukardi, 2011;149) bahwa dasar dari
fakta di mana beberapa aitem di bawah pertimbangan yang harus dibuktikan
menjadi petunjuk kuat satu variabel dibanding variabel lainnya.
Skala Guttman memiliki beberapa ciri penting, yaitu: 1) Skala Guttman
merupakan skala komulatif. Jika seseorang responden mengiyakan pertanyaan
atau pernyataan yang berbobot lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan
pertanyaan atau pernyataan yang kurang berbobot lainya. 2) Skala Guttman
mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel yang multidimensi, sehingga
skala ini mempunyai sifat unidimensional.
Tujuan utama pembuatan skala Guttman pada prinsipnya untuk
menentukan jika sikap yang diteliti benar-benar mencakup berdimen
situnggal. Sikap dikatakan berdimensi tunggal bila sikap tersebut
menghasilkan skala komulatif. Sebagai misal, jika seorang responden yang
setuju terhadap aitem 2, maka ia berarti juga setuju terhadap aitem 1. Jika
seorang responden yang setuju dengan aitem 3, maka juga ia setuju dengan
aitem 2 dan 1, demikian seterusnya.
2. Definisi Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala yang digunakan untuk memperoleh
jawaban dari responden yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Kata-kata

1
yang digunakan, misalnya: ya – tidak, benar – salah, positif – negatif, yakin –
tidak yakin dan sebagainya. Data yang diperoleh berupa data interval atau rasio
dikotomi (dua alternatif pilihan). Pada skala Guttman hanya mempunyai dua
skor, misal pada sikap yang mendukung sesuai dengan pertanyaan atau
pernyataan diberi skor 1 dan sikap yang tidak mendukung sesuai dengan
pertanyaan atau pernyataan diberi skor 0.
Skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban
yang tegas yaitu : benar-salah, pernah-tidak pernah, ya-tidak. Skala ini dapat
dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda. Contoh :
1) Apakah Anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini
a.Ya
b.Tidak
Skala ini dipakai bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2012; 140),Skala ini disebut juga
skala kumulatif karena jawaban dapat diakumulasikan misalnya
1) Asosiasi guru-orang tua muid mempunyai peran penting dalam
perkembangan sekolah
a.Setuju
b.Tidak setuju
2) Asosiasi guru-orang tua murid mempunyai pengaruh kuat terhadap
perkembangan sekolah
a. Setuju
b. Tidak setuju
3) Asosiasi guru-orang tua murid merupakan organisasi penting untuk
meningkatkan kualitas sekolah
a.Setuju
b.Tidak setuju (Darmadi, 2011; 109)
Sehingga subjek yang setuju dengan butir 2, setuju dengan butir pertama
daan subjek yang setuju butir 3 setuju akan butir 1 dan 2 (Tahir,2011; 50)

2
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua
alternative yang berbeda). Perbedaan skala likert dengan skala guttman ialah
kalau skala likert terdapat jarak (interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu dari sangat
benar (SB) sampai denagn Sangat Tidak Benar (STB), sedangkan dalam skala
Guttman hanya ada dua interval, yaitu : Benar (B) dan Salah (S). Contoh :
1) Yakin atau tidakkah anda, pergantian Presiden akan dapat mengatasi
persoalan bangsa :
a. Yakin
b. Tidak
2) Apakah komentar saudara, jika Gus dur turun dari kepresidenan ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
3) Pernahkah direktur saudara mengajak makan bersama ?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
Skala Guttman disamping dapat dibuat bentuk pilihan ganda dan juga
bisa dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor
tertinggi bernilai (1) dan skor terendah (0). Misalnya : untuk jawaban benar
(1) dan salah (0). Analisis dilakukan seperti pada skala Likert. Contoh :
1) Saudara punya orang tua ?
a. Ya
b. Tidak
2) Anda punya Kartu Pokok Wajib Pajak ?
a. Punya
b. Tidak (Riduwan, 2009; 17-18)

3
3. Langkah-Langkah Skala Guttman
Langkah-langkah untuk membuat skala Guttman adalah sebagai
berikut :
1) Susunlah sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang ingin
diselidiki.
2) Lakukan penelitian permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang
akan diselidiki, sampel yang diselidiki minimal besarnya 50 sampel
3) Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang.
Jawaban yang ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui
oleh lebih dari 80% responden.
4) Susunlah jawaban pada table Guttman.
5) Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
4. Kelebihan dan Kekurangan Skala Guttman
1) Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu: a) Skala ini bisa jadi tidak
mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur sikap terhadap
objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku
objek tersebut.b) Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk
satu kelompok tetapi ganda untuk Kelompok lain, ataupun berdimensi
satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi ganda untuk waktu yang
lain.
2) Kelebihan skala guttman yaitu: Skala ini langsung menanyakan untuk
memperoleh jawaban yang jelas, tegas
5. Contoh Soal, Cara Pengerjaan, Dan Cara Skoring Skala Guttman
1) Contoh soal
Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Contoh. Yakin- Tidak Yakin, Ya-
Tidak, Benar- Salah, Positif- Negatif, Pernah- Belum Pernah, Setuju-Tidak
setuju dan lain sebagainya.

4
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi
(dua alternative yang berbeda). Perbedaan skala likert dengan skala
guttman adalah jika skala likert terdapat jarak interval 1,2,3,4,5 dari sangat
tidak benar hingga sangat benar, sedangkan dalam skala guttman hanya ada
dua interval, yaitu benar dna salah. Contoh:
1. Yakin atau tidakkah anda, pergantian presiden akan dapat mnengatasai
persoalan bangsa:
a. Yakin
b. Tidak
2. Apakah komentar anda jika Gus dur turun dari kepresidenan:
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Pernahkah direktur anda mengajak makan bersama:
a. Pernah
b. Tidak pernah
2) Selain dalam bentuk pilihan ganda,skala guttman juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi (1) dan
skor terendah (0). Misalnya, untuk jawaban benar diberi skor 1 dan
jawaban yang salah diberi skor 0.Contoh:
1. Saudara punya orang tua?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
2. Saudara sudah menikah?
a. Sudah (1)
b. Belum (0)
3. Saudara punya ktp?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
3) Contoh kuesioner:

5
a. Pemberian ASI sebaiknya dilakukan segera setelah kelahiran sampai
usia 24 bulan
b. ASI eksklusif sebaiknya diberikan segera setelah kelahiran sampai usia
6 bulan
c. Pemberian makanan pada anak sebaiknya dilakukan sejak anak usia 1
bulan.
4) Panduan penilaian.
Berdasarkan kuesioner diatas, panduan penilaian dan pemberian
skoring adalah sebagai berikut:
Jumlah pilihan: 2
Jumlah pertanyaan: 3
Skoring terendah: 0 (pilihan jawaban yang salah)
Skoring tertinggi: 1 (pilihan jawaban yang benar)
Jumlah skor terendah: skoring terendah: scoring terendah x jumlah
pertanyaan = 0x3 = 0 (0%)
Jumlah skor tertinggi: scoring tertinggi x jumlah pertanyaan = 1x3 =
3(100%) =300 %
Penentuan scoring pada criteria objektif
Rumus umum:
Interval (i) = Range (R)/ Kategori (K)
Range = skor tertinggi- skor terendah= 100-0 =100%
Kategori (K)= 2 adalah banyaknya kriteria objektif suatu variabel
Kategori yaitu cukup dan kurang
Interval: 100-50 = 50%, sehingga cukup jika skor> 50%, rendah jika
skor < 50%
Catatan:
berapapun banyaknya jumlah pertanyaan jika pertanyaan dengan
pilihan 2 jawaban yang sama yaitu benar dan salah, penentuan kriteria
objektifnya akan tetap pada interval 50%. Maksudnya, meskipun dengan

6
jumlah pertanyaan sampai 100 pun dengan jumlah pilihan pertanyaan
terdiri dari 2 dengan kategori pada kriteria objektif variabel sebanyak 2
maka batas intervalnya adalah tetap 50%.

5) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas skala Guttman


1. Uji validitas
Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman yaitu
rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
Jadi, pertama adalah menghitung koefisien reprodusibilitasnya
dulu baru selanjutnya menghitung koefisien skalabilitasnya. Runtutan
rumusnya sebagai berikut:
Rumus koefisien reprodusibilitas:
Kr = 1-(e/n)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai error
N = jumlah pernyataan dikali jumlah responden
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibiltas yaitu apabila
koefisien reprodusibiltas memiliki nilai > 0,90.
Rumus koefisien skalabilitas:
Ks = 1-(e/x)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai
X = 0,5 ({jumlah pernyataan dikali jumlah responden} – jumlah
jawaban“ya”)
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila
koefisien skalabilitas memiliki nilai > 0, 60.
Sebelum kita mencari nilai koefisien reprodusibilitas, kita harus
mencari nilai eror terlebih dahulu. Dimana nilai eror didapatkan dari
sko rbutir individu yang tidak sesuai dengan harapan. Contohnya bisa

7
dilihat pada gambar di bawah ini yang berisi butir yang telah diurutkan
dari yang paling mudah hingga paling sulit.
Jadi secara sederhananya:
Saat memulai menghitung data yang terkumpul dari kuesioner,
urutkan pertanyaan dari bobot mudah ke bobot sulit. Dengan asumsi
bahwa responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan yang berbobot
lebih sulit diasumsikan akan juga memberikan jawaban “ya” pada
pertanyaan yang berbobot lebih mudah jadi itulah kenapa pertanyaan
harus diurutkan dari yang bobotnya dianggap lebih mudah hingga ke
pertanyaan yang dianggap memiliki bobot yang agak sulit.

Responden 1 mendapatkan skor 18 dan eror 0, tidak ada eror dari


responden 1 karena ia bisa mengatasi butir mudah dan bisa mengatasi
butir yang sulit.
Responden 2 mendapatkan skor 17 dan eror 4. Hal ini dikarena
responden 2 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 17
point d, namun dia dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada
butir 3 berikutnya. Eror responden 2 terletak pada butir pertanyaan 17
d, dimana harusnya responden 2 bisa menjawab dengan benar akan
tetapi justru dia tidak bisa menjawab dengan benar, sedangkan butir
26, 27 dan 37 harusnya responden tidak bisa menjawab dengan benar
malah dia bisa menjawabnya dengan benar.
Responden 3 mendapatkan skor 17 dan eror 1. Hal ini dikarenakan
responden 3 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 27,

8
namun dia dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir
berikutnya.
Responden 4. Dia mendapatkan skor 16 dan eror 0, tidak ada eror
dari responden 4 karena memberikan jawaban ideal, ia bisa mengatasi
butir mudah dan tidak bisa mengatasi butir yang sulit.
Setelah ketemu nilai error, hitung nilai koefisien reprodusibilitas
dan koefisien skalabilitas.
6) Uji Reliabilitas Skala Guttman
Rumus yang cocok untuk dipakai pada skala Guttman (salah satunya)
adalah rumus Kuder-Richardson 21 atau sering disebut sebagai KR 21.
Alasannya, karena rumus ini cocok untuk pilihan jawaban yang sifatnya
dikotomi (“ya” atau “tidak”).
RumusKuder-Richardson
r11= K/(K-1) * (1 - U*(K-U)/(K*V))
Keterangan:
r11= reliabilitas instrumen.
K = banyaknya butir soal atau pertanyaan.
U= rata-rata skor total.
V= varians total.
Adapun untuk pengolahannya menggunakan program microsoft
excel. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai
berikut:
a. 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
b. 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
c. 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
d. 0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah
e. -1,00 < r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

9
Jadi intinya, setelah dapat nilai Kuder Richardson 21 dan hasilnya
minimal 0,7 (paling baik hasilnya >0,8), itu artinya kuesioner yang dipakai
dalam riset sudah reliabel (dapat diandalkan).
B.Self disclosure
1.Pengertian Self disclosure
Sikap terbuka adalah kemauan menaggapi dengan
senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi
hubungan antarpribadi. Keterbukaan (Self disclosure)
adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap
situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi
tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan
tanggapan kita di masa kini tersebut (Hidayat, 2012).
De Vito (2007) menyatakan bahwa self disclosure
merupakan jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan
informasi tentang diri kita sendiri yang secara aktif
kita sembunyikan.
Wrightsman (dalam Hanifia, 2013) mendefinisikan
bahwa self disclosure adalah proses self disclosure
yaang diwujudkan dengan berbagi perasaan dan informasi
kepada orang lain. Menurut Morton, pengungkapan diri
merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang
akrab dengan orang lain. Informasi pengungkapan diri ini
bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya
individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri
yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti,
jenis pekerjaan, alamat, dan usia. Sedangkan evaluatif

10
artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan
pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal
yang tidak disukai atau dibenci (Hidayat, 2012).
Self disclosure ini dapat berupa berbagai topik
seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan,
motivasi, dan ide yang sesuai dan terdapat didalam diri
orang yang bersangkutan. Kedalaman dan self disclosure
seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak
berinteraksi. Jika orang berinteraksi dengan
menyenangkan dan membuat merasa aman serta dapat
membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi individu
untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada
beberapa orang tertentu yang dapat saja menutup diri
karena merasa kurang percaya (DeVito, 1996).
Proses pengungkapan diri individu-individu
biasanya memiliki kecendrungan mengikuti norma resiprok
(timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang
bersifat pribadi maka akan cendrung memberikan reaksi
yang sepadan. Pada umumnya, mengharapkan orang lain
memperlakukan samaseperti perlakuan mereka.
Kebudayaan juga memiliki pengaruh dalam self
disclosure seseorang. Tiap-tiap bangsa dengan corak
budaya masing-masing mamberikan batas tertentu sejauh
mana individu pantas atau tidak pantas mengungkapkan
diri.

11
Kurt Lewin (dalam Raven & Rubin, 1983) dari hasil
penelitiannya menemukan bahwa orang-orang Amerika
nampaknya lebih terbuka daripada orang-orang Jerman,
tapi keterbukaan ini hanya terbatas pada hal permukaan
saja dan sangat enggan untuk membuka rahasia yang
menyangkut pribadi mereka.
Di pihak lain orang Jerman pada awalnya lebih
sulit untuk mengungkapkan diri meskipun untuk hal yang
bersifat permukaan, namun jika sudah menaruh kepercayaan
maka mereka tidak enggan untuk membuka rahasia pribadi
mereka yang paling dalam (Hidayat, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi, Dapat disimpulkan
bahwa self disclosure (Self Disloure) adalah reaksi
atau tanggapan seseorang dengan senang hati menerima
informasi dalam menghadapi hubungan pribadi, serta
bersedia membagi perasaan dan informasi tentang diri
yang akrab, baik informasi yang bersifat deskriptif
maupun bersifat evaluatif.
Kedalaman dan self disclosure seseorang tergantung
pada situasi dan orang yang diajak berinteraksi. Ketika
seseorang berinteraksi dengan menyenangkan, menimbulkan
rasa aman, dan dapat membangkitkan semangat maka
seseorang akan lebih bisa membuka diri pada saat
berinteraksi.
2.Aspek-Aspek Self disclosure

12
(Self Disclosure) Altman & Taylor ( dalam Gainau, 2009)
menemukan 5 aspek dalam self disclosure yaitu:
a.Ketepatan
Hal ini mengacu pada apakah seorang individu
mengungkapkan informasi pribadinya dengan relevan dan
untuk peristiwa dimana individu terlibat atau tidak
(sekarang dan disini). Sebuah self disclosure mungkin
akan menyimpang dari norma dalam hubungan yang spesifik
jika individu tidak sadar akan norma tersebut. Individu
harus bertanggung jawab terhadap resikonya, meskipun
bertentangan dengan norma.
Self – disclosure yang tepat dan sesuai
meningkatkan reaksi yang positif dari partisipan atau
pendengar. Pernyataan negatif berkaitan dengan penilaian
diri yang sifatnya menyalahkan diri, sedangkan
pernyataan positif merupakan pernyataan yang termasuk
kategori pujian.
b.Motivasi
Motivasi berkaitan dengan dorongan seseorang untuk
mengungkapkan dirinya kepada orang lain. Dorongan bisa
berasal dari dalam diri maupun dari luar. Dimana
dorongan dari dalam berkaitan dengan apa yang menjadi
keinginan dan tujuan seseorang yang melakukan self
disclosure. Sedangkan dari luar, dipengaruhi lingkungan
keluarga, sekolah, dan pekerjaan.

13
c.Waktu
Waktu yang digunakan dengan seseorang akan
cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya self
disclosure. Pemilihan waktu yang tepat sangat penting
untuk menentukan apakah seorang dapat terbuka atau
tidak. Pada intinya perlu memperhatikan kondisi orang
lain, jika waktunya kurang tepat misalkan seseorang
dalam kondisi capek atau dalam keadaan sedih maka orang
tersebut cendrung kurang terbuka dengan orang lain.
Sedangkan waktu yang tepat adalah seperti waktu
seseorang dalam kondisi bahagia atau senang maka ia akan
cendrung untuk terbuka.
d.Keintensifan
Keintensifan seseorang dalam self disclosure (self
disclosure)adalah tergantung pada siapa seseorang
mengungkapkan diri, apakah teman dekat, orang tua, teman
biasa, orang yang baru kenal.
e.Kedalaman dan keluasan
Dalam hal ini ada dua dimensi yakni self
disclosureyang dangkal dan yang dalam. Self disclosure
yang dangkal l biasanya diungkapkan kepada orang yang
baru dikenal. Kepada orang tersebut biasanya diceritakan
aspek - aspek geografis tentang diri misalnya nama,
daerah asal dan alamat.

14
Self disclosure yang dalam, diceritakan kepada
orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan (intimacy).
Seseorang dalam menginformasikan dirinya secara mendalam
dilakukan kepada orang yang betul-betul dipercaya dan
biasanya hanya dilakukan kepada orang yang betul-betul
akrab dengan dirinya, misalnya orang tua, teman dekat,
teman sejenis dan pacar. Pendek kata, dangkal dalamnya
seorang menceritakan dirinya ditentukan oleh yang hendak
diajak berbagi cerita atau target person. Semakin akrab
hubungan seseorang dengan orang lain, semakin terbuka ia
kepada orang tersebut.
Jadi dalam self disclosure ada beberapa unsur yang
akan meningkatkan self disclosure seseorang menurut
Altman & Taylor, diantaranya adalah keterpatan seseorang
dalam melakukan self disclosure, adanya motivasi untuk
melakukan self disclosure, kedalaman dan keluasan dalam
melakukan self disclosure. Pemilihan waktu yang tepat
dan keintensifan (kedekatan) dengan seseorang juga
merupakan hal yang penting bagi seseorang untuk
melakukan self disclosure.
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi Self disclosure
Menurut Devito (dalam Rahmawati, 2005) faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan diri diantaranya:
a.Besar kelompok

15
Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam
kelompok kecil daripada kelompok besar. Kelompok yang
terdiri atas dua orang merupakan lingkungan yang paling
cocok untuk pengungkapan diri. Dengan satu pendengar,
pihak yang melakukan pengungkapan diri meresapi dengan
cermat.
b.Perasaan menyukai
Individu membuka diri dengan orang-orang yang kita
sukai atau cintai, dan kita tidak akan membuka diri
kepada orang yang tidak kita sukai. Hal ini dikarenakan
orang yang individu sukai dan mungkin juga memiliki
perasaan yang sama akan bersikap mendukung dan positif
atau terbuka dengan individu tersebut.
c.Efek diadik
Individu akan melakukan self disclosure apabila
orang yang bersamanya juga melakukan self disclosure.
Efek diadik ini membuat individu merasa aman, nyaman dan
pada kenyatannya akan memperkuat self disclosure seorang
individu.
d.Kompetensi
Individu yang berkompeten akan lebih terbuka
mengenai dirinya daripada orang yang kurang berkompeten.
Individu yang berkompeten akan mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik karena individu
tersebut dapat menempatkan dirinya, mengatakan apa yang

16
seharusnya dikatakan, dan juga bersikap terbuka.
Keterbukaan dianggap berhasil apabila seseorang memahami
betul terhadap apa yang diinformasikan, baik positif
maupun negatifnya karena hal itu sangat menentukan dalam
perkembangan selanjutnya.
e.Kepribadian
Orang-orang yang pandai bergaul (sociable) dan
ekstovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak
daripada mereka yang kurang pandai bergaul dan lebih
introvert.
f.Topik
Individu cenderung terbuka tentang informasi
dengan topik tertentu. Individu lebih terbuka mengenai
hobi atau pekerjaan daripada tentang keadaan ekonomi,
seks dan kehidupan keluarga. Umumnya topik yang bersifat
pribadi dan informasi yang kurang baik akan menimbulkan
kemungkinan kecil individu terbuka.
g.Jenis kelamin
Pada umumnya pria lebih kurang terbuka daripada
wanita. Wanita lebih senang membagikan informasi tentang
dirinya ataupun orang lain. Sebaliknya pria lebih senang
diam atau memendam sendiri permasalahannya dari pada
membeberkan kepada orang lain. Faktor-faktor self
disclosure individu yang telah dijelaskan oleh De Vito
sedikit banyak memiliki peran terhadap keterampilan

17
individu dalam melakukan komunikasi interpersonal. efek
diadik mempengaruhi self disclosure individu yang dalam
peosesnya dibutuhkan suatu keterampilan berkomunikasi
karena pada dasarnya efek diadik dapat terjadi apabila
individu satu dengan yang lainnya sama-sama mau
memberikan informasi atau saling terbuka.
4.Tingkatan-Tingkatan Self disclosure
Terdapat beberapa tingkatan keterbuakaan diri dalam
komunikasi interpersonal. Menurut Powell (Hidayat, 2012)
tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi, yaitu:
a.Basa-basi
Merupakan taraf pengungkapan diri yang paling
lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan pada
individu, tidak terjadi hubungan interpersonal. Masing-
masing individu berkomunikasi basa-basi sekedar
kesopanan.
b.Membicarakan orang lain
Komunikasi yang dilakukan hanyalah mengungkapkan
tentang orang lain atau hal-hal yang diluar darinya.
Walaupun pada tingkat ini lebih mendalam, individu tidak
mengungkapkan diri.
c.Menyatakan gagasan atau pendapat
Sudah mulai menjalin hubungan yang erat. Individu
mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.
d.Adanya perasaan

18
Individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang
sama, tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan
atau pendapat individu yang berbeda-beda. Setiap
hubungan yang menginginkan pertemuan interpersonal yang
sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang
jujur, terbuka dan menyarankan perasaan-perasaan yang
mendalam.

e.Hubungan puncak
Individu sudah mulai mengungkapkan diri secara
mendalam. individu yang menjalin hubungan interpersonal
dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya.
Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah
berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang
mutlak. Sikap terbuka (self disclosure)sangat
berpengaruh besar dalam menumbuhkan komunikasi
interpersonal yang efektif.
5.Manfaat Self disclosure
Johnson (dalam Supriatiknya, 1995) menyatakan
bahwa ada beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri
terhadap hubungan interpersonal, diantaranya:
a.Pembukaan diri merupakan dasar bagi
hubungan yang sehat antara dua orang
b.Semakin seseorang bersikap terbuka pada
orang lain, semakin orang lain tersebut akan

19
menyukai diri kita dan akan semakin membuka diri
kepada kita
c.Orang yang rela membuka diri kepada orang
lain terbukti cenderung memiliki sifat kompeten,
terbuka, ekstrovet, fleksibel, adaptif, inteligen,
yang artinya orang tersebut dalam keadaan bahagia.
d.Diri kepada orang lain merupakan dasar
relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik
dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
e.Membuka diri berarti bersikap realistik.
Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus
dan autentik Devito (2011) menyatakan bahwa self
disclosure memiliki beberapa manfaat bagi
seseorang, yakni :
a.Pengetahuan Diri
Seseorang akan mendapatkan
pemahaman yang baru dan lebih mendalam
mengenai dirinya sendiri. Pandangan
baru sering muncul ketika konseli
melakukan pengungkapan diri dalam
sebuah proses konseling, konseli akan
menyadari adanya aspek yang belum
diketahuinya, dengan begitu melalui
self disclosure seseorang akan

20
mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam atas dirinya.
b.Kemampuan mengatasi kesulitan
Seseorang cendrung memiliki
perasaaan ketakutan tidak diterima
dalam suatu lingkungan karena suatu
kesalahan tertentu kepada orang lain.
Dalam hal ini, Self disclosure akan
membantu individu dalam menyelesaikan
permasalahan dengan orang lain karena
individu memiliki kesiapan untuk
membicarakan permasalah tersebut
secara lebih terbuka.
c.Efisiensi komunikasi
Self disclosure dapat
mempengaruhi proses komunikasi yang
dilakukan oleh individu. individu
dapat lebih memahami apa yang
dikatakan oleh orang lain apabila
individu tersebut sudah mengenal baik
orang lain tersebut, sehingga individu
tersebut mendapatkan pemahaman secara
uuh terhadap orang lain dan mungkin
sebaliknya. Sehingga proses komunikasi

21
yang dilakukan menjadi tepat dan
efektif.
d.Kedalaman Hubungan
Dalam membina sebuah hubungan,
self disclosure sangat diperlukan
seperti sikap saling percaya,
menghargai dan jujur. Adanya self
disclosure yang seperti itu akan
membuat suatu hubungan lebih bermakna
dan mendalam. Berdasarkan paparan
diatas, dapat disimpulkan bahwa
seseorang dalam melakukan pembukaan
diri harus bersikap realistik, jujur,
tulus dan autentik. Ada beberapa
manfaat self disclosure yakni,
seseorang akan mampu memahami diri
sendiri secara lebih mendalam,
seseorang akan mampu mengatasi
kesulitan yang dialaminya dalam artian
dengan self disclosure seseorang akan
mampu menyelesaikan permasalahan yang
dialaminya karena seseorang memiliki
kesiapan untuk membicarakan
permasalahannya secara lebih terbuka,
self disclosure juga bermanfaat untuk

22
efisiensi komunikasi dan akan dapat
membina hubungan yang mendalam dengan
seseorang.

BAB III
METODE

A. Definisi Konsep
Corsini (1987:115) menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan
proses dimana individu secara suka rela dan sengaja mengungkapkan
informasi pribadi berkenaan dengan sikap, pendapat, dan hal-hal yang
menarik minat mereka.
DeVito (1990:60) menyebutkan bahwa makna dari self disclosure
adalah suatu bentuk komunikasi dimana anda atau seseorang menyampaikan
informasi tentang dirinya yang biasanya disimpan.oleh karena itu, setidaknya
proses self disclosure membutuhkan dua orang.
Wrightsman (dalam Dayakisni dan Hudaniyah, 2006: 104)
menyebutkan self disclosure adalah suatu proses menghadirkan diri yang
terwujud dalam kegiatan membagi informasi, perasaan, dengan orang lain.
Burhan Bungin (2006: 262-263) mengungkapkan bahwa self disclosure atau
self disclosure merupakan sebuah proses pengungkapan informasi pribadi
individu kepada orang lain dan juga sebaliknya.

23
Dari beberapa definii diatas dapat disimpulkan bahwa definisi konsep
dari self disclosure adalah tindakan untuk mengungkapkan tentang bagaimana
kita berinteraksi dengan orang terhadap situasi yang terjadi saat ini, dan
memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan, yang dapat
menjelaskan reaksi yang kita perbuat saat ini.
B. Definisi Operasional
Self disclosure adalah reaksi atau tanggapan seseorang dengan senang
hati menerima informasi dalam menghadapi hubungan pribadi, serta bersedia
membagi perasaan dan informasi tentang diri yang akrab dengan orang lain
yang didalamnya mengandung unsur ketepatan, motivasi, waktu, keintensifan,
kedalaman dan keluasan dalam membagi informasi diri, sehingga
menimbulkan keakraban yang mendalam dengan seseorang.
C. Blueprint dan Aitem
1. Blueprint Self Disclosure
NO ASPEK INDIKATOR AITEM JUMLAH
FAVORABLE UNFAVORABLE
1. Personal Tentang 1, 2, 3, 5 4, 6 6
matters pribadi diri
sendiri
2. Thoughts & Berbagi ide 7, 8, 9 10 4
ideas dengan orang
lain
Persepsi situasi 11 12 2
bersama
3. Religion Kemampuan 13, 14, 15, 17 5
berbagi 16

pengalaman,
pikiran dan
emosi tentang
Allah
4. Sex Kesediaan 18, 19, 20 3

24
untuk
membahas
pengalaman
seksualnya
Kebutuhan dan 24 21, 22, 23 4
pandangannya
5. Interpersonal Hubungan atau 25, 26, 27, 29, 30 7
relationship ikatan yang 28, 31
terbentuk
diluar lingkup
keluarga
6. Emotional Pernyataan 32, 33 2
state emosi dan
perasaan
Perasaan, sikap 34, 35 2
terhadap
situasi yang
disampaikan
kepada orang
lain
7. Problems Peristiwa yang 36, 37, 38 3
dapat
diringankan
melalui
pengungkapan
Konflik 39, 40, 41
perselisihan
yang dialami
oleh sebuah
individual

2. Aitem Self Disclosure

No Pernyataan Ya Tidak

25
1 Apakah anda suka berbicara tentang kehidupan pribadi anda
melalui sosial media?
2 Apakah anda bersedia menceritakan tentang pribadi anda
kepada orang yang baru anda kenal?
3 Apakah anda berbagi dengan teman media sosial anda dan anda
merasa senang?
4 Apakah anda tidak suka berbagi tentang apapun pada orang
lain?
5 Apakah anda orang yang menceritakan hal yang menjadai
kesuakaan anda pada orang lain?
6 Apakah anda merasa tidak nyaman jika menceritakan tentang
diri anda ?
7 Apakah anda berbagi informasi tentang diri anda kepada orang
yang baru anda kenal?
8 Apakah anda berbagi pengalaman yang menyenangkan kepaa
orang yang baru anda kenal?
9 Apakah anda suka berdiskusi dengan teman anda?
10 Apakah anda orang yang tidak senang berdiskusi kelomok?
11 Apakah anda suka teman-teman anda tahu tentang cita-cita,
harapan dan juga mimpi anda?
12 Apakah anda meras tidak nyaman jika orang lain harus tahu
rahasia tentang diri anda?
13 Apakah anda dapat berbagi pengalaman sepiritual anda?
14 Apakah anda berbagi pandangan anda tentang tuhan (Allah)
kepada orang yang baru anda kenal?
15 Apakah anda termasuk orang yang memiliki pengetahuan
agama sehingga dapat mengajari orang di sekitar?
16 Apakah anda suka me-metion teman anda di media sosial yang
membahas mengenai masalah-masalah ke-islaman?
17 Apakah anda tidak perlu saling berbagi ketika terdapat
perbedaan agama?
18 Apakah anda berbagi pendapat tentang pandangan pribadi anda
mengenai nilai-nilai seksual pada teman media sosial anda?
19 Apakah anda tipe orang yang memendam sendiri perasaan
kesepian anda saat tidak memiliki teman dekat?
20 Apakah anda suka mengungkapkan keingian untuk menikah
pada teman-teman anda?
21 Apakah anda tidak suka bercerita tentang kehidupan cinta anda
kepada siapapun?

26
22 Apakah anda merasa iri jika teman anda bercerita tentang
pasangan pada anda ?
23 Apakah anda ragu untuk memulai sebuah hubungan dengan
lawan jenis?
24 Apakah anda merasa butuh rasa kasih saying dari pasangan
anda?
25 Apakah anda memiliki teman yang banyak?
26 Apakah anda bersahabat baik dengan teman-teman anda?
27 Apakah teman-teman anda selalu ada buat anda?
28 Apakah anda suka berbagi tentang perasaan anda kepada orang
yang baru anda kenal?
29 Apakah anda tidak akan membiarkan diri anda diketahui orang
lain?
30 Apakah anda takut untuk berbagi dengan orang yang baru anda
kenal?
31 Apakah anda saat bercerita, anda akan memilah-milah cerita
apa saja yang akan anda ceritakan ke teman-teman anda?
32 Apakah anda menceritakan hal-hal yang membuat anda sedih
kepada orang terdekat anda ?
33 Apakah anda berbagi hal-hal yang paling anda khawatirkan
hanya kepada teman media sosial anda?
34 Apakah anda akan marah ketika orang lain menertawakan anda
saat melakukan hal yang memalukan?
35 Apakah anda mudah merasa sebel jika teman anda bercerita
hal-hal yang anda tidak sukai?
36 Apakah anda merasa lega jika menceritakan tentang masalah
anda pada orang lain?
37 Apakah anda dapat berbagi dengan orang lain tentang masalah-
masalah anda kapan saja anda inginkan?
38 Apakah anda merasa puas setelah menceritakan masalah anda
ke teman anda?
39 Apakah anda tidak suka masalah yang anda hadapi harus
diketahui ole orang lain?
40 Apakah anda sering bertengkar karena perbedaan pendapat?
41 Apakah anda suka orang yang tidak anda kenal mencampuri
urusan anda?

D. Tahapan Operasionalisasi

27
Dalam pembuatan skala dukungan sosial teman sebaya dengan
menggunakan skala Guttman ini melalui beberapa tahapan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Menentukan variabel yang akan digunakan untuk membuat skala
2. Menyusun teori mengenai variabel yang telah ditentukan, termasuk yang di
dalamnya adalah definisi, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi dan
menentukan definisi operasionalnya.
3. Berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan kemudian membuat indikator
sesuai aspek-aspek dari variabel tersebut.
4. Setelah itu, membuat aitem sesuai indikator dan aspek-aspeknya sebanyak 50
aitem dengan ketentuan 10% dari jumlah jumlah aitem adalah unfavorable,
jadi sebanyak 45 aitem favorable dan 5 aitem favorable.
5. Aitem sebanyak 50 yang terdiri dari favorable dan unfavorable kemudia
dikoreksi oleh expert judgement (yaitu kelompok lain dan dosen pembimbing
mata kuliah Pengembangan Alat Ukur Psikologi)
6. Setelah direvisi, aitem diacak kemudian di try out kan kepada 2 siswa SMA
untuk mengetahui apakah aitem-aitem tersebut dapat dipahami oleh anak
SMA atau tidak.
7. Skala disebar kepada 50 subyek
8. Kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
E. Analisis Data
a. Uji validitas
Rumus yang cocok untuk uji validitas dengan skala Guttman yaitu rumus
koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Jadi, pertama adalah
menghitung koefisien reprodusibilitasnya dulu baru selanjutnya menghitung
koefisien skalabilitasnya. Runtutan rumusnya sebagai berikut:
Rumus koefisien reprodusibilitas:
Kr = 1-(e/n)
Keterangan:

28
E = jumlah kesalahan/nilai error
N = jumlah pernyataan dikali jumlah responden
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibiltas yaitu apabila koefisien
reprodusibiltas memiliki nilai > 0,90.

Rumus koefisien skalabilitas:

Ks = 1-(e/x)
Keterangan:
E = jumlah kesalahan/nilai
X = 0,5 ({jumlah pernyataan dikali jumlah responden} – jumlah jawaban“ya”)
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila koefisien
skalabilitas memiliki nilai > 0, 60. Sebelum kita mencari nilai koefisien
reprodusibilitas, kita harus mencari nilai eror terlebih dahulu. Dimana nilai eror
didapatkan dari sko rbutir individu yang tidak sesuai dengan harapan.
Contohnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini yang berisi butir yang telah
diurutkan dari yang paling mudah hingga paling sulit.
Jadi secara sederhananya: Saat memulai menghitung data yang terkumpul
dari kuesioner, urutkan pertanyaan dari bobot mudah ke bobot sulit. Dengan
asumsi bahwa responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan yang berbobot
lebih sulit diasumsikan akan juga memberikan jawaban “ya” pada pertanyaan
yang berbobot lebih mudah jadi itulah kenapa pertanyaan harus diurutkan dari
yang bobotnya dianggap lebih mudah hingga ke pertanyaan yang dianggap
memiliki bobot yang agak sulit.

pertanyaan
Respond sko
11 1 1 15 17 2 2 3 eror
en r
a b c d e 0 3 a b c d a b c d 6 7 7
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 0
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 4
3 1 1 1 1 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1

29
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 0

Responden 1 mendapatkan skor 18 dan eror 0, tidak ada eror dari


responden 1 karena ia bisa mengatasi butir mudah dan bisa mengatasi butir
yang sulit.

Responden 2 mendapatkan skor 17 dan eror 4. Hal ini dikarena responden


2 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 17 point d, namun dia
dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir 3 berikutnya. Eror
responden 2 terletak pada butir pertanyaan 17 d, dimana harusnya responden 2
bisa menjawab dengan benar akan tetapi justru dia tidak bisa menjawab dengan
benar, sedangkan butir 26, 27 dan 37 harusnya responden tidak bisa menjawab
dengan benar malah dia bisa menjawabnya dengan benar.
Responden 3 mendapatkan skor 17 dan eror 1. Hal ini dikarenakan
responden 3 tidak bisa menjawab dengan benar pada pertanyaan 27, namun dia
dapat menjawab dengan benar pertanyaan pada butir berikutnya.
Responden 4. Dia mendapatkan skor 16 dan eror 0, tidak ada eror dari
responden 4 karena memberikan jawaban ideal, ia bisa mengatasi butir mudah
dan tidak bisa mengatasi butir yang sulit.
Setelah ketemu nilai error, hitung nilai koefisien reprodusibilitas dan
koefisien skalabilitas.

Uji Reliabilitas Skala Guttman


Rumus yang cocok untuk dipakai pada skala Guttman (salah satunya)
adalah rumus Kuder-Richardson 21 atau sering disebut sebagai KR 21.
Alasannya, karena rumus ini cocok untuk pilihan jawaban yang sifatnya
dikotomi (“ya” atau “tidak”).
Rumus Kuder-Richardson
r11= K/(K-1) * (1 - U*(K-U)/(K*V))

30
Keterangan:
r11= reliabilitas instrumen.
K = banyaknya butir soal atau pertanyaan.
U= rata-rata skor total.
V= varians total.
Adapun untuk pengolahannya menggunakan program microsoft excel.
Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai berikut:
a. 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
b. 0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
c. 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
d. 0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah
e. -1,00 < r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)
Jadi intinya, setelah dapat nilai Kuder Richardson 21 dan hasilnya
minimal 0,7 (paling baik hasilnya >0,8), itu artinya kuesioner yang dipakai
dalam riset sudah reliabel (dapat diandalkan)
F. Subjek Uji Coba Alat Ukur

1. Subjek Penelitian
Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, sangat
berkaitan dengan masalah sampel, yaitu bagaimana mengambil sampel dari
suatu populasi sehingga hasil-hasil penelitian terhadap sampel tersebut dapat
melahirkan suatu kesimpulan yang dapat berlaku umum bagi seluruh populasi.
Subjek dalam Penelitian ini adalah 50 mahasiswa maupun mahasiswi
aktif usia 19-25 tahun. Mulai dari mahasiswa S1 sampai dengan pasca sarjana
yang berasal dari beberapa universitas di Indonesia.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Sugiono,(1999). Populasi

31
dalam penelitian ini adalah siswa siswi mahasiswa maupun mahasiswi aktif
usia 19-25 tahun. Mulai dari mahasiswa S1 sampai dengan pasca sarjana yang
berasal dari beberapa universitas di Indonesia sebanyak 55orang. Sampel adalah
beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari
suatu populasi (Sevilla, 1993). Sedangkan dalam pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 50 mahasiswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sample diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara
acak sederhana, yaitu teknik pengambilan sample secara probabilitas
(probability sampling) dimana semua anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi sample penelitian ini.
Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 50
mahasiswa dan mahasiswi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 50 orang mahasiswa dan mahasiswi dari beberapa universitas di
Indonesia.

32
BAB IV
HASIL

A. Deskripsi Validitas dan Reliabilitas Aitem


1. Uji Validitas Aitem
a. Aspek personal matters
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan emosional
adalah sebagai berikut:

Analisis 1

4.1 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek personal matters


Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A1 2.7200 2.451 .654 .667

A2 2.8400 2.504 .672 .665

A3 2.5600 2.741 .453 .726

A4 2.7400 2.604 .544 .701

A5 2.4000 3.020 .348 .750

A6 2.5400 2.988 .295 .768

33
4.2 Tabel analisis 1 Aitem Valid Aspek personal
matters
No. aitem r tabel R hitung Keterangan
A1 0.654 0,284 Valid
A2 0.672 0,284 Valid
A3 0.453 0,284 Valid
A4 0.544 0,284 Valid
A5 0.348 0,284 Valid
A6 0.295 0,284 Valid

b. Aspek Thoughts & ideas


Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan instrumental
adalah sebagai berikut:
Analisis 1
4.3 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Thoughts &
ideas

Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A7 3.4400 1.966 .445 .582

A8 3.3400 1.943 .511 .557

A9 3.2200 2.298 .307 .632

A10 3.5000 2.010 .399 .601

A11 3.3200 2.222 .290 .640

A12 3.2800 2.206 .330 .625

34
4.4 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Thoughts & ideas
No. aitem r tabel R hitung Keterangan
A7 0.445 0,284 Valid
A8 0.511 0,284 Valid
A9 0.307 0,284 Valid
A10 0.399 0,284 Valid
A11 0.290 0,284 Valid
A12 0.330 0,284 Valid

c. Aspek Religion
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi
adalah sebagai berikut:
Analisis 1

4.5 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Religion


Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A13 2.3000 2.337 .393 .768

A14 2.4200 2.044 .586 .703

A15 2.3200 1.936 .719 .655

A16 2.4000 2.000 .627 .687

A17 2.4000 2.327 .368 .778

35
4.6 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Religion
No. aitem r table R hitung Keterangan
A13 0.393 0,284 Valid
A14 0.586 0,284 Valid
A15 0.719 0,284 Va;id
A16 0.627 0,284 Valid
A17 0.368 0,284 Valid

d. Aspek Sex
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi
adalah sebagai berikut:
Analisis 1

4.7 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Sex

Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A18 3.7800 2.583 .502 .613

A19 3.9000 2.663 .494 .617

36
A20 3.5600 2.945 .286 .676

A21 3.5800 2.861 .334 .663

A22 3.5800 2.902 .307 .670

A23 3.5800 2.616 .506 .613

A24 3.3400 3.168 .316 .667

4.8 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Sex


No. aitem r tabel R hitung Keterangan
A18 0.502 0,284 Valid
A19 0.494 0,284 Valid
A20 0.286 0,284 Valid
A21 0.334 0,284 Valid
A22 0.307 0,284 Valid
A23 0.506 0,284 Valid
A24 0.316 0,284 Valid

e. Aspek Interpersonal relationship


Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi
adalah sebagai berikut:

Analisis 1
4.9 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Interpersonal
relationship

Aitem-Total Statistics

37
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A25 3.0400 4.815 .800 .842

A26 3.1600 4.953 .787 .845

A27 2.8800 5.210 .607 .867

A28 3.0600 5.486 .467 .885

A29 2.9000 5.031 .692 .856

A30 2.8000 5.510 .494 .881

A31 3.0400 4.815 .800 .842

4.10 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Interpersonal


relationship
No. aitem r table R hitung Keterangan
A25 0.800 0,284 Valid
A26 0.787 0,284 Valid
A27 0.607 0,284 Valid
A28 0.467 0,284 Valid
A29 0.692 0,284 Valid
A30 0.494 0,284 Valid
A31 0.800 0,284 Valid

f. Aspek Emotional state


Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi
adalah sebagai berikut:

38
Analisis 1

4.11 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Emotional state

Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A32 2.2000 .980 .395 .596

A33 1.9800 1.040 .362 .617

A34 1.8800 .965 .557 .481

A35 1.8600 1.102 .393 .593

4.12 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Emotional state


No. aitem r table R hitung Keterangan
A32 0.395 0,284 Valid
A33 0.362 0,284 Valid
A34 0.557 0,284 Valid
A35 0.393 0,284 Valid

g. Aspek Problems
Hasil analisis Aitem pada aspek dukungan informasi
adalah sebagai berikut:

39
Analisis 1
4.13 Tabel analisis 1 Aitem-Total Statistics Aspek Problems

Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

A36 3.4800 2.091 .379 .670

A37 3.5600 2.007 .284 .686

A38 3.7800 1.522 .547 .599

A39 3.6600 1.617 .555 .599

A40 3.6400 1.745 .444 .639

A41 3.9800 1.693 .358 .677

4.14 Tabel analisis 1 aitem valid Aspek Problems


No. aitem r tabel R hitung Keterangan
A36 0.379 0,284 Valid
A37 0.284 0,284 Valid
A38 0.547 0,284 Valid
A39 0.555 0,284 Valid
A40 0.444 0,284 Valid
A41 0.358 0,284 Valid

h. Uji analisis faktorial

40
4.15 Tabel analisis faktorial Aitem-Total Statistics

Aitem-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Aitem- Alpha if Aitem
Aitem Deleted Aitem Deleted Total Correlation Deleted

ASPEK1 24.9400 77.731 .689 .819

ASPEK2 23.4600 84.458 .481 .848

ASPEK3 25.1400 93.592 .238 .876

ASPEK4 23.8800 77.128 .720 .815

ASPEK5 24.6200 64.730 .793 .800

ASPEK6 25.4600 84.009 .825 .818

ASPEK7 21.1000 71.276 .685 .820

Hasil analisis faktor pada skala dukungan sosial teman


sebaya adalah sebagai berikut:
4.16 Tabel aspek yang valid
No. aitem r tabel R hitung Keterangan
ASPEK1 0.689 0,284 Valid
ASPEK2 0.481 0,284 Valid
ASPEK3 0.238 0,284 Valid
ASPEK4 0.720 0,284 Valid
ASPEK5 0.793 0,284 Valid
ASPEK6 0.825 0,284 Valid
ASPEK7 0.685 0,284 Valid

41
2. Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Aitems

.851 7

Berdasarkan koefisien Cronbach’s Alpa sebesar 0.851 > 0.284 maka


instrument tersebut realiabel sebagai instrumen pengumpulan data.

B. Kesimpulan Aitem Skala


Berdasarkan analisis tiap aspek, diketahui bahwa aspek personal
matters memiliki aitem yang valid yaitu aitem 1, 2, 3, 4, 5 dan 6.
Untuk thoughts & ideas aitem yang valid yaitu aitem 7, 8, 9, 10, 11
dan 12. Untuk aspek religion aitem yang valid yaitu aitem 13, 14,
15, 16, dan 17. Untuk aspek sex aitem yang valid yaitu aitem 18,
19, 20, 21, 22, 23 dan 24. Untuk aspek interpersonal relationship aitem
yang valid yaitu 25, 26, 27, 28, 29, 30, dan 31. Sedangkan untuk aspek emotional
yang valid yaitu 32, 33, 34 dan 35. Dan untuk aspek problems 36, 37, 38, 39, 40,
dan 41.
Untuk analisis faktorial, skala ini dapat digunakan untuk
mengukur variabel self disclosure.

42
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas yang
telah dilakukan, maka dari ketujuh aspek tentang variabel self disclosure
menunjukkan bahwa semua aspek adalah valid. Sehingga skala variabel self
disclosure ini bisa digunakan lebih lanjut.
Sedangkan untuk nilai reliabilitasnya mencapai 0.851, dimana nilai ini
termasuk ke dalam kategori tinggi. Dengan merujuk pada r tabel korelasi
product moment, dengan taraf signifikansi 5% (50 subjek, df = 48, maka r
tabel menunjukkan 0.284) sehingga 0.723>0.284, maka hasil tersebut
dinyatakan valid dan reliabel.
B. Saran
Berikut ini adalah saran-saran yang diajukan peneliti, antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk Pembaca
Diharapkan dengan penelitian pembaca bisa lebih meningkatkan
self disclosure dalam diri masing-masing guna meningkatkan
kesadaraan diri dan mengurangi rasa rendah diri yang ada dalam diri.
2 Untuk Mahasiswa
Subjek khususnya mahasiswa dan mahasiswi usia 18-25 tahun S1
maupun pasca sarjana disarankan dapat meningkatkan self disclosure
mereka masing-masing yang nantinya akan sangat berguna dalam
hubungan dunia pekerjaan.

43
3. Untuk Peneliti Selanjutnya
`Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan mencari
subjek atau partisipan dengan lingkup yang lebih luas dan subjek yang
lebih banyak, sehingga hasil penelitian mengenai “self discosure” ini
memiliki hasil yang lebih luas lagi.

44
Daftar pustaka

Aryani, D.R, dan Setiawan, J.L. 2007. Pola Relasi dan Konflik
Interpersonal antara Menantu Perempuan dan Ibu Mertua.
Arkhe. Tahun 12, No.2 (77-90)
Darmadi, Hamid.2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta
DeVito, J.A. (1997). Komunikasi Antarmanusia. Edisi Kelima (Terjemahan
oleh Ir. Agus Maulana MSM). Jakarta: Profesional Books
Gainau, M.B. (2009). Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam
Perspektif Budaya dan Implikasinya Bagi Konseling.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Jurnal Ilmiah Widya Warta, 33 (01). (online). (diakses pada hari Rabu, 3
Desember 2014 pukul 13.45Rachmawati, Yeni & Euis Kurniati. 2005.
Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-
kanak. Jakarta : Depdikbud
Kuntaraf, dkk. 1999. Makanan Sehat. Bandung: Indonesia
Publishing House
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung:Alfabeta
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:PT. Bumi Aksara

45
Supratiknya. (1995).Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi.Yogyakarta:
Kanisius (Anggota IKAPI).
Tahir, Muh. 2011. “Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan”. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar

46

Anda mungkin juga menyukai