Anda di halaman 1dari 44

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep BGM

Anak balita merupakan kelompok umur yang menunjukkkan pertumbuhan

yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi tinggi setiap kilogram berat

badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering

menderita kekurangan gizi. Beberapa kondisi yang menyebabkan balita rawan gizi

yaitu anak balita dalam periode transisi dari makanan bayi ke makanan orang

dewasa, anak balita dianggap kelompok umur yang paling belum berguna bagi

keluarga, ibu yang sudah mempunyai anak kecil lagi atau ibu yang sudah bekerja

penuh, dan anak balita masih belum bisa mengurusi diri sendiri dengan baik, serta

anak balita turun ke tanah sehingga terpapar dengan kondisi yang memungkinkan

untuk terinfeksi berbagai penyakit.

Balita BGM adalah balita yang berat badannya berada pada garis merah atau

dibawah wilayah kerja pada waktu tertentu (Departemen Kesehatan RI, 2006).

2.1 Konsep Dasar Perilaku

2.1.1 Pengertian

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,dari sudut pandang biologis

semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan

manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian

di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua

11
12

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2012).

Seorang ahli psikologis, memutuskan bahwa perilaku merupakan respon atau

reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori

skinner ini disebut teori S-O-R atau stimulus organisme respons.

2.1.2 Pembagian perilaku

Menurut Notoadmodjo 2003 perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam dalam bentuk terslubung atau

tertutup (convert) respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi,pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang

lain. Oleh sebab itu, disebut convert behaviornatau unobservable behavior.

1) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik

(practice),yang degan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh

sebab itu disebut over behavior, tindakan nyata atau praktek (practice).

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah

operant respon. Oleh sebab itu,untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu

diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.


13

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut skinner

adalah sebagai berikut.

a) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk

b) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki.kemudian komponen-

komponen tersebut disususn dalamurutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c) Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing

komponen tersebut.

d) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka

hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku

(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah

terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua kemudian

diberi hadiah (komponen pertama tidak diberi hadiah lagi). Demikian

berulang-ulang sampai komponen ketiga, keempat, sampai seluruh

perilaku yang diharapkan terbentuk.

2.1.3 Perilaku kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku dari skimer tersebut, maka perilaku kesehatan adalah

suatu respon seseorang ( organisme terhadap stimulus) atau objek yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
14

lingkungan, dari batasan ini yang dapat menjadi batasan perilaku kesehatan dapat

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk menyembuhkan

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri

dari 3 aspek yaitu:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan , apabila seseorang dalam keadaan sehat,

perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,

maka dari itu orang-orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

3) Perilaku pemenuhan nutrisi, makan dan minum secara teratur dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, bahkan dapat

mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang

terhadap makanan dan minuman tersebut.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behavior). Perilaku ini adalah penyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saaat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau

perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (seltfreatment) sampai mencari

pengobatan keluar negeri.


15

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosial budaya dan sebagainya, hingga lingkungan tersebut

tidak mempengaruhi kesehatannya dengan kata lain, bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak menggangu kesehatannya

sendiri, keluarga ataupun masyarakatnya. Klasifikasi lain tentang perilaku

kesehatan antara lain:

1. Perilaku hidup sehat

Adalah perilaku - perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

2.1.4 Bentuk perilaku

Dilihat dari bentuknya perilaku dibedakan menjadi 2macam yaitu:

a. Bentuk pasif

Adalah respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak

secara langsung bisa dilihat orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, sikap

atau pengetahuan.

b. Bentuk aktif

Bentuk perilaku aktif yaitu apabila perilaku ini jelas bisa diihat.

2.1.5 Domain perilaku

Meskipun perilku ini adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku.
16

Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat

emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dn sebagainya. Faktor

lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai

perilaku seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan

totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau

resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan

perlakuan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan

yang sangat luas. Sehingga membagi perilaku manusia menjadi 3 domain, ranah

atau kawasan yakni : kongnitif, efektif, dan psikomotor (Notoadmodjo, 2003).

2.1.6 Perubahan (adopsi) perilaku dan indikatornya

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu peroses yang kompleks dan

memerlukan waktu yang relatif lama.

a. Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, (Notoadmodjo,

2003).
17

2) Cara memperoleh pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo,2003) cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a) Cara tradisional

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis.

3) Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kongnitif mempunyai 6

tingkatan ( Notoadmodjo,2005)

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yng telah diterima

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengemukakan

materi yang telah dielajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya).
18

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata keraja, seperti dapat

menggambarkan ( membuat bagan ), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun suatu formulasi – formulasi baru yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –

penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang

menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau

responden (Notoadmodjo, 2005).


19

4). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut berbagai literatur, ada beberapa faktor mempengaruhi

pengetahuan seseorang yakni:

a. Usia

Menurut Elisabeth.B.H (1995) yang dikutip Nursalam (2001) usia

adalah umur yang terhitung mulai dari lahir sampai ia berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat dan kekuatan akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan yang belum cukup

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan

jiwanya.

b. Tingkat Pendidikan

Notoatdmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah

suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan

lebih matang pada diri individu, keluarga , dan masyarakat.

c. Pekerjaan

Menurut markum (1991) yang dikutip oleh nursalam (2001)

menyebutkan bahwa bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu, sehingga responden yang bekerja cenderung memiliki pengetahuan

yang lebih dari pada yang tidak bekerja, hal tersebut mungkin disebabkan

karena teman sekerja merupakan sumber informasi dan menambah

pengetahuan responden.
20

d. Sumber informasi

Menurut Long (1996) yang dikutip oleh nursalam (2001) dengan

adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan dalam bidang

ilmu dan penelitian (ilmiah), maka semakin banyak pengetahuan yang

bermunculan. Informasi sebenarnya ada dimana – mana antara lain

dirumah, pasar, sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan masih

banyak lagi. Dimana benda atau peristiwa berada timbul informasi.

Dengan memberikan informasi tentang cara – cara mencapai hidup sehat

dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal

tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan akan menimbulkan kesadaran

dan pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki.

e. Pengalaman

Seseorang bisa memperoleh pengetahuan dari pengalaman, baik

secara individual maupun dalam hidup bermasyarakat. Orang dapat belajar

dan mempunyai pengetahuan karena melakukan, menghadapi masalah

hidup dan berusaha mengembangkannya untuk manfaat dan kegunaan

hidup (sukardi,2003)

f. Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu hal yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan – kemampuan lain serta kebiasaan – kebiasaan yang didapat

oleh manuasia sebagai anggota masyarakat (Notoadmodjo,2003).


21

5). Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Nursalam (2003), pengetahuan seseorang dapat diketahui

dengan dipersentasikan yakni berupa prosentase lalu ditafsirkan dengan

kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Kurang :< 56%

b. Cukup :56%-75%

c. Baik :76%-100

b. Sikap

1) Konsep sikap

Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan,

mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku

individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi

oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut

fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan

oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya

dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi disaat

sekarang, dan oleh harapan – harapan untuk masa yang akan datang.

Sikap manusia, atau untuk singkatannya disebut sikap, telah

didefiniskan dalam berbagai versi oleh para ahli (azwar, 2007).

2) Definisi sikap

Thurstone mendifinisikan sikap sebagai derajat efek positif atau

efek negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 2007). Sikap atau

attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal dan objek. Tidak ada sikap

tanpa adanya objek (gerungan, 2004).


22

Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka

pemikiran pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli

psikologi seperti lois thurstone, lensis rikert dan charles osgood,

menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan mendukung atau tidak memihak maupun perasaan tidak

mendukung atau memihak pada objek tersebut. Kedua, kerangka

pemikiran ini diwakili oleh arti seperti chaver, bogardus, lapierre,

mead dsn gordon allport, menurut kelompok pemikiran ini sikap

merupakan semacam kesiapan untuk beraksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan

kecenderungan yang potensial untuk beraksi dengan cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya respon. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang

berorentasi pada skema triadik. Menurut pemikiran ini suatu sikap

merupakan konstelasi komponen kongnitif, efektif dan konatif yang

saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berprilaku

terhadap suatu objek.

Jadi berasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap

adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, beraksi

dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari

interaksi komponen kognitif, efektif dan konatif.

3) komponen sikap

Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap mempunyai 3 komponen

yaitu:
23

a. Komponen kongnitif

Komponen kongnitif merupakan komponen yang berisi

kepercayaan seseorang terhadap suatu hal yang berlaku atau hal yang

benar bagi objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut

masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap

secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu.

c. Komponen perilaku atau konatif

Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya.

4) Tingkatan sikap

Menurut Notoadmodjo (2005) sikap terdiri dari empat tingkatan

yaitu:

a. Menerima (Recerving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

tugas yang diberikan.


24

c. Menghargai (Valuing)

Diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Artinya bertanggung jawab atas segala dipilihnya dengan

segala resiko.

5) Sikap dari segi kesehatan

Sikap merupakan penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang

terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini masalah kesehatan,

termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek,

proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau

objek kesehatan tersebut. Sikap seseorang dalam segi kesehatan antara

lain :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap

gejala atau tanda – tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan

penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara – cara

pemeliharaan dan cara – cara berperilaku hidup sehat seperti pendapat

atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi atau

istirahat cukup dan sebagainya.


25

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan

dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau

penilaian terhadap air bersih, pembangunan limbah, polusi dan

sebagainya.

c.Praktek atau tindakan (praktice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau

mempraktikkan apa yang diketahui. Praktik atau tindakan mempunyai

beberapa tingkatan yaitu:

1. Persepsi (Perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

ekonomis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga.


26

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.1.7 Aspek sosio psikologi perilaku kesehatan

Didalam proses pembentukan atau perubahan sesuatu dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor – faktor

itu sendiri antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar

persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai dorongan

untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan

gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

2.1.8 model-model perilaku kesehatan

a. model Suchman

model Suchman adalah menyangkut pola sosial dari perilaku sakit

yang tampak pada orang mencari, menemukan dan melakukan perawatan

medis. Ada empat unsur yang merupakan faktor utama perilaku sakit yaitu

perilaku itu sendiri, konsekuensinya tepat atau ruang lingkup dan variasi

perilaku selama tahap-tahap perawatan medis.

b. Model Hochbaum, Kasl dan Cobb Rosenstock

hipotesis HBM adalah perilaku pada saat mengalami gejala

penyakit dipengaruhi secara langsung oleh persepsi individu mengenai

ancaman penyakit dan keyakinan terhadap nilai manfaat dari suatu

tindakan kesehatan.
27

c. Model Febrega

model ini memberikan definisi abstrak tentang perilaku sakit yang

dituangkan dalam 9 tingkatan menggambarkan konsekuensi keputusan

yang ditetapkan orang selamata dalam keadaan sakit.

d. Model Mechanic

suatu model mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi

perbedaan cara orang melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu

gejala penyakit.

e. Model Andersen

model yang menggambarkan suatu konsekuensi determinan

individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga, dan

menyatakan bahwa hal itu tergantung pada presdisposisi keluarga untuk

menggunakan jasa pelayanan kesehatan, kemampuan mereka untuk

melaksanakannya, dan kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan

tersebut.

f. Model Kosa dan Robertson

upaya lain untuk memahami perilaku sehat dan sakit baik dari

persektif individu maupun sosial adalah dengan kembangkan oleh J.Kosa

dan L.S.Robetson. Formulasinya meliputi 4 komponen utama yaitu :

penilaian tentang suatu gangguan kesehatan, peningkatan rasa khawatir

karena persepsi tentang gejala penyakit, penerapan pengetahuan sendiri

terhadap kesehatan dan bentuk tindakan untuk menghilangkan

kekhawatiran dan gangguan kesehatan tersebut.


28

g. model Antonovsky dan kats

Dalam mempelajari kesehatan preventif, A.antonovsky dan Kats

mengemukakan suatu model terpadu untuk membuat kategori tentang

berbagai tipe variabel yang berbeda menurut pola tindakan tertentu, dan

membuat spesifikasi mengenai kaitan antara semua variabel tersebut.

Terdapat golongan variabel yang di identifikasikan sebagai determinan

dalam perilaku pencegahan gangguan kesehatan, termasuk perubahan

tunggal maupun berulang – ulang. Ketiga golongan variabel tersebut

adalah motivasi predisposisi, variabel kendala dan variabel kondisi.

h. Model Laglie

adalah model perilaku pencegahan gangguan kesehatan dengan

cara menggabungkan variabel – variabel sosial psikologi dan model

kepercayaan kesehatan dengan karakteristik kelompok sosial dari

formulasi Suchman. Perilaku pencegahan yang dirumuskan oleh Laglie

sebagai suatu tindakan kesehatan yang dirumuskan, dan dilaksanakan oleh

seseorang yang percaya bahwa dirinya dalam keadaan sehat, guna

mencegah penyakit, gangguan kesehatan , atau mendeteksi penyakit pada

saat penyakit belum terlihat.

2.1.9 faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut L.W.Gren, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor

perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh 3faktor,yaitu :


29

a. Faktor – faktor predisposisi (predisposing Faktors)

Faktor ini mencakup pengetahuan tentang kesehatan, tradisi dan

kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, pekerjaan dan sebagainya.

b. Faktor – faktor pemungkin (Enabliting Faktors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih pelayanan

kesehatan seperti : puskesmas, polindes dan sebagainya. Untuk berperilaku

sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pedukung.

c. Faktor – faktor penguat (Reinforcing Faktors)

Faktor – faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan,

undang – undang serta peraturan – peraturan baik dari pusat maupun

pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku

sehat, masyarakat kadang – kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku

(Notoadmodjo, 2012).

2.2 Konsep Dasar Balita

2.2.1 Pengertian

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau

lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah 5 tahun (Muaris H,2006).

Menurut Sutomo B dan Anggraeni DY,(2010), balita adalah istilah umum

bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia
30

balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan

penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan jalan

sudah bertambah baik, akan tetapi kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu penentu keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa pertumbuhan

di masa ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah

berulang, karena itu sering disebut Golden age atau masa keemasan.

2.2.2 Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi 2 kategori yaitu anak usia 1-3 tahun

(balita) dan anak usia pra sekolah (Uripi,2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan

konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan

ibunya. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia pra sekolah

sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih

kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali

makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan

diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

Pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat

memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan

lingkungannya atau bersekolah play group sehingga anak mengalami beberapa

perubahan dalam berperilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar

memprotes sehingga mereka akan mengatakan “ tidak” terhadap setiap ajakan.

Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari

aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
31

2.2.3 Peran Makanan bagi Balita

a) Zat tenaga

zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah

karbohidrat,lemak,dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk

melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya.oleh

karena itu, kebutuhan zat gizi sumbr tenaga balita relatif lebih besar dari

pada orang dewasa. Zat tenaga dapat didapat dari beras, jagung, gandum,

kentang, sagu dan juga roti.

b) Zat pembangun

protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan

fisik dan perkembangan organ – organ tubuh balita, tetapi juga

menggantikan jaringan yang sudah rusak. Zat pembangun ini terdapat di

protein hewani (telur, ayam, ikan, daging, susu.) dan protein nabati

(kacang kacangan, tempe dan tahu.)

c) Zat pengatur

zat pengatur berfungsi agar faal organ – organ dan jaringan tubuh

termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan, serta untuk memberi

tubuh perlindungan tubuh terhadap perlindungan maksimal terhadap

serangan penyakit. Zat pengatur dapat diperoleh dari semua sayur –

sayuran dan buah – buahan yang mengandung vitamin dan mineral,

seperti jeruk, pepaya, wortel, sawi dan bayam.

2.2.4 Pengaturan makan untuk anak balita

Berdasarkan hasil penelitian, anak – anak dalam usia balita sudah dapat lebih

banyak dikenalkan dengan makanan yang disajikan oleh anggota keluarga


32

lainnya, terutama protein dan vitamin A, disamping kalori dalam jumlah yang

cukup. Ada hal penting yaitu menanamkan kebiasaan memilih bahan makanan

yang baik pada usia ini. Lazimnya anak – anak kurang menyukai sayuran dalam

makanannya. Dalam hal ini ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak

memakan bahan – bahan yang berfaedah itu (Ramaya,2006).

Ada beberapa kesukaran dalam menyusun makanan anak – anak ,antara

lain:

a. Tidak terdapatnya bahan – bahan makanan yang baik seperti makanan –

makanan yang siap santap yang khusus dibuat anak – anak.

b. Bahan makanan dipedesaan umumnya terbatas sehingga tidak ada pilihan

lain.

c. Jika ibu menyusui, makanannya sesuai dengan syarat – syarat yang

ditentukan, mungkin ibu itu terpaksa harus mengorbankan sebagian besar

uang belanja karena hanya untuk anak itu sendiri.

d. Bahan – bahan makanan seperti susu, daging, umumnya tidak terbeli oleh

sebagian keluarga.

Dalam menentukan makanan yang tepat, untuk seorang anak, maka perlu

dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap zat gizi dengan data tentang

kebutuhan gizi

2. Menentukan jenis makanan yang dipilih untuk menterjemahkan zat gizi

yang diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan

3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan

(menu yang dikhendaki).


33

4. Menentukan jadwal untuk waktu makan dan menentukan hidangan

5. Mempertimbangkan intake yang terjadi terhadap hidangan tersebut dengan

mempertimbangkan kemungkinan faktor selera terhadap suatu makanan.

Masalah kekurangan gizi sering terjadi pada anak – anak karena anak – anak

merupakan golongan yang paling rawan terhadap kekurangan gizi. Ada anak

balita disebabkan oleh karena hal – hal sebagai berikut:

a. Kebutuhan anak balita lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa,

karena disamping untuk pemeliharaan kesehatan juga dibutuhkan

untuk pertumbuhan.

b. segera setelah anak dapat bergerak sendiri, memperbesar

kemungkinan terjadinya penularan.

c. dalam penyajian makanan pada anggota keluarga, biasanya anggota

keluarga yang produktif akan mendapatkan prioritas utama, baru

lebihnya diberikan pada anggota keluarga yang lain. Biasanya anak

balita mendapatkan prioritas paling sedikit dalam pendistribusian

makanan anggota makanan.

2.2.5 Jenis menu

Beberapa jenis menu makanan yang dapat dihidangkan dalam sehari –

hari antara lain :

1. Menu menurut waktu makan

secara umum dalam penyusunan menu menurut waktu makan perlu beberapa

hal yaitu : menu makan pagi biasanya dipilih hidangan yang cepat dan mudah

dalam persiapan, penyajian dan dimakan. Hidangan dapat diolah sehari – hari

sebelumnya bila pagi hari terlalu sempit waktunya. Perlu diusahakan agar
34

hidangan yang disajikan mengandung zat – zat gizi yang cukup lengkap yaitu zat

gizi pemberi tenaga, pemberi dan pengatur. Menu makan siang dan makan malam

pada umumnya dibuat sama. Untuk makan malam dapat dihidangkan menu sama

dengan makan siang atau diganti satu atau dua hidangan. Umumnya semua bahan

makanan yang termasuk 4 sehat tercantum didalamnya. Bahan makan seperti

tenaga seperti kentang, nasi, singkong, bahan makanan pemberi zat pembangun

yaitu lauk pauk, ikan telur, dan ayam, bahan makanan pemberi vitamin dan

mineral yaitu sayuran dan buah – buahan.

2. Menu menurut kesempatan

Menu menurut kesempatan adalah menu untuk acara khusus seperti untuk

pesta ulang tahun, perkawinan dan lainya. Sifat menu ini berbeda dengan menu

sehari – hari yaitu macam hidangan lebih banyak, sekitar enam atau lebih

hidangan, jenis bahan makanan lebih istimewa yaitu memiliki nilai ekonomi

maupun sosial yang lebih tinggi. Penyajian hidangan lebih ditonjolkan dalam

penataan dan dekorasi meja, peralatan makan dan sajiannya. Jumlah hidangan

lauk pauk biasanya lebih banyak dibandingkan hidangan lainnya (Santoso Dkk,

2009).

2.2.6 Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan yang baik untuk keluarga maupun masyarakat perlu

mengetahui bahwa proses pengolahan makanan dapat meningkatkan mutu

makanan yang dikonsumsi misalnya lebih baik dan mudah dicerna. Perlu

diperhatikan yang dikonsumsi misalnya lebih baik dan mudah dicerna. Perlu

diperhatikan tahap – tahap dalam proses penyiapan makanan yaitu penyiapan


35

bahan makanan, pencucian pemotongan dan pengolahan atau pemasakan dengan

proses pemanasan sebagai berikut:

a. Pencucian dan penyiapan bahan makanan

Pencucian bahan makanan perlu dilakukan karena ada bahan makanan

yang berasal dari dalam tanah sehingga membawa kotoran dari tanah, tapi ada

juga bahan makanan yang kotor karena serangga maupun karena dicuci dengan air

yang bersih (air sungai dan lainya)sehingga mengandung kotoran maupun racun

limbah yang ada didalam air pencuciannya. Proses pencucian sebaiknya dilakukan

sebelum pemotongan dengan menggunakan air bersih yang mengalir.

b. Pemotongan Bahan Makanan

Pemotongan bahan makanan bertujuan untuk memudahkan makanan masuk

kedalam mulut dan mengunyah terutama bahan makanan yang agak keras dan

kaku. Pada proses pemotongan atau penghalusan bahan makanan ini, zat – zat

mudah hilang atau rusak karena zat – zat gizi dalam sel. Dalam keadaan ini bahan

makanan mudah terkena udara yang mengandung oksigen dan dapat merusak zat

– zat tersebut (terjadi oksidasi). Zat gizi yang rusak oleh oksidasi udara luar

adalah thiamin dan vitamin A atau provitaminnya.

c. Proses Pengolahan atau Pemasakan

Umumnya pengolahan dilakukan dengan menggunakan panas, panas

langsung seperti membakar sate, maupun panas tidak langsung yaitu

menggunakan bahan perantara seperti menggoreng, merebus. Panas ini mengubah

sifat – sifat kimia makanan yang berakibat lebih lanjut pada sifat – sifat gizinya.
36

d. Pengaruh Pengolahan Pada Makanan

Pengaruh – pengaruh yang terjadi:

1. Pecahnya dinding sel

2. Melemahkan dan mematikan mikroba

3. Mengubah barbagai zat gizi secara positif dan negatif

4. Pemanasan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan zat carcinoganic

5. Panas dapat meniadakan zat-zat toksin (Santoso DKK, 2009).

2.2.7 Penyajian Menu untuk Balita

Jenis makanan yang biasa diberikan susu, buah – buahan. Pada dasarnya

sama tetapi untuk usia 3 tahun setengah porsi orang dewasa. Pada umumnya

makanan masih berbentuk lunak baik nasi, sayuran dan lauk pauk. Seperti daging

hendaknya dimasak sedemikian rupa sampai lunak sehingga anak mudah

mengunyahnya dan mencernanya. Setelah mencapai umur 3 tahun lebih banyak

makanan pada sampai umur 5 tahun dan untuk kebutuhan protein sedapat

mungkin didapat dari protein sumber hewani.

Contoh menu untuk balita:

a. Kelompok gandum

Meliputi satu potong roti setengah cangkir nasi atau pasta, setengah

sereal masuk dikombinasikan dengan sedikit sereal tiap saji. Sajikan

sebanyak 6 kali sehari.

b. Kelompok Nabati

Meliputi setengah gelas sayuran potong atai 1 gelas sayuran daun.

Sajikan sebanyak 3 kali sehari.


37

c. Kelompok Buah – buahan

Meliputi satu jenis buah seperempat gelas jus buah murni, setengah

buah kaleng atau seperempat gelas buah kering. Sajikan sebanyak 2x sehari.

d. Kelompok susu

Meliputi satu gelas susu atau yogurt atau 2 ons keju. Sajikan sebanyak

2x sehari

e. Kelompok daging

Meliputi 2 sampai 3 ons daging lunak masak atau ikan setengah gelas

kacang kering masak. 1 ons daging dapat menggantikan 2 sendok makan

mentega atau 1 butir telur. Sajikan 2x sehari (Ramadhani, 2010).

Penyajian menu untuk anak antara lain:

a. Makanan biasanya disajikan mendekati waktu makan

b. Penyajian makanan biasanya ditentukan oleh kebiasaan atau

berdasarkan kepraktisan saja.

c. Pembagian makanan untuk anak – anak dan balita biasanya dijatah

d. Dalam penyajian makanan sebaiknya ditambahkan garnish untuk

mempercantik hidangan dan menambah selera.

e. Penyajian makanan hendaknya menggunakan peralatan yang sesuai

dengan menu (Purwitasari,2009).

Salah satu cara memperbarui penyajian makanan:

a. Kombinasi warna

Kombinasi warna bisa sangat membantu menaikkan nafsu makan.

Kombinasi warna yang dimaksud tentu saja tidak berasal dari zat

pewarna tambahan. Tetapi dari bahan-bahan yang digunakan.


38

b. Menggunakan garnis

Garnis atau hiasan pada makanan memang sudah lama memegang

peranan penting dalam penyajian agar terlihat cantik, kelihatan

membentuk garnis memang harusdipelajari terlebih dahulu. Garnis

dibentuk dari sayuran ataupun buah.

c. Gunakan tempat berbeda

Wadah untuk menyajikan masakan cenderung tidak diperhatikan,

padahal hal sepele itu bisa juga menjadi faktor penting dalam

penyajian makanan agar tampak manis. Ganti piring atau mangkok

yang biasa digunakan dengan cadangan piring dan mangkok yang baru

(Ahira, 2012).

Banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya sulit makan, hanya sebagian

kecil yang mempunyai anak dengan tidak memiliki masalah makan sebagian dari

mereka menemukan anaknya bisa makan ketika mulai masuk sekolah. Tapi tetap

sebagai anak mengalami kesulitan ini walaupun anak sudah masuk sekolah.

Menurutnya nafsu makan pada anak memang acap kali menjadi problema

umum yang terjadi disekitar keluarga. Kehilangan nafsu makan sebenarnya bukan

hanya monopoli anak-anak saja namun kita sebagai orang dewasa juga pasti

pernah mengalaminya. Namun, perlu waspada gejala penurunan nafsu makan

pada anak-anak berlangsung lebih dari satu minggu (CNI,2011)

Penyajian makanan memiliki peran yang cukup penting dalam menjaga

nafsu makan agar tetap baik. Anak – anak cenderung sulit untuk mengkonsumsi

sayur. Tanpa dia ketahui, sayur sangat baik pertumbuhannya, penyajian makanan

yang berbeda bisa menjadi salah satu siasat terbaru dalam mengatasi
39

permasalahan. Penyajian makanan yang baik dan sehat merupakan awal untuk

mendapatkan tubuh yang sehat, penyajian makanan juga memegang peranan

penting dalam memancing nafsu makan. Sama seperti membeli pakaian dan

tertarik dengan penampilannya seperti warna dan model. Begitu juga dengan

makanan, tampilan yang menarik akan memunculkan keinginan untuk

mencobanya (Ahira, 2012).

2.3 Konsep Dasar Status Gizi

2.3.1 Pengertian

Menurut Supariasa (2002), status gizi merupakan ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh

yang berhubungan dengan gizi dalam bentuk variabel tertentu. Jadi intinya

terdapat suatu variabel yang diukur (misalnya berat badan dan tinggi badan)yang

dapat digolongkan kedalam kategori gizi tertentu (misalnya: baik, kurang dan

buruk). Pertumbuhan seseorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan

ukuran tubuh, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan

antara asupan dan kebutuhan gizi (status gizi). Oleh karena itu pertumbuhan

merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes RI,

2002).

Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan

anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang baik

juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas

dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini
40

resiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan

sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempegaruhi status gizi

Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan

telah digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab

timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung,

akar masalah dan pokok masalah. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi

pangan dan gizi Nasional (Depkes RI,2000), penyebab kurang gizi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang

mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan

makanan yang kurang tetapi karena penyakit.anak yang mendapat

makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat

menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup

baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.

Kenyataan baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama

merupakan penyebab kurang gizi.

b. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluara, pola

pengasuh anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

ketahanan pagan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan

baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk

menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental dan sosial.

Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih


41

dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh

keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,

pengetahuan, dan keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat

ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengusaha anak dan keluarga

makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan

keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya

beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

2.3.3 penilaian status gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan

menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu

yang beresiko atau dengan status gizi buruk (Hartiyanti dan triyanti, 2007).

Tujuan penilaian status gizi menurut Hammond (2004), antara lain:

a. Mengidentifikasi individu yang membutuhkan dukungan nutrisi cukup

b. Mempertahankan status gizi

c. Mengidentifikasi penatalaksanaan medis yang sesuai

d. Memonitor efektifitas intervensi yang telah dilakukan,

Menurut Marimbi H (2010), penilaian status gizi dapat dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung.

1. Penilaian secara langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

a). Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai tingkat umur dn tingkat gizi. Parameter yang


42

diukur antara lain BB, TB, LILA, Lingkar kepala, Lingkar dada, lemak subkutan

indeks antropometri bisa merupakan rasio, dari situ pengukuran terhadap satu atau

lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur.

b). Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ – organ yang

dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c). Biokimia

Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain: urin, tinja, darah beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

d). Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan,dan melihat perubahan

struktur jaringan.

2. Penilaian secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaiti:

a). Survey konsumsi makanan

Suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.


43

f. Statistik vital

Cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan

data lainya yang berhubungan dengan gizi.

g. Faktor ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain – lain.

2.3.4 Jenis dan Parameter Status Gizi

Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku (reference). Buku

antropometri yang sekarang digunakan diindonesia adalah buku World Healt

Organization – National Centre for Health Stastics (WHO – NCHS) sesuai

rekomendasi pakar gizi dalam pertemuannya di Bogor tahun 2000. Selain itu juga

dapat digunakan buku rujukan yang dibuat oleh Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI membuat buku rujukan penilaian status gizi anak balita

yang terpisah antara anak laki – laki dan perempuan. Kriteria jenis kelamin inilah

yang membedakan buka WHO – NCHS dengan buku Harvard. Buku rujukan

penilaian status gizi menurut Depkes RI terlampir dalam lampiran.

Paramter antropometri untuk penilaian status gizi berdasarkan parameter:

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan

penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil

penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti
44

bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering

muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1

tahun, 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung

dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah

30hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam

hari tidak diperhitungkan (Depkes,2004), Rumus antropometri anak

(Soetjiningsih, 2005) yang berhubungan dengan umur:

1. Berat Badan

h. Umur 1-6 bulan=BBL (gr) +(usia x 600 gr)

i. Usia 7-12 bulan=BBL (gr) + (usia x500 gr) atau (usia/2+3)

j. Umur 1-6 tahun -2n + 8

2. Tinggi badan

a. Umur 1 tahun =1,5 x panjang badan lahir

b. Umur 2-12 tahun = umur (tahun)x 6+77

Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut dibandingkan

dengan NCHS adalah:

1. Gizi baik, jika BB menurut > 80% standart WHO-NCHS.

2. Gizi kurang, jika BB menurut umur 61%-80% standart WHO-NCHS

3. Gizi buruk menurut umur sama dengan 60% standart WHO-NCHS

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran masa

jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran yang

terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah

bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa, 2002).


45

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunn semua jaringan

yang yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini

yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat

karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan (Soetjiningsih, 2005).

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalntya tulang otot, lemak,

organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau

tumbuh kembang anak. Selain menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh

kembang anak, berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis

dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

Intervensi :

1. BB/U < dipetakan pada kurva berat badan

a. BB<sentil ke 20 :disebut defisit

b. BB> sentil ke 90 :disebut kelebihan

2. BB/U dibandingkan acuan standart, dinyatakan dalam persentase :

a. >120% : disebut gizi lebih

b. 80-120% : disebut gizi baik

c. 60-80% : tanpa edema : gizi kurang

dengan edema : gizi buruk

d. <60% : tanpa edema :marasmus

Dengan edema : maarasmus-kwashiorkor

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup penting.

Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat terus pada waktu
46

pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan

dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan

umur.

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari

keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat

keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir

rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan lahir rendah dan kurang

gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi

badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat badan menurut tinggi

badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya

hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan

gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat

yang menahun (Depkes RI, 2004).

d. Lingkar Kepala

lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intraktinal dan dipakai

untuk menafsir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak normal maka

kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental sebaliknya bila kepala

membesar kemungkinan ada penyumbatan aliran cerebrospinal seperti pada

hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala. Alat yang sering digunakan

dibuat dari serat kaca dengan lebar kurang dari 1cm, fleksibel dan tidak mudah

patah pengukuran sebaliknya mendekati 1 desimal. Caranya dengan meningkatkan

pita pada kepala.


47

e. Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot

yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan berat

badan. Pada anak umur 1 – 5 tahun, LILA saja sudah dapat menunjukkan status

gizi. Alat yang digunakan adalah pita ukur yang terbuat dari fiberglass, atau jenis

kertas tertentu berlapis plastik. Pengukuran dilakukan pada lengan yang tidak

aktif pada pertengahan bahu dan siku. Pada orang normal (tidak kidal) dilakukan

pada tangan kiri, sedangkan pada anak yang kidal dilkukan pengukuran pada

lengan kanan.

Intervensi :

1. <12,5cm :gizi buruk

2. 12,5-13,5cm : gizi kurang

3. >13,5cm :gizi baik

Tabel 2.1 tabel berat badan anak normal menurut usia

Laki-laki Perempuan
Batas bawah Batas atas Usia Batas Bawah Batas Atas
Tahun : Bulan
2,5 4,4 0:0 2,4 4,2
3,4 5,8 0:1 3,2 5,5
4,3 7,1 0:2 3,9 6.6
5,0 8,0 0:3 4,5 7,5
5,6 8,7 0:4 5,0 8,2
6,0 9,3 0:5 5,4 8,8
6,4 9,8 0:6 5,7 9,3
6,7 10,3 0:7 6,0 9,8
6,9 10,7 0:8 6,3 10,2
7,1 11,0 0:9 6,5 10,5
7,4 11,4 0 : 10 6,7 10,9
7,6 11,7 0 : 11 6,9 11,2
7,7 12,0 1:0 7,0 11,5
7,9 12,3 1:1 7,2 11,8
8,1 12,6 1:2 7,4 12,1
8,3 12,8 1: 3 7,6 12,4
8,4 13,1 1:4 7,7 12,6
48

8,6 13,4 1:5 7,9 12,9


8,8 13,7 1:6 8,1 13,2
8,9 13,9 1:7 8,2 13,5
9,1 14,2 1:8 8,4 13,7
9,2 14,5 1:9 8,6 14,0
9,4 14,7 1 : 10 8,7 14,3
9,5 15,0 1 : 11 8,9 14,6
9,7 15,3 2:0 9,0 14,8
15,5 15,5 2:1 9,2 15,1
15,8 15,8 2:2 9,4 15,4
16,1 16,1 2:3 9,5 15,7
16,3 16,3 2:4 9,7 16,0
16,6 16,6 2:5 9,8 16,2
16,9 16,9 2:6 10,0 16,5
17,1 17,1 2:7 10,1 16,8
17,4 17,4 2:8 10,3 17,1
17,6 17,6 2:9 10,4 17,3
17,8 17,8 2 : 10 10,5 17,6
18,1 18,1 2 : 11 10,7 17,9
18,3 18,3 3:0 10,8 18,1
18,6 18,6 3:1 10,9 18,4
18,8 18,8 3:2 11,1 18,7
19,0 19,0 3:3 11,2 19,0
19,3 19,3 3:4 11,3 19,2
19,5 19,5 3:5 11,5 19,5
19,7 19,7 3:6 11,6 19,8
20,0 20,0 3:7 11,7 20,1
20,2 20,2 3:8 11,8 20,4
20,5 20,5 3:9 12,0 20,7
20,7 20,7 3 : 10 12,1 20,9
20,9 20,9 3 : 11 12,2 21,2
21,2 21,2 4:0 12,3 21,5
21,4 21,4 4:1 12,4 21,8
21,7 21,7 4:2 12,6 22,1
21,9 21,9 4:3 12,7 22,4
22,2 22,2 4:4 12,8 22,6
22,4 22,4 4:5 12,9 22,9
22,7 22,7 4:6 13,0 23,2
22,9 22,9 4:7 13,2 23,5
23,2 23,2 4:8 13,3 23,8
23,4 23,4 4:9 13,4 24,1
23,7 23,7 4 : 10 13,5 24,4
23,9 23,9 4 : 11 13,6 24,6
24,2 24,2 5:0 13,7 24,9

Tabel diatas merupakan kemungkinan berat badan anak normal sesuai

usianya, yang diambil dari tabel pertumbuhan anak menurut WHO. Pada tabel
49

tersebut dibedakan antara jenis kelamin laki – laki dan perempuan, yang memiliki

nilai normal masing – masing.

a) Anak yang berada antara batas bawah dan batas atas, tergolong berat

badan normal sesuai usianya.

b) Anak yang beratnya dibawah batas bawah, tergolong (berat badan kurang).

c) Anak yang beratnya berada diatas, tergolong (kelebihan berat badan).

2.4 Balita Bawah Garis Merah (BGM)

2.4.1 pengertian

Balita dengan bawah garis merah (BGM) adalah balita dengan berat badan

menurut umur Berat Badan Menurut Umur (BB/U) yang berada di bawah garis

merah pada KMS (Anonim,2009). Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi

buruk. Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut

mengalami masalah gizi.

Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan suatu alat yang digunakan untuk

memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, bukan untuk melihat status gizi

balita. Itulah sebabnya balita BGM dikatakan belu KMS diisi atas indikator BB/U.

Berat badan merupakan ukuran yang sensitif yang sangat dipengaruhi oleh

pertumbuhan status gizi. Sedangkan tinggi badan anak tidak dipengaruhi oleh

status gizi anak. Seorang anak dikatakan tidak normal bila diukur berdasarkan

Berat Badan Menurut Umur (BB/U), namun apabila diukur berdasarkan Tinggi

Badan Menurut Umur (TB/U), belum tentu anak tersebut tidak normal. Itulah

sebabnya status gizi balita tidak dapat ditentukan hanya berdasarkam pengukuran

Berat Badan Menurut Umur (BB/U).


50

2.4.2.Gizi Kurang

Gizi kurang merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling umum dijumpai

didunia dan perkiraan sekitar seratus juta anak – anak menderita gizi kurang pada

tingkat sedang dan berat. Faktor – faktor yang menyebabkan gizi kurang ada dua,

yakni penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu dengan

adanya penyakit infeksi sehingga asupan makanan berkurang yang dapat

menyebabkan gizi kurang. Penyebab tidak langsung yaitu persediaan makanan di

rumah yang kurang, perawatan anak oleh ibu dan pelayanan kesehatan yang

mempengaruhi asupan makanan dan kesediaan pangan gizi kurang (Sinaga, 2007).

Tanda-tanda kekurangan gizi pada balita :

a) Pada pengukuran antropometri yaitu Tinggi Badan Berdasar Umur

(TB/U), Berat Badan Berdasasar Umur (BB/U), dan Berat Badan

Berdasar Tinggi Badan (BB/TB) ditemukan tidak seimbang menurut hasil

pengakuan dibandingkan dengan kriteria antropometri.

b) Anak balita dengan gizi kurang tampak kurus, lemah, kulit keriput, wajah

pucat, sering cengeng dan rewel, terkadang apatis.

2.4.3 Gizi Buruk

Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan

nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standart rata

– rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karohidrat dan kalori

(Astaqauliyah, 2006). Gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni kwashiorkor,

marasmus, dan kekurangan keduanya. Gizi buruk biasanya terjadi pada anak

balita (bawah lima tahun) dan ditandai oleh membusungnya perut (busung lapar).

Gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut :


51

a) Edema (pembengkakan), umumnya seluruh (terutama punggung kaki dan

wajah) membulat dan melembab.

b) Pandangan mata sayu.

c) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut

tanpa rasa sakit dan mudah rontok.

d) Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel.

e) Terjadi pembesaran hati.

f) Otot mengecil, lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.

g) Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan

berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas.

h) Sering disertai penyakit infeksi yang pada umumnya akut

i) Anemia dan diare

Sedangkan pada marasmus gejala umumnya adalah sebagai berikut :

a) Badan tampak sangat kurus seolah – olah tulang hanya terbungkus kulit.

b) Wajah seperti orang tua.

c) Mudah menangis atau cengeng dan rewel.

d) Kulit menjadi keriput.

e) Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.

f) Perut cekung, dan iga gamang.

g) Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang).

h) Diare kronik atau konstipasi (susah buang air besar).

2.4.4 Penyebab BGM


52

Gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan

diperbaiki sebagai faktor penyebab banyaknya ibu yang mempunyai balita BGM

(Bawah Garis Merah). Secara langsung dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : anak

tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang, penykit infeksi, dan BBLR

sedangkan faktor tidak langsung yaitu perilaku, sosial ekonomi, jenis kelamin

pola asuh, dan lingkungan (prasetyawati, 2012). Hal ini dikarenakan adanya

asupan gizi yang tidak sesuai antara yang dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh,

dimana asupan gizi secara tidak langsung dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam

mengasuh anaknya.

Selain itu, menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada

tiga hal yang saling kait mengkait dalam hal gizi kurang, yaitu kemiskinan,

pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan

kurangnya ketersediaan pangan dirumah tangga dan pola asuh anak keliru. Hal ini

mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan balita sering terkena infeksi penyakit.

Kemiskinan juga amat terkait erat dengan pendidikan rendah. Dapat diduga,

ibu yang lahir dari keluarga miskin beresiko tinggi tidak bisa melanjutkan

pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Selain itu, ibu yang besar di keluarga

miskin ini akan mendapatkan seorang suami yang juga memiliki pendidikan

rendah. Dengan pendidikan rendah, umumnya akan mendapat upah rendah.

Ditambah pengaruh budaya. Perilaku dan adat istiadat yang kurang sehat,

kemungkinan terjadinya gizi buruk pada keluaragga seperti ini amat tinggi.

2.4.5 Dampak Kekurangan Gizi


53

Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh

pada rendahnya tingkat kesembuhan, karena tumbuh kembang otak 80% terjadi

pada masa dlam kandungan sampai usia 2 tahun. Resiko meninggal dari anak

yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. WHO

memperkirakan bahwa 50% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh

keadaan gizi anak yang jelek. Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan

dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah,

jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan

munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian (Sinaga, 2007)

2.4.6. Pencegahan dan penanganan BGM

Pencegahan BGM yaitu meningkatkan kesadaran. Gizi keluarga dalam upaya

meningkatkan status gizi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat melalui

revitalisasi posyandu (Prasetyawati,2012). Sedangkan penanganan BGM yaitu

dengan cara pemberian makanan tambahan yang diperkaya dengan vitamin dan

mineral (Kemitraan Kesehatan RI, 2011).

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini menjelaskan tentang model konseptual yang

berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk

masalah (Hidayat, 2007).

Faktor secara langsung


Faktor yang menyebabkan terjadinya
BGM 1. Anak tidak cukup
mendapatkan makanan
bergizi seimbang
2. Penyakit infeksi
3. BBLR
54

Faktor tidak langsung

1. Perilaku

2. Sosial Ekonomi
3. Jenis Kelamin
4. Pola Asuh
5. Lingkungan

Pengetahuan Sikap Tindakan

Balita BGM

Keterangan

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.1 kerangka konseptual


Gambar perilaku ibu yang mempunyai balita BGM
Dari gambar diatas faktor penyebab BGM terdiri dari faktor acuan langsung

dan faktor tidak langsung. Faktor secara langsung yaitu untuk tidak cukup

mendapatkan makanan bergizi, penyakit infeksi dan BBLR. Sedangkan faktor

tidak langsung yaitu perilaku, sosial ekonomi jenis kelamin, pola asuh dan

lingkungan. Akan tetapi peneliti hanya meneliti dominan terhadap perilaku, yaitu

yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai