Anda di halaman 1dari 18

DASAR DASAR ILMU PERILAKU, PERILAKU

KESEHATAN DAN IMPLEMENTASINYA

TUGAS MATA KULIAH HUMANIORA

Oleh:

TRI DEWI DAMASYANTI

ALIH JENJANG KEBIDANAN IBI KELAS D

P07124321212

Poltekkes Kepmenkes Yogyakarta

2021
DASAR DASAR ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan modal dasar pembangunan sebuah negara.


Kesehatyan juga merupakakn hak dasar dari setiap warga negara. Undang-
Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 menyebutkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Program pembangunan kesehatan bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
mengutamakan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan.
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(SKN, 2012).

Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor.


Berdasarkan teori kesehatan menurut H. L Bloom, status kesehatan seseorang
dipengararuhi oleh 4 faktor, yaitu : faktor keturunan, faktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan dan faktor perilaku. Keempat faktor tersebut saling
berpengaruh positif dan sangat berpengaruh kepada status kesehatan
seseorang. H.L. Blum yang menyebutkan bahwa derajat kesehatan ditentukan
oleh 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku, 20% faktor pelayanan
kesehatan, dan 10% faktor genetika (keturunan). Walauapun perilaku hanya
mempengarhi 30 % terhadap derajt kesehatan seseorang, namun karena faktor
perilaku adalah determinan yang berasal dari manusia itu sendiri dan bisa diubah
maka faktor peilaku dianggap penting dan diangap sebagai determinan sangat
mempengaruhi kesehatan.

Perilaku dipandang dari sisi biologis adalah kegiatan atau aktifitas


organisme atau makhluk hidup (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan model
determinan ekologi sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991) perilaku
merupakan lapisan terluar yang mempengaruhi semua lapisan di dalamnya.
Berdasarkan pengertian diatas perilaku mempunyai bentangan
pengamatan yang sangat luas dari perilaku yang terbuka dan perilaku yang
tertutup. Berbagai hal yang merupakan perwujudan perilaku baik itu negatif
sampai dengan perilaku yang positif sangat mempengaruhi kesehatan. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
obyek berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.

Karena pentingnya faktor perilaku dalam pelayanan kesehatan makalah


berikut akan menupas tentang perilaku dan perilaku kesehan.

BAB II

KAJIAN PUSKTAKA PERILAKU

A. PENGERTIAN PERILAKU

Pengertian perilaku menurut beberapa ahli bermacam- macam, tergantung


dari sisi mana perilaku itu dipandang, berikut adalah pengertian perilaku menurut
beberapa ahli :

1. Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta


interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya (Notoatmojo, 2010).
2. Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
orang lain. Karena perilaku terjadi karena stimulus terhadap organisme
sehingga organisme akan memberikan respon maka teori peliaku Skinner
dikenal dengan teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).
3. Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan
reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku
baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. (Robert Y.
Kwick.1972).
4. Menurut LOUIS THURSTONE, RENSIS LIKERT dan CHARLES
OSGOOD, menurut mereka perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

B. BENTUK PERILAKU

Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan,
namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari
sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam
bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.

Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni


Coqnitive, Affective dan Psikomotor, Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa
atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.

Bentuk perilaku dilihat dari sudut pandang respon terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Perilaku tertutup, Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap


stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati
secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka, Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap


stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek (practice).
C. TEORI PERILAKU
1. Teori S-O-R (Skinner)
Teori ini menyatakan bahwa adanya sebuah reaksi atay respon karena
adanya stimulan atau rangsangan terhadap manusia. Proses perubahan
perilaku ini menggambarkan proses belajar paa individu, teridiri dari:
Stimulus, diterima atau tidaknya stimulus menandakan efektif dan
tidaknyanya rangsangan untuk menimbulkan suatu respons. Apabila
stimulus mendapat perhatian maka diterima secara efektif, dapat
dimengerti, menarik, dan kemudian membawa individu ini untuk
melakukan sebuah tindakan. Dari stimulus yang direspon individu
akhirnya terhjadi sebuah perubahan perilaku.
Menurut Skinner respons dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
• Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Misalnya cahaya terang
menyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,
misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih.
• Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul
dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Misalnya apabila petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan
baik
kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas
kesehatan tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

2. Teori social cognitive of self-regulation


Teori ini menganalisis proses yang mendasari penentuan nasib individu,
altruisme, dan moral perilaku. Teori ini menekankan pada interaksi antara
orang dan lingkungan mereka. Komponen dalam teori social cognitive of
self-regulation, yaitu: Faktor lingkungan mempengaruhi individu dan
kelmpok, namun mereka dapat mengatur perilaku mereka sendiri.
Keyakinan tentang kemampuan pribadi atau kelompok untuk melakukan
perilaku yang membawa hasil yang diinginkan. Belajar untuk melakukan
perilaku baru dari pribadi individu lain atau media. Penggunaan dan
penyalahgunaan imbalan dan hukuman untuk memodifikasi perilaku.

D. DETERMINAN PERILAKU KESEHATAN


Determinan perilaku merupakan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku menurut teori Lawrence Green. Perilaku ditentukan oleh
tiga faktor utama yakni:

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)


Adalah faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku
pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor predisposing merupakan
faktor antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau movivasi
perilaku. Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai dan persepsi. Dalam arti umum dapat kita artikan bahwa
faktor ini sebagai preferensi pribadi yang dibawa atau kelompok ke dalam
pengalaman belajar. Preferensi ini bisa mendukung atau menghambat
perilaku. Contohnya perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan
mempermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu
siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors)


Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasara. Faktor
pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana, atau
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Contohnya, untuk terjadinya perilaku ibu
periksa hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, rumah sakit, posyandu,

dan sebagainya.

3. Faktor Penguat (reinforcing factors)


Pengetahuan, sikap, dan fasilitas yang tersedia kadang belum
menjamin
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat termasuk kebijakan dan peraturan terkait merupakan faktor
yang akan menguatkan terjadinya perilaku.
E. TEORI PERUBAHAN PERILAKU
1. Teori Stimulus Organisme Respon
Teori ini didasarkan asumsi bahwa perubahan perilaku tergantung
pada kualitas stimulus yang berhubungan dengan organanisme.
Kredibilitas pemimpin dan gaya berbicara menentukan perubahan
perilaku kelompok.
Menurut Hoslan, et.al; perubahan perilaku adalah sama dengan
proses belajar. Proses perubahan perilaku menggambarkan proses
belajar individu. Teori ini mengatakan perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus yang baru diberikan melebihi stimulus yang sudah ada.
Stimulus harus dapat meyakinkan organisme dan disini faltor
reinforcement memegang peranan penitng.

2. Teori Festinger (Dissonance Theory)


Teori dissonance (cognitive dissonance theory) diajukan oleh
Festinger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial.Teori
ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (ketidak seimbangan).
Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan ketidak
seimbangan psikologi yang diliputi oleh ketengan diri yang berusaha
untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan
dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi ketengan diri lagi, dan
keadaan ini disebut consonance (keseimbangan) .
Dissonance (ketidak seimbangan) terjadi karena dalam diri individu
terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud
elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila
individu mengalami suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut
menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di
dalam diri individu itu sendiri, maka terjadilah dissonance.
Ketidak seimbangan dalam diri sesorang yang akan menyebabkan
perubahan perilaku dikarenakan adanya perbedaan jumlah elemen
kognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak
seimbang dan sama – sama pentingnya. Hal ini menimbulkan konflik
pada diri individu tersebut.
Contohnya, seorang ibu rumah tangga yang bekerja dikantor. Di
satu pihak, dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi
keluarganya, yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga
dan anak – anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila
ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Di pihak lain, apabila ia bekerja, ia khawatir perawatan anak – anaknya
akan menimbulkan masalah. Kedua elemen (argumentasi) ini sama –
sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah
tangga yang baik.
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri
secara kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi
keseimbangan kembali. Keberhasilan yang ditunjukkan dengan
tercapainya keseimbangan kembalimenunjukkan adanya perubahan
sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.

3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang
dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz
(1960) perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa:
a) Perilaku memiliki funsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat
bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan
kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi
kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya, orang mau
membuat jamban apabila jamban tersebut benar – benar sudah
menjadi kebutuhannya.
b) Perilaku berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahan
diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya,
dengan tindakan – tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman
– ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan
ancaman bagi dirinya.
c) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan pemberi arti. Dalam
perannya dengan tindakan itu seseorang senantiasa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari – hari tersebut
seseorang melakukan keputusan – keputusan sehubungan dengan
objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan
mengakibatkan tindakan – tindakan tersebut dilakukan secara
spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya, bila seseorang
merasa sakit kepala maka secara cepat, tanpa berpikir lama, ia akan
bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di
warung dan kemudian meminumnya, atau tindakan – tindakan lain.
d) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh
sebab itu, perilaku dapat merupakan layar dimana segala ungkapan
diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, gusar
dan sebaginya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya. Teori ini
berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi
dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam
kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus menerus dan berusaha
secara relative.
4. Teori Kurt Lewin.
Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu
dapat berubah apabila kekuatan-kekuatan dalam diri tersebut memilki
ketidakseimbangan di dalam diri seseorang maka ada tiga terjadinya
perubahan perilaku, (Notoatmodjo, 2007).
a. Kekuatan–kekuatan pendorong meningkat sehingga akan
terjadinya pendorong untuk perubahan perilaku. Stimulus ini
berupaya penyuluhan atau informasi yang diberikan.
b. Kekuatan kekuatan penahan melemah sehingga akan
menurunkan kekuatan penahan.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

F. BENTUK PERUBAHAN PERILAKU


Menurut Atkinson (1987), perubahan merupakan kegiatan atau proses
yang membuat seseorang berbeda dengan sebelumnya. Menurut Rogers,
perubahan dapat terjadi tergantung dari lima faktor yang menyebabkannya, yaitu:
Perubahan harus mempunyai suatu keuntungan, Perubahan harus sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat, kompleksitas, Dapat dibagi, dan dapat
dikomunikasikan. Perubahan perilaku adalah proses perubahan yang dialami
manusia berdasarkan apa yang telah dipelajari, entah itu dari peran pranata
keluarga, teman, lingkungan, atau dari diri mereka sendiri. Proses perubahan
tersebut sangat ditentukan oleh kondisi dan kebutuhan orang tersebut. 

Perubahan perilaku mempunyai tiga bentuk, yaitu;

1. pertama Perubahan alamiah (natural change): perubahan perilaku ini


terjadi secara alamiah dalam diri manusia. Contoh: perubahan fisik dari
muda ke tua.

2. Kedua Perubahan terencana (planned change): perubahan perilaku yang


memang sudah direncanakan oleh orang tersebut. Contoh: seseorang
pengangguran yang ingin merubah nasibnya dengan berwirausaha agar
mendapat penghidupan yang layak.

3. Kesiapan perubahan (readiness to change): perubahan perilaku yang


terjadi karena adanya proses internal (readiness) pada diri seseorang.
Proses internal pada diri seseorang sangatlah variatif. Terakhir
Perubahan yang terjadi terutama pada perubahan terencana dan
kesiapan perubahan tentu terjadi dengan sejumlah strategi.

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang komplek
dan memerlukan waktu yang relatif lama. Perubahan perilaku melalui 3 tahab
yaitu:
1. Pengetahuan

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ( berperilaku baru) ia harus


tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya
atau keluarganya. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran kesehatan antara lain:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyebab penyakit yang meliputi


penyebab, gejala, bagaimana cara pengobatannya, bagaimana
cara penularannya dan pencegahannya.

b. Pengetahuan cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat


seperti; makanan bergizi, pengetahuan tentang perilaku hidup
bersih dan sehat, pentingnya olah raga dsb.

c. Pengetahuan kesehatan lingkungan seperti manfaat air bersih,


cara pengolahan limbah dsb

2. Sikap
Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek.
Setelah tahu tentang stimulus maka orang akan memberikan penilaian
atau bersikap terhadap stimulus. Indikator sikap kesehatan juga sejalan
dnegan pengetahuan kesehatan yaitu:

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit


b. Sikap cara pemeliharaan hidup sehat
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

3. Praktik atau Tindakan


Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan
kemudian akan mengadakan penilaian atau terhadap stimulus yang telah
diketahui selanjutnya akan melakukan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapi baik. Inilah yang kemudian disebut perilaku
kesehatan.

Perubahan perilaku akan mengikuti alur pengetahuan (Knowledge)-


sikap (Attitude)-praktik (Practice).
Cara pengukuran perilaku berbagai tahab menggunakan alat ukur
masing masing; untuk mengukur pengetahuan dan sikap menggunakan
wawancara. Sedangkan untuk mendapatkan data praktik menggunakan
pengamatan atau observasi.

F. STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU


Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat beberapa bagian untuk memperoleh
perubahan perilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga
yaitu.
1. Menggunakan kekuatan, kekuasaan atau dorongan.
Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia melakukan
sesuai harapan, dapat ditempuh dengan peraturan atau perundang-
undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Hasil cepat tetapi
belum tentu berlangsung lama karena perubahan tidak disadari oleh
kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi.
Dengan diberikan informasi maka meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang sesuatu sehingga akan menimbulkan kesadaran
mereka dan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan ini memakan waktu yang
lama tetapi hasil yang diperoleh bersifat langsung karena disadari oleh
kesadaran mereka sendiri.
3. Diskusi dan Partisipasi.
Cara ini sebagai peningkatan cara kedua, dimana dalam memberikan
informasi tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti
masyarakat yang diterimanya. Dengan demikian pengetahuan yang
diperoleh mendalam dan mantap. Ini membutuhkan waktu yang lebih
lama dari cara yang pertama.
Dari pengamatan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
disadari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam buku Notoatmodjo

(2003, p.121) mengungkapkan bahwa sebelum orang menghadapi


perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut mengalami
proses yang berurutan, yakni;
a. Awareness (kesadaran), yakni: orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interst, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
c. Trial, orang yang mulai mencoba berperilaku baru.
d. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikap stimulusnya

BAB III

IMPLEMENTASI PERILAKU KESEHATAN

A. IMPLEMENTASI PERILAKU KESEHATAN


Perilaku kesehatan adalah Perilaku merupakan hasil daripada segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya berkaitan dengan sehat dan sakit.

Implementasi pengertian perilaku kesehatan dalam hal ini ditunjukkan


dalam perilaku ibu hamil dalam melakukan ANC minimal 4 kali selama
kehamilan. Tindakan melakukan ANC merupakan wujud perilaku yang dapat
diamati (perilaku terbuka ) dalam wujud praktek memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Perilaku melakukan ANC tepat waktu dan minimal dilakukan 4 kali
dilakukan merupakan hasil dari pengalaman baik pengamatan terhadap
pengalaman orang lain maupun pengalaman pribadi pada ibu hamil yang telah
hamil kedua tentang manfaat ANC.

Melakukan ANC minimal 4 kali merupakan aksi yang merespon terhadap


stimulus dari luar, stimulus dalam hal ini adlah anjuran bidan atau ajakan kader
untuk ANC tepat waktu minimal 4 kali. Stimulus dari dalam diri berupa
pertimbangan pengetahuan tentang manfaat dan pengalaman juga menjadi
pendukung perilaku.

B. IMPLEMENTASI PERILAKU KESEHATAN MENURUT LAWRENCE GREEN


Menurut Lawrence Green determinan detrminan atau faktor yang
menentukan seseorang melakukan perilaku kesehatan atau tidak tergantung 3
hal, yaitu faktor presdiposisi (predisposing) pemungkin (enabling), pendukung
(reinforcing).

Implementasi perilaku kesehatan menurut Lawrence Green ini contohnya


adalah dalam perilaku kunjungan ibu Balita ke Posyandu.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber


Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan
bersama masyarakat guna memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Perilaku
ibu balita dalam melakukan kunjungan ke Posyandu dipengaruhi faktor:

1. Predisposisi antara lain:


a. Pekerjaan ibu, ibu yang bekerja cenderung tidak ke Posyandu.
b. Pengetahuan : ibu yang memilki pengetahuan tentang manfaat ke
Posyandu akan cendrerung datang ke Posyandu
c. Sikap, ibu yang mempunyai sikap atau penilaian baik atau positif
terhadap manfaat dan pelayanan Posyandu akan datang ke
posyandu.

2. Faktor pendukung :
a. Dukungan dari keluarga terdekat seperti suami yang mengingatkan
ibu untuk ke Posyandu akan meningkatkan kemantapan ibu untuk
berperilaku kesehatan berupa datang membawa Balita nya ke
Posyandu.
b. Dukungan dari tokoh masyarakat berupa contoh dari ibu RT yang
rajin membawa anaknya ke Posyandu akan menjadi perilaku yang
ditiru oleh ibu ibu di sekitarnya.
c. Kehadiran petugas kesehatan seperti bidan desa akan
meningkatkan kemauan ibu untuk ke Posyandu.

3. Faktor pemungkin
a. Ketersediaan prasarana posyandu yang lengkap akan meningkatkan
minat ibu ke Posyandu sehingga perilaku ibu ke Posyandu akan
terlaksana.
b. Ketersediaan sarana transportasi juga lebih memungkinkan ibu untuk
datang ke Posyandu, sebalinya jika sarana transportasi tidak ada
atau posyandu tidak terjangkau secara jarak akan membuat ibu
malas untuk datang.

C. IMPLEMENTASI TEORI PERUBAHAN PERILAKU


Perubahan perilaku kesehatan melalui 3 fase yaitu pengetahuan, sikap dan
praktik. Implementasinya adalah di masa pandemi covid-19 ini masyarakat
diharapkan melaukan perilaku berupa penerapan protokol kesehatan salah
satunya mengenakan masker.
Dengan tujuan perilaku masyarakat mengenakan masker provider
kesehatan akan memberikan stimulus untuk meningkatkan pengetahuan,
mengubah sikap negatif menjadi positif dan mendampingin praktik perilaku.

1. Intervensi terhadap pengetahuan berupa informasi tentang virus


corona, penularannya serta pencegahannya penularannya akan
memberikan pengetahuan dasar kepada masyarakat mengapa harus
mengenakan masker atau masyarakat pada tahab tahu tentang
manfaat perilaku mengenakan masker.

2. Intervensi terhadap sikap negatif berupa tidak percaya akan


kebenaran covid dengan adanya pengalaman terpapar jika tidak
berperilaku baik itu pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain
lain didasari pengetahuan akan manfaat akan mengubah penilaian
seseorang yang awalnya negatif menjadi positif. Contoh nyatanya
adalah memberikan edukasi mengenakan masker melalui testimoni
mantan penderita.
3. Setelah masyarakat sudah memperoleh informasi tentang penyakit
covid-19, cara penularannya dan cara pencegahan penularan serta
sudah bersikap positif terhadap pandmi covid-19 maka masyrakat
akan bersedia dengan suka rela untuk berperilaku menggunakan
masker.

D. IMPLEMENTASI STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU


Menurut Notoatmodjo strategi perubahan perilaku digolongkan menjadi 3,
yaitu dengan menggunakan kekuatan kekuasaan atau dorongan, memberikan
informasi, diskusi dan partisipasi.

Contohnya adalah perilaku untuk melakukan pemberantasan sarang


nyamuk minimal seminggu sekali.

1. Di Kapubaten bantul mulai tahun 2005 ada program “Desa Bebas 4


Masalah Kesehatan”. Cakupan angka bebas jentik yang pada alanya
rendah menjadi meningkat dikarenakan masyarakat melakukan
pemberantasan sarang nyamuk dengan dorongan agar
desanyamendapatkan reward DB4MK. Reward berupa uang dan
piagam merupakan bentuk strategi perubahan perilaku berupa
dorongan.
Gertak PSN ( memeriksa rumah warga pakah sudah melukan PSN
atau belum) yang melibatkan tokoh masyarakat serta pejabat tingkat
kecamatan dan kabupaten yang turun ke masyarakat merupakan
strategi perubahan perilaku dengan menggunakan kekuasaan dan
kekuatan untuk memperngaruhi masyarakat untuk berperilaku.
Namun jika hanya mengharapkan perilaku melalui dorongan berupa
pemberian reward dsb maka ketika tidak ada reward maka
masyarakat tidak akan berperilaku atau ketika tidak ada evaluasi
berupa kegiatan Gertak PSN maka perilaku PSN akan ditinggalkan.

2. Strategi pemberian informasi secara bertahab dan merata di semua


lapisan dan kelompok masyarakat diharaokan akan membuat
masyarakat tersadar dan melakukan PSN tanpa didasari adanya
reward. Diadakan sosialisasi dnegan berbagai cara misalnya dengan
tehnik pemicuan akan membuat masyarakat melakukan PSN walau
tanpa adanya pengawasan.

3. Strategi perubhan perilaku melalui diskusi dan partisipasi juga


dilakukan oleh provider kesehatan di masing masing wilayah unutk
meningkatkan perilaku PSN masyarakat di KABUPATEN Bantul
misalnya di Desa Poncosari Srandakan. Provider awalnya
menyadarkan masyarakat akan masalah DBD dan rumah yang ada
jentik jentiknya dengan pemetaan partisipatif oleh masyarakat
disaksikan oleh perwakilan semua anggata keluarga sehingga
masyarakat mengetahui bahwasanya desanya bermaslah dan
berdiskusi menggunkan sumber daya dan prasarana yang ada di
desanya dan tehnik yang disepakati serta menamai kegiatan itu
sendiri sehingga masyarakat merasa memilki dan kegiatan lebih
langgeng walaupaun tanpa reward dan pengawasan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pendalaman teori dan konsep perilaku serta pengamatan


terhadap beberapa contoh implementasi perilaku kesehtan maka disimpulkan:
1. Dalam melakukan pelayanan kesehatan dan program kesehatan baik
upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan
maka provider tidak boleh mengabaikan aspek perilaku.

2. Dalam memecahkan masalah kesehatan berupa berilaku agar


memperhatikan determinan perilaku apa yang berpengaruh, sehingga
intervensi terhadap masalah lebih efektif dan efisien.

3. Untuk melakukan intervensi perilaku pada masyarakat satau individu


perlu dievaluasi sasaran sudah mencapai tahab perubahan perilaku
pengetahuan, sikap atau praktik sehingga intervensi yang dilakukan
diperhatikan sasaran dan tidak sia-sia.
4. Untuk mencapai perubahan perilaku dari yang berperilaku tidak sehat
menjadi berperilaku sehat harus mempertimbangkan ketrsediaan waktu,
dana dan sumberdaya sehingga harus mampu memilih dan memilah
apakah akan menggunakan strategi perubahan perilaku berupa dorongan
dan kekuasaan, strategi berupa pemberian informasi yang tepat, strategi
diskusi dan partisipasi atau menerapakan semuanya baik secara
bertahab atau simultan bersamaan.
Daftar Pustaka
1. Adliyani, ZON. Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup Sehat. Majority
Jurnal Vol 4 No. 7. Available from :https://juke.kedokteran.unila.ac.id.
2. Buana, DR. Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi
Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa.
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 7 No 3 2020. Available from :
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/.
3. Irwan. Etika dan perilaku kesehatan. CV Absolute Media : 2017.
4. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Rineka Cipta:
2007.
5. Notoatmodjo, S. Ilmu perilaku kesehatan. Rineka Cipta : 2007.

Anda mungkin juga menyukai