Anda di halaman 1dari 7

Differential Semantic

Skala ini merupakan salah satu dari skala factor yang dikembangkan untuk menganalisis dua
masalah :

 Pengukuran populasi dan multidimensional


 Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui

Metode skala ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek
di mata seseorang. Metode ini didasarkan pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai
dimensi pengertian konotatif yang berada dalam ruang cirri multidimensi yang disebut ruang
semantic.

Metode ini dibuat dengan menempatkan dua (dua) skala penilaian dalam titik ekstrim yang
berlawanan yang biasa disebut bipolar. Biasanya di antara titik ekstrim di dadapati 5 atau 7
tititk-titik butir skala dimana responden menilai suatu konsep atau lebih pada setiap butir
skala

Skala pengukuran yang berbentuk differential semantic dikembangkan oleh Osgood. Skala ini
juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist,
tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Differential tematik atau disebut juga skala perbedaan semantik berisikan serangkaian
karakteristik bipolar (dua kutub), seperti : panas– dingin, populer -tidak populer,baik – tidak
baik, dll. Karakteristik bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap
obyek itu menurut Iskandar (2000 : 154) :

1. Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik suatu obyek.


2. Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu obyek.
3. Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan suatu obyek

Contoh : berilah tanda cek (√) pada skala 1 sampai 5 yang paling cocok dengan anda :

1) Pengawaan kepala ruangan terhadap cuci tangan pada perawat:


Ketat 5 4 3 2 1 Longgar
Sering dilakukan 5 4 3 2 1 Tidak pernah dilakukan
Kuat 5 4 3 2 1 Lemah
Positif 5 4 3 2 1 Negatif
Baik 5 4 3 2 1 Buruk
Mendidik 5 4 3 2 1 Menekan
Aktif 5 4 3 2 1 Pasif

2) Dukungan pimpinan terhadap program cuci tangan di rumah sakit:

Besar 5 4 3 2 1 Kecil
Selalu dilakukan 5 4 3 2 1 Tidak pernah dilakukan
Kuat 5 4 3 2 1 Lemah
Positif 5 4 3 2 1 Negatif
Terus-menerus 5 4 3 2 1 Kadang-kadang
Baik 5 4 3 2 1 Buruk
Aktif 5 4 3 2 1 Pasif

3) gaya kepemimpinan Kepala Sekolah

Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak Bersahabat


Tepat Janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi

Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban positif sampai dengan negatif. Hal
ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.

Responden yang memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden sangat positif,
sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila memberi jawaban pada
angka 1, maka persepsi responden sangat negatif.

4) Penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kenaikan Tarif Parkir Terhadap


Penggunaan Kendaraan Pribadi Di Kota Manado. Penelitian tersebut menggunakan
skala differential semantic dengan poin skala pertanyaan sebagai berikut:
Point rating dalam skala semantik Skala semantic
A Pasti memilih angkutan umum 0.9
B Mungkin memilih angkutan umum 0.7
C Pilihan berimbang 0.5
D Mungkin memilih kendaraan pribadi 0.3
E Pasti memilih kendaraan pribadi 0.1

Skala Penilaian

Pada skala Likert, skala Guttman dan Semantik diferensial data yang diperoleh adalah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Pada skala penilaian yaitu data mentah yang dapat berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Skala penilaian digunakan untuk
mengukur sikap, gejala atau fenomena sosial.

Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data diperoleh semuanya adalah
data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan skala penilaian data mentah yang
diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah-tidak pernah
adalah merupakan data kualilatif. Dalam model skala penilaian, responden tidak akan
menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu
jawaban kuantitatif yang disediakan. Oleh karena itu skala penilaian ini lebih fleksibel, tidak
terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan,
pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.

Yang penting bagi penyusun instrument dengan skala penilaian adalah harus dapat mengartikan
setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu
memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya
dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.

Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk menjelaskan,
menggolongkan, menilai individu atau situasi Rating Scale adalah alat pengumpul data yang
berupa suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra
bertingka. Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap
sebagai butir-butir atau item. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian
Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi
tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.

Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang
lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama
periode waktu tertentu. Unsur penilaian terdapat dalam pernyataan pandangan pribadi dari
orang yang menilai subyek tertentu pada masing-masing sifat atau sikap yang tercantum dalam
daftar. Penilaian itu dituangkan dalam bentuk penentuan gradasi antara sedikit sekali dan
banyak sekali atau antara tidak ada dan sangat ada.

Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi dari pengamat dan bersifat
subyektif, skala penilaian yang diisi oleh satu pengamat saja tidak berarti untuk mendapatkan
gambaran yang agak obyektif tentang orang yang dinilai. Untuk itu dibutuhkan beberapa skala
penilaian yang diisi oleh beberapa orang, yang kemudian dipelajari bersama-sama untuk
mendapatkan suatu diskripsi tentang kepribadian seseorang yang cukup terandalkan dan sesuai
dengan kenyataan.

 Kegunaan Pemakaian Rating Scale

Hasil observasi dapat dikuantifikasikan beberapa pengamat menyatakan penilaiannya atas


seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings
) dapat dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.

 Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale


1. Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena
bergaul akrab dengan siswa
2. Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat
kurang dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan
(error ofcentral tendency ).
3. Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua
sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga
penilaiannyaterhadap item-item lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat
baik atau sangat kurang ( hallo effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai
kesan negatif terhadap seorang siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik
dan kemudian memilih gradasi kurang pada item-item yang lain.
4. Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian
mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )
5. Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban
terhadap butir yang lain ( carry over effect ).

Pada skala rating ini, penilai atau reater diasumsikan bahwa mereka adalah orang- orang yang
mengetahui benar tentang tingkah laku individual tersebut. Ada beberapa tipe skala rating yang
banyak digunakan sebagai skala pengukuran dalam penelitian. Mereka dapat dikelompokkan
sebagai skala rating individual dan skala rating kelompok. Dilihat dari cara
menggambarkannya, skala rating juga dapat dibedakan menjadi skala grafik dan skala kategori.

Berikut contoh dari skala grafik :

Skala grafik merupakan skala rating yang memberikan kesempatan kepada para penilai dengan
secara mudah memberikan tanda check (√) pada titik- titik yang tepat pada garis yang
menunjukkan tentang tingkah laku

Aspek Tingkah Laku Rendah Sedang Tinggi


Penampilan Pribadi
Keterampilan Berkomunikasi
Adaptasi dengan lingkungan Sosial
Bekerja secara Kelompok
Bekerja secara Mandiri

Untuk skala kategori, peneliti hendak melakukan penilaian kreativitas seorang siswa. Item
kategorinya mungkin dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Untuk item pertanyaan,
sebagai contohnya :

Bagamanakah kreativitas siswa dalam proses belajar di kelas ?

4 Sangat Kreatif
3 Kreatif
2 Tidak Kreatif
1 Sangat tidak Kreatif

Contoh:

1) Seberapa baik ruang kelas disekolah ini A?

Berilah jawaban dengan angka :

4 Bila tata ruang itu sangat baik


3 Bila tata ruang itu cukup baik
2 Bila tata ruang itu kurang baik
1 Bila tata ruang itu sangat tidak baik

Jawaban dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenernya.

2) Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan Kompetensi Spencer Dengan


Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus Di Sub Dinas Pengairan, Dinas
Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo). Penelitian ini menggunakan skala penilaian
(ratig scale) karena variabel yang diukur kinerja karyawan yang akan memberikan nilai
kepada karyawan secara kualitatif sebagai berikut:
Skala Keterangan
Penilaian
1 Unsatisfactory Performance (Tidak Memuaskan)
2 Improvement Desired (Perlu Perbaikan)
3 Meets Expectation (Memenuhi Harapan)
4 Exceeds Expectation (Melebihi Harapan)
5 Outstanding Performance (Luar Biasa)

Simamora, Bilson, Anallisis Multivariat Pemasaran Jakarta : Gramedia, 2004

Sugiyono,Metode Penelitan Pendidikan. Bandung :CV. ALFABETA. 2009

Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta :PT. Bumi Aksara. 2011 Suprananto,Kusaeri,


Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta :GRAHA ILMU. 2012
Nurmianto, E & Siswanto, N. (2006). Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan Berdasarkan
Kompetensi Spencer dengan Metode Analytical Hierarchy Process pada Dinas Pengairan, Dinas
Pekerjaan Umum Kota Probolinggo. Jurnal Teknik Indusi, 40-53.

Rompis, S. (2019). Analisis Pengaruh Kenaikan Tarif Parkir Terhadap Penggunaan Kendaraan Pribadi
di Kota Manado. Jurnal Sipil Statik, 797-810

Anda mungkin juga menyukai