Anda di halaman 1dari 5

1.

Teori Adopsi Inovasi (Rogers)


Ahli ilmu sosial Rogers menamakan teorinya sebagai teori innovation decision
process yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seorang individu,
sejak menerima informasi atau pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai dengan
pada saat dia menerima atau menolak ide baru tersebut. Mula-mula Rogers dibantu oleh
rekannya bernama Shoemaker (1971), menyatakan bahwa proses adopsi inovasi itu
melalui 5 tahapan, yaitu : mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru (awareness),
menaruh perhatian terhadap ide tersebut (interest), memberikan penilaian (evaluation),
mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya maka individu tersebut setuju
untuk menerima ide/hal baru tersebut (adoption) (Sarwono, 1997).
Dari pengalaman di lapangan serta penelitian mengenai penerapan teori ini
ternyata Rogers dan Shoemaker menyimpulkan bahwa proses adopsi ini tidak berhenti
segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai
akibat dari pengaruh lingkungannya. Oleh karenanya, maka Rogers dan Shoemaker
(1978) mengubah teori mereka dengan membagi proses pembuatan keputusan tentang
inovasi ini menjadi 4 tahap utama, yaitu :

PENGETAHUAN PERTIMBANGAN KEPUTUSAN PENGUATAN

Diterima
(adopsi) Ditolak

Tetap Ditolak Tetap Ditolak


adopsi adopsi

Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide
baru (knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh
tentang objek/topik tersebut dan fase ini dipergunakan oleh petugas kesehatan untuk
membujuk atau meningkatkan inovasinya guna bersedia menerima objek/topik yang
dianjurkan tersebut (persuasion). Tergantung kepada hasil persuasi petugas dan
pertimbangan pribadi individu, maka dalam tahap decision dibuatlah keputusan untuk
menerima atau justru menolak ide baru tersebut. Namun, sebaiknya petugas/pendidik
kesehatan tidak cepat merasa puas jika suatu ide telah diterima, sebab kini individu
mulai memasuki tahap penguatan (confirmation), dimana dia meminta dukungan dari
lingkungannya atas keputusan yang telah diambilnya itu. Bila lingkungan memberikan
dukungan positif maka perilaku yang baru itu (adopsi) tetap dipertahankan, sedangkan
bila ada keberatan dan kritik dari lingkungan, terutama dari kelompok acuannya, maka
adopsi itu tidak jadi dipertahankan dan individu kembali lagi ke perilakunya yang
semula. Sebaliknya, suatu penolakan pundapat berubah menjadi adopsi apabila
lingkungannya justru memberikan dukungan agar individu menerima ide baru tersebut
(Sarwono, 1997; Irwan, 2017).

2. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku (Irwan, 2017)

Faktor Internal

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang
ada dalam dirinya.

a) Jenis Ras/Keturunan

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku
khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Tingkah laku ini
akan mempengaruhi kebutuhan dari tiap-tiap individu, sehingga aka nada
pengaruhnya terhadap perilaku seseorang.

b) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan, sehingga sangat berpengaruh
terhadap perilaku. Perbedaan ini bisa dimungkinkan karena faktor hormonal, struktur
fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan
perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas
pertimbangan rasional.

c) Umur
Umur sangat mempengaruhi kebutuhan seseorang dalam kehidupannya, karena
setiap tahapan kehidupan memiliki sifat yang berbeda, kebutuhan yang berbeda pula,
juga akan mempengaruhi kemampuan fisik, mental, maupun kesehatan seseorang.
Hal-hal tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang.

d) Bentuk Fisik

Bentuk fisik mempengaruhi kebutuhan seseorang untuk merawat dirinya sendiri


sehingga akan mempengaruhi perilaku seseorang. Bentuk fisik juga secara tidak
langsung dapat mempengaruhi seseorang dalam hal pergaulan dan sosialisasi.
Contohnya adalah ketika seseorng yang memiliki bentuk tubuh yang gemuk, bergaul
dengan lingkungan teman-teman yang memiliki bentuk tubuh ideal atau kurus, maka
akan mempengaruhi kepercayaan diri maupun pikiran mereka mengenai bentuk
fisiknya, mungkin akan mempengaruhi sikapnya, untuk berubah menjadi lebih kurus,
seperti akan mulai melakukan olahraga, menjaga diet (pola makan), dan lain-lain.

e) Kepribadian

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya
yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang
baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan
kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu.
Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap
perilaku sehari-harinya.

f) Intelegensi

Intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak


secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku
individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh
intelegensi adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara
cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.

g) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu
latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus,
misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

Faktor Ekstrinsik

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari luar diri seseorang.

a) Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses
belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang.

b) Agama

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai
yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.

c) Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia.


Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang
yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan
tingkah laku orang Papua.

d) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan
perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi
individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan
sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.

e) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi perilaku seseorang.

3. Evaluasi Perubahan Perilaku Kesehatan

Menurut Modul Kerangka Perubahan Perilaku oleh Desak Putu Yuli Kurniati (2016),
perubahan perilaku kesehatan membutuhkan tiga komponen utama, yaitu:

a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Aksi (Perilaku)

Untuk mengamati dan menilai perubahan perilaku, akan diuji atau diamati melalui
aspek:

a. Aspek pengetahuan: dengan uji pemahaman “pretest” yaitu sebelum pemberian


materi dan pembiasaan perilaku, lalu “post test” untuk mengamati perubahan setelah
diberikan materi.
b. Aspek sikap: dengan uji pola piker dan tanggapan melalui uji kasus berkaitan
dengan pemahaman tentang perilaku kesehatan.
c. Aspek aksi (perulaku): dengan pengisian checklist dengan disertai observasi
perilaku masyarakat oleh petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, SW. 1997. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai Pustaka.
Jakarta: Balai Pustaka.

Rogers, M. Everett. 2003. Diffusion of Innovation 5th Edition. New York: Free Press.

Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. Bantul: CV. Absolute Media.

Kurniati, D. P. Y. 2016. Modul Kerangka Perubahan Perilaku. Denpasar: Program Studi


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai