Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 konsep kanker

2.2 Konsep Kemoterapi

2.3 aspek sosial dan budaya dalam kesehatan

2.2.1 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk multidimensional yaitu sebagai personal atau

individual, sosial-komunal, dan spiritual-kosmologikal. Dari kehidupan ini, muncul

konteks mikrokosmos (pribadi) dan makrokosmos (alam semesta). 

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,

selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat

dikembangkan. Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan

hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk

kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan

benturan kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman

prasejarah hingga sejarah, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai

aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok mereka.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi

dengan manusia lain, misalnya interaksi antara penyuluh kesehatan dengan masyarakat

atau interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien. Jika hubungan interaksi tersebut

tidak berjalan dengan baik maka tentu saja akan memberi dampak pada individu atau

masyarakat itu sendiri. Ketika petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan tidak
tahu tentang bagaimana cara melakukan pendekatan sosial dan cara berinteraksi dengan

suatu kelompok masyarakat maka tentu saja komunikasi tidak akan berjalan dengan

baik dan akan berdampak pada kesehatan masyarakat itu sendiri.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena

beberapa alasan, yaitu:

a.   Manusia tunduk pada aturan, norma social

b.   Perilaku manusia mengharapkan suatu penilain dari orang lain

c.   Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain

d.   Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

B.   Manusia Sebagai Makhluk yang Berbudaya

Manusia memiliki kemapuan untuk mengola potensi diri (akal pikiran) interaksi

dan mengola lingkungan. Dalam mengola diri, manusia melahirkan ilmu dan keyakinan

diri. Berinteraksi melahirkan tata aturan dan norma. Sedangkan mengola lingkungan,

selain melahirkan organisasi juga melahirkan alat dan teknologi.

Keseluran dari kemampuan pengolahan manusia itu, baik secara individual

maupun kolektif, disebut budaya. Dengan kata lain, dimana ada manusia disana ada

masyarakat dan dimana ada masyarakat disana ada kebudayaan oleh karena itu manusia

adalah makhluk budaya.

a.    Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitandengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Menurut

Koentjaraningrat: kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia

yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang

semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Selain itu terdapat tiga wujud

kebudayaan yaitu :

1.  Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud

pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing

anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup

2.  Aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas

aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu

dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat

kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret

3.  Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya

manusia dalam masyarakat.

Manusia dinilai makhluk yang berbudaya jika manusia tersebut memiliki akal

dan pikiran yang selalu aktual dalam mengisi kehidupannya dengan tidak lelah mencari

ilmu pengetahuan apapun untuk mengembangkan kepribadiannya. Dengan berbekal

akal dan pikiran yang terus-menerus diasah, diharapkan manusia tersebut mencapai

tujuan-tujuan hidup mereka dengan baik. Sehingga dari hal tersebut, manusia dapat

membagi apa yang telah meraka dapatkan dengan manusia-manusia lainnya yang

membutuhkan.

Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan

tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas
dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat

budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah

lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan

mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula. 

b.    Unsur-Unsur Budaya

Menurut Clyde Kluckhohm menyebut ada tujuh unsure kebudayaan yaitu bahasa,

system pengetahuan, organisasi sosial system peralatan hidup dan teknologi, system

mata pencarian system religi dan kesenian :

1.    Bahasa yaitu alat komunikasi, baik yang di wujudkan dalam bentuk bahasa lisan,

tulisan, atau simbolik.

2.    Pengetahuan yaitu aspek fungsi dari akal pikran manusia.

3.    Organisasi sosial yaitu kelembagaan sosial dimasyarakat baik yang bersifat primer

(alamiah) maupun sekunder ( dibentuk)

4.    Kesenian yaitu wujud ekspresi seni masyarakat. Dalam konteks kesehatan yaitu

penggunaan music yang digunakan dalam terapi kesehatan tata ruang kamar rumah sakit

secara indah juga termasuk kedalam wujud kesenian

5.    Alat dan teknologi yaitu perangkat bantu dalam memperlancar aktifitas manusia

dalam mencapai kebutuhan hidupnya

6.    Religi, yaitu aspek kepercayaan dan keyakinan manusia pada al-khaliq atau sesuatu

yang suci

7.    Mata pencaharian setiap masyarakat memiliki unsur mata pencaharian mulai

bertanya sampai menjual jasa, tenaga kesehatan adalah mata pencaharian penjual jasa
8.    System pendidikan yaitu proses manusia dalam mengsosialisasikan nilai dan norma

kepada anggota masyarakatnya, baik dilingkungan rumah keluarga atau lembaga sosial

tertentu.

C.   Perilaku Kesehatan

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal

maupun eksternal. Determinan faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,

jenis kelamin dan sebagainya. Sedangkan determinan faktor eksternal adalah factor

yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang, yaitu lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah

perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sudarti (2005) yang menyimpulkan

pendapat Bloom tentang status kesehatan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

status kesehatan yaitu; lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, sosial budaya,

ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, selanjutnya Bloom

menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status

kesehatan, tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Selanjutnya Sudarti (2005),

yang mengutip pendapat G.M. Foster menyatakan, selain aspek sosial yang

mempengaruhi perilaku kesehatan, aspek budaya juga mempengaruhi kesehatan

seseorang antaranya tradisi, sikap fatalisme, nilai, etnocentrism, dan unsur budaya yang

dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.


Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat

kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan

faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk

dari tiga faktor, yaitu;

1.  Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya

2.  Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya

3.  Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Menurut Notoatmodjo (2007), memberikan pandangan bahwa perubahan

perilaku atau adopsia perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan

waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau

mengadopsi perilaku dalam kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap

dan tindakan.

1.   Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui penginderaan mata (melihat) dan telinga (mendengar). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut oleh seseorang dibandingkan
dengan perilaku yang biasa berlaku, pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk

terbentuk sikap dan tindakan.

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh

seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Indikator untuk mengetahui tingkat

pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga

indikator, yaitu;

1)     Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

2)     Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

3)     Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

2.    Sikap Terhadap Kesehatan (health attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidak senangan

seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman, atau dari orang yang dekat

dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu, atau menyebabkan kita

menolaknya (Wahid, 2007).

Sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang dan konsep apa saja.

Ada beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut, yaitu:

1)     sikap berhubungan dengan perilaku

2)     sikap yang berkaitan erat dengan perasaan seseorang terhadap objek

3)     sikap adalah konstruksi yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat

diamati, tetapi sikap itu tidak dapat dipahami.


Adapun ciri-ciri sikap menurut Azwar (2009) adalah sebagai berikut :

1.      Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan

seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek

atau stimulus.

2.      Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal reference) merupakan factor

penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-

pertimbangan individu.

3.      Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap

positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan

kebutuhan dari pada individu tersebut.

4.      Sosial budaya (Culture), berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang

untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu.

Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah

faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

antara lain;

a.  Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional

b.  Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung

untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting (tokoh)

c.   Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota


masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu

masyarakat

d.  Media massa, dalam media komunikasi berita atau informasi yang disampaikan

dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya

e.  Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga

pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga

mempengaruhi sikap, dan;

f.    Factor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego

3.    Tindakan Kesehatan (health practice)

Praktik kesehatan ataupun tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan

atau aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Suatu sikap belum tentu

terwujud dalam suatu tindakan (over behavior), untuk mewujudkannya menjadi suatu

perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas (sarana dan

prasarana), juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007).

D.   Hubungan Antara Sosial Budaya dan Perilaku Kesehatan

Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu

yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Sedangkan budaya menurut Mitchel

merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar, pengetahuan, moral

hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu - individu dan masyarakat, yang
menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta

orang lain. Jadi dapat disimpulan bahwa, sosial budaya adalah semua hal yang tercipta

dari akal dan nurani manusia untuk kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat mengembangkan kebudayaaan, karena manusia merupakan makhluk

yang bertransdensi, suatu kemampuan khas untuk meningkatkan dirinya selaku makhluk

berakal budi. Kebudayaan memungkinkan masyarakat memperoleh gerak hominisasi

(pemanusiaan manusia) dilain pihak kebudayaan merupakan proses humanisasi

(peningkatan martabat manusia). Keduanya bermakna spritual bukan fisikal. Tidak ada

yang mampu menyangkal bahwa kebudayaan adalah khas masyarakat sebagai pelaku

aktif kebudayaan. Masyarakat menjalankan kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang

bernilai baginya dan dengan demikian tugas kemanusiannya menjadi lebih nyata.

Manusia merupakan makhluk sosial, yang hidup dalam suatu kelompok

masyarakat. Dalam setiap kelompok masyarakat terdapat aturan, norma, nilai, dan

tradisi yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut berkembang bersama masyarakat dan turun

temurun dari generasi ke generasi. Sosial budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata

cara berperilaku dalam bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga

dapat berdampak negative. Disinilah kaitannya dengan kesehatan, ketika suatu tradisi

yang telah menjadi warisan turun temurun dalam sebuah masyarakat namun ternyata

tradisi tersebut memiliki dampak yang negatif bagi derajat kesehatan masyarakatnya.

Misalnya, cara masyarakat memandang tentang konsep sehat dan sakit dan persepsi

masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit disuatu masyarakat akan berbeda-

beda tergantung dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut.


Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu

masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini

akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh

dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang

memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang

menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu

individu maupun kelompok.

Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah

melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa

kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan

tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan

yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.

Dalam menciptakan kebudayaan yang inovatif di suatu masyarakat setempat,

seseorang harus mengubah persepsi masyarakat agar mereka merasa butuh. Perubahan

yang ingin dicapai harus dipahami dan dikuasai masyarakat sehingga dapat diajarkan

dan diterapkan. Selain itu perubahan yang dilakukan tidak merusak prestise pribadi atau

kelompok masyarakat.

Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi

tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi

berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun

menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah
perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi

sosial, dan kepribadian individu-individunya.

E.   Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status

Kesehatan

1.  Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan

Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan

 antara lain adalah :

a.  Umur

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan

golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan

golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit

jantung koroner, kanker, dan lain-lain.

b.  Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya

dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak

menderita kanker prostat.

c.   Pekerjaan

Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan

petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan

disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja

diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan

karena banyak terpapar dengan debu.


d.  Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita

obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi

tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang

status ekonominya rendah.

Menurut H. Ray Elling (1970) dan G.M Foster (1973), ada beberapa faktor sosial

yang berpengaruh pada perilaku kesehatan, antara lain :

a.    Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan

Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita

rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri

kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang

kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku kita. Tetapi apabila orang lain

berpandangan negatif terhadap perilaku kita dalam jangka waktu yang lama, kita akan

merasa suatu keharusan untuk melakukan perubahan perilaku. Self Concept adalah

faktor yang penting dalam kesehatan, Karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan

juga perilaku petugas kesehatan.

b.    Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan

Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,

keluarga di pedesaan yang mempunyai kebiasaan untuk menggunakan pelayanan dukun,

akan berpengaruh terhadap perilaku anaknya dalam mencari pertolongan pengobatan

pada saat mereka sudah berkeluarga.

c.    Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku

Kesehatan
Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan

keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka. Identifikasi tersebut

dinyatakan dalam keluarga besar, di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa

yang kecil, dan lain – lain.

2.  Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan

seseorang antara lain adalah :

a.  Pengaruh tradisi

Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan

misalnya tradisi merokok bagi orang laki2 maka kebanyakan laki2 lebih banyak yang

menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh

makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu nifas akan pantang makan

ikan.

b.  Sikap fatalistis

Sikap fatalistis arti sikap tentang kejadian kematian dari masyarakat Hal lain adalah

sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota

masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa

anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat

kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.

c.   Sikap ethnosentris

Sikap ethnocentris yaitu sikap yang memandang bahwa budaya kelompok adalah

yang paling baik, jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-

orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan
selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior

terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua

anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah

yang terbaik. Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap

yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui

tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan

masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam

masalah kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang

masalah kesehatan,tetapi masyarakat dimana  mereka bekerja lebih mengetahui keadaan

di masyarakatnya sendiri. Contoh lain : Seorang perawat/ dokter menganggap dirinya

yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan

sehat sedangkan masyarakat tidak.

d.  Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan

konsep kesehatan. hal tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme. Contoh : Dalam

upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun

singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki

ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing,

dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.

e.  Pengaruh norma

Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang

kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang

baik.  Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang

memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.

f.    Pengaruh nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan

perilaku individu masyarakat, kerena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak

berperilaku “ pamali” atau “ Saru “. Nilai yang ada dimasyarakat tidak semua

mendukung perilaku sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang

merugikan kesehatan.

ü  Nilai yang merugikan kesehatan à arti anak yang banyak akan membawa rejeki

sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak.

ü  Nilai yang mendukung kesehatan à tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib

ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk

membantu sebagai key person dalam program kesehatan. RRT kalau punya anak lebih

satu didenda

Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah,

padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada

diberas putih.

g.  Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi

terhadap perilaku kesehatan.

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada

seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air

besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan/ berpakaian yang baik 

sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan
bahkan menjadi tua.kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku kesehatan yang

sangat sulit untuk diubah ketika dewasa.

h.  Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan

selalu dinamis artinya  setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan

seterusnya. apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku

kesehatan masyarakat,maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan

terjadi jika melakukan perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh

terhadap perubahan,dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi

dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia

tahu tentang proses perubahan kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi

yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang  telah direncanakan.

Artinya seorang petugas kesehatan kalau mau melakukan perubahan perilaku

kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan

bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat,

bahkan diyakini  bahwa perilaku kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas

kesehatan yang benar.

F.    Perubahan Sosial Budaya

Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku

bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut

sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga


dengan beranekaragam budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam

segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.

Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali

mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan

kesehatan masyarakat.

Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus

dirubah budayanya. Bentuk perubahan sosial budaya:

1.  Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat

2.  Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar

3.  Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan

Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi,

Syarat inovasi:

1.  Masyarakat merasa membutuhkan perubahan

2.  Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat

3.  Perubahan dapat diajarkan

4.  Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai