PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku adalah perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnyadapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang
yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu
perilaku perilaku baik dan buruk. Tolak ukurperilaku yang baik dan buruk ini pun
dinilai dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Baik itu norma agama,
hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma lainnya.
Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak hal yang
tanpa kita sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang
besar bagi seseorang. Salah satu contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang
maraknya digerakkan oleh promoter kesehatan tentang cuci tangan sebelum
melakukan aktifitas, kita semua tahu jika mencuci tangan adalah hal yang
sederhana, tapi dari hal kecil tersebut kita bisa melakukan revolusi kesehatan
kearah yang lebih baik. Sungguh besar efek perilaku tersebut bagi kesehatan,
begitu pula dengan kesehatan yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut
melakukan perilaku yang baik.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis hanya membahas tentang hubungan
kesehatan dengan perilaku, faktor-faktor penyebab rendahnya perilaku yang baik,
dampaknya serta kontrol perilaku kearah yang lebih baik, sesuai dengan judul
makalah yaitu hubungan kesehatan dengan perilaku.
1
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
hubungan kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku
dan kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Perilaku terbuka (Overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati
orang lain dari luar atau "observable behavior".
4
(perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan
(perilaku promotif).
2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk
memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah. Perilaku ini disebut perilaku
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup
tindakan-tindakan yang diambil seseorang untuk memperoleh penyembuhan atau
terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Pelayanan kesehatan yang
dicari adalah fasilitas kesehatan moden (rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan
sebagainya) maupun tradisional (dukun, sinshe, paranormal).
5
c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas
pelayanan kesehatan moden atau tradisional.
3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)
Becker mengatakan hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah
merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran
orang sakit antara lain:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang
tepat untuk memperoleh kesembuhan.
c. Melakukan kewajibannya sebagai pasien
d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses pnyembuhannya.
e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya.
2.1.4. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), beliau
mendapati terdapat tiga domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ahli pendidikan di Indonesia kemudian menterjemahkan ketiga domain ini ke
dalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau peri cipta, peri
rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, tiga tingkat ranah
perilaku telah dikembangkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan(knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia. Terdapat intensitas yang
berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Tingkat
pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat, yaitu;
a. Tahu (know). Tahu diartikanhanya hanya sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension). Memahami sesuatu objek bukan sekadar tahu
objek tersebut, tetapi orang itu harus dapat menginterpretasikan secara benar
tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
6
d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponenkompenen yang terdapat dalam sebuah masalah atau objek yang
diketahui.
e. Sintesis (syntesis) Sintesis adalah kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-
komponen pengetahuan yang dimiliki. Umumnya, analisis adalah
kemampuan untuk menghasilkan formulasi baru dari formulasiformulasi yang
telah ada.
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam
masyarakat.
2. Sikap (Attitude)
Menurut Campbell (1950), sikap dapat didefinisikan dengan sederhana,
yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with
regard to object." Dengan kata lain, sikap itu adalah kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sementara itu, Newcomb
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954)
dalam Notoatmodjo (2005), pula merumuskan bahwa sikap terbentuk dari 3
komponen utama, yaitu :
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap bisa dibagi menurut tingkat intensitasnya, yaitu:
a. Menerima
Menerima diartikan individu atau subjek mau menerima stimulus atau
objek yang diberikan.
b. Menanggapi
7
Menanggapi diartikan subjek memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai
Menghargai diartikan apabila subjek dapat memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab diartikan subjek tersebut berani mengambil resiko
terhadap apa yang diyakininya.
3. Tindakan atau Praktik( Practice)
Faktor-faktor misalnya adanya fasilitas atau sarana dan prasarana perlu
supaya sikap meningkat menjadi tindakan. Praktik atau tindakan dapat
dikelompokkan menjadi 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu:
a. Praktik terpimpin (guide response).
Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan
atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism).
Subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis tanpa perlu kepada
panduan.
c. Adapsi (adoption).
Tindakan yang sudah berkembang yaitu tindakan tersebut tidak sekadar
rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas.
8
d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakan.
2. Sikap terhadap kesehatan (health attitude)
kesehatan adalah penilaian individu terhadap hal-hal yang mencakupi
pemeliharaan kesehatan, yaitu:
a. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular.
b. Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi kesehatan.
c. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun tradisional.
d. Sikap untuk menghindari kecelakan.
3. Praktik kesehatan
Praktik kesehatan adalah tindakan seseorang untuk menjaga kesehatan,
yaitu:
a. Tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular.
b. Tindakan tentang faktor-faktor yang terkait dan mempengaruhi
kesehatan.
c. Tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan moden maupun
tradisional.
d. Tindakan untuk menghindari kecelakan.
9
Alasannya juga sama seperti di atas (1). Perkara lain yang bisa dijadikan
tambahan untuk tindakan mengobat sendiri ini adalah mereka percaya kepada
diri sendiri karena pengalaman yang lalu di mana pengobatan sendiri
mendatangkan kesembuhan.
3) Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional
remedy). Bagi masyarakat desa, pengobatan tradisional ini masih menjadi
pilihan utama. Sementara itu, bagi masyarakat sederhana pula, pencarian
pengobatan lebih cenderung ke arah sosial-budaya masyarakat berbanding
hal-hal yang dianngap masih asing.
4) Tindakan berobat melalui pembelian obat-obat di warung obat (chemist
shop) dan sejenisnya. Obat-obat yang dibeli umumnya obat-obat yang tidak
memakai resep dan belum mengakibatkan masalah kesehatan yang serius.
5) Tindakan berobat ke fasilitas-fasilitas pengobatan moden seperti balai
pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
6) Tindakan berobat ke dokter praktik (private medicine).
Menurut Lewin dalam Notoatmodjo (2007), apabila individu bertindak untuk
mengobati sesuatu penyakit, ada empat variable yang penting dalam tindakan
tersebut. Variable-variabel tersebut adalah:
1. Kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility)
Merupakan suatu tindakan pencegahan terhadap penyakit apabila
seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan pada
penyakit tersebut.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness)
Merupakan suatu tindakan mencari pengobatan dan pencegahan
penyakit karena didorong oleh keseriusan penyakit tersebut pada
dirinya atau masyarakat.
3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (perceived benefits
and barriers)
Apabila seseorang merasakan dirinya rentan untuk suatu penyakit, ia
akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung
10
pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan
dalam mengambil tindakan tersebut.
4. Isyarat atau tanda-tanda (cues)
Faktor-faktor seperti pesan-pesan pada media massa, nasihat kawan-
kawan atau individu lain perlu supaya pasien mendapatkan tingkat
penerimaan yang benar mengenai kerentanan, kegawatan dan
keuntungan sesuatu tindakan.
11
pengobatan sendiri cenderung menurun, dalam hal ini penggunaan obat menurun,
tetapi penggunaan obat tradisional dan cara tradisional meningkat. Persentase
penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri menggunakan obat lebih
tinggi pada kelompok usia kerja, pendidikan tamat SD, bekerja, pengeluaran
sebulan per orang sampai dengan Rp 300.000, jenis keluhan sakit gigi, sakit
kepala, batuk, pilek, dan demam, lama sakit tak lebih dari 3 hari, persepsi sakit
ringan, dan biaya pengobatan tidak lebih dari Rp 2.000 (Supardi, 2002).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan
dan baik disadari maupun tidak.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari
konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku
kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge),
sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek kesehatan (health practice).
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat
pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan individu
dengan kualitas hidup baik.
3.2 Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat
pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan individu
dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan
produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu
konsep hidup sehat seperti tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang
sehat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
14