BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri
sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat. Dengan definisi tersebut,
ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih
konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat. Unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2
bagian yaitu: kesatuan sosial dan pranata sosial. Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan
dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat sedangkan yang
dimaksud pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma tersebut memberikan
petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Perilaku adalah aktivitas manusia yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati
yang resultante antara faktor internal dan eksternal dari fisik, psikis, sosial individu. Perilaku
merupakan fungsi dari sikap, norma, kebiasaan, dan harapan individu yang berupa tindakan
nyata yang dapat diamati indera bahkan dapat dipelajari dan merupakan tindak lanjut
pengetahuan, sikap, dan niat seseorang terhadap suatu obyek.
Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika kalangan medis mulai
mengarah ke “community medicine”, mencangkup kesehatan mental, kesehatan fisik, dan
kesehatan sosial. Tujuan pembangunan sosial memberikan kesempatan pada masyarakat untuk
hidup wajar mental, fisik, dan sosial menuntut peran ilmu sosial yang lebih besar untuk ikut
memecahkan masalah kesehatan. Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk
merubah tingkah laku individu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku ke arah yang
menguntungkan kesehatan. Perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial budaya
di mana individu tersebut hidup. Seperti contoh, petugas kesehatan perlu mengetahui aspek
sosial budayanya agar usaha pendidikan yang dilakukan berhasil.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu
sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
B. Rumusam masalah
1. Bagaimanakah peran faktor sosial, budaya, yang melatarbelakangi perilaku indibvidu,
populasi, dan masyarakat tentang sehar sakit?
2. Faktor apa sajakah yang menjadi latarbelakang interaksi individu terhadap risiko dan gejala
penyakit, interaksi antar individu, populasi, dan masyarakat serta antara petugas kesehatan
dengan individu, populasi, dan masyarakat?
3. Bagaimankah bentuk kasus interaksi petugas terbukti mempengaruhi perilaku individu,
populasi dan masyarakat atau sebaliknya?
4. Bagaimanakah faktor-faktor sosial budaya dan perilaku yang mempengaruhi keberhasilan
dan kegagalan interaksi antara individu petugas dan resipien serta populasi untuk
pencegahan, proteksi, dan penanggulangan?
5. Bagaimanakah peran nilai, norma, dan kebiasaan dalam interaksi untuk pembentukan-
pembentukan perilaku baru?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peran faktor sosial, budaya, yang melatarbelakangi perilaku indibvidu,
populasi, dan masyarakat tentang sehar sakit
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi latarbelakang interaksi individu terhadap
risiko dan gejala penyakit, interaksi antar individu, populasi, dan masyarakat serta antara
petugas kesehatan dengan individu, populasi, dan masyarakat
3. Untuk mengetahui bentuk kasus interaksi petugas terbukti mempengaruhi perilaku individu,
populasi dan masyarakat atau sebaliknya
4. Untuk mengetahui faktor-faktor sosial budaya dan perilaku yang mempengaruhi keberhasilan
dan kegagalan interaksi antara individu petugas dan resipien serta populasi untuk
pencegahan, proteksi, dan penanggulangan
5. Untuk mengetahui bagaimana peran nilai, norma, dan kebiasaan dalam interaksi untuk
pembentukan-pembentukan perilaku baru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perilaku
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan
perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. . Belajar dapat
didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yakni perilaku yang alami (innate
behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa refleks-
refleks dan insting-insting. Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk
melalui proses belajar. Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan.
Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh,
perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif). Timbulnya perilaku
(yang dapat diamati) merupakan resultan dari tiga daya pada diri seseorang, yakni daya
seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak dan cenderung untuk
menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut conditioning dari Pavlov & Fragmatisme
dari James); daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal dengan
“stimulus-respons theory” dari Skinner; daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang
atau kemandirian. Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya.
Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam-macam bentuk, yang
pada hakekatnya digolongkan menjadi 2, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau
konkret) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata atau (konkret). Perilaku adalah
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan tindakan yang dilakukan
makhluk hidup. Perilaku adalah suatu aksi dan reaksi suatu organisme terhadap
lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru berwujud bila ada sesuatu yang
diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan. Dengan demikian suatu
rangsangan tentu akan menimbulkan perilaku tertentu pula.
B. Perilaku Kesehatan
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan pendapat Bloom tentang status
kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan yaitu; lingkungan yang
terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan
kesehatan, selanjutnya Bloom menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja
mempengaruhi status kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Selanjutnya
Sudarti (2005), yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain aspek sosial yang
mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga mempengaruhi kesehatan seseorang
antaranya tradisi, sikap fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang dipelajari pada
tingkat awal dalam proses sosialisasi.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di
luar perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor,
yaitu;
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Menurut Notoatmodjo (2007), memberikan pandangan bahwa perubahan perilaku atau
adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku dalam
kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap dan tindakan.
C. Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui penginderaan mata (melihat) dan telinga (mendengar). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan dengan perilaku yang
biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuk sikap dan tindakan.
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator, yaitu;
1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada beberapa faktor sosial yang
berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain :
a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan
Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan
terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada
orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita
akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap
perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk
melakukan perubahan perilaku. Self Concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,
Karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan.
b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, keluarga
di pedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk menggunakan pelayanan dukun, akan
berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari pertolongan pengobatan pada saat
mereka sudah berkeluarga.
c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku Kesehatan
Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan
psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka. Identifikasi tersebut dinyatakan dalam
keluarga besar, di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa yang kecil, dan lain – lain.
Irwan. 2017. Etika dan Perilaku Kesehatan. CV. Absolute Media. Yogyakarta.
Maulana. 2002. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Andi Offset.
Yogyakarta.
Yetti Wira Citerawati SY, 2012, Aspek Sosiobudaya Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan.
Universitas Brawijaya, Malang.