Anda di halaman 1dari 7

ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU KESEHATAN
A. PENGERTIAN MASYARAKAT
Menurut Koentjaraningrat (1996): masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan
dan terikat oleh rasa identitas bersama
Menurut Gillin (1954): masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai
kebiasaan, sikap, tradisi dan perasaan persatuan yang sama

B. UNSUR MASYARAKAT
Kesatuan sosial: bentuk kesatuan individu yang berinteraksi, meliputi kerumunan,
golongan dan kelompok
Pranata sosial: himpunan norma2 dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan
pokok dalam kehidupan bermasyarakat

C. KEBUDAYAAN
Menurut Taylor: kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan kesenian, moral, hukum adat
istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan2 yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat
Menurut Koentjaraningrat: kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat

D. UNSUR BUDAYA
1. Sistem religi
2. Sistem dan organisasi masyarakat
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Mata pencaharian
7. Teknologi dan peralatan

E. MANFAAT NAKES MEMPELAJARI UNSUR BUDAYA


1. Pasien muslim kurang gizi, jangan disarankan makan daging babi (karena haram)
2. Bayi diare dianggap sebagai proses peningkatan kepandaian
3. Bayi yang sakit akibat kesalahan kedua orangtuanya (NTT)
4. Bahasa lokal: kutilang, untuk wanita kurus tinggi langsing, banyak yang anemia
karena diet ketat

F. WUJUD BUDAYA
1. Tata kelakuan: nilai, norma, hukum
2. Komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Benda hasil karya manusia
PENGARUH ASPEK SOSIAL BUDAYA
Aspek Sosial yang mempengaruhi status kesehatan ada 4:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Sosial ekonomi

Menurut Elling dan Foster, faktor sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan:
1. Self concept
2. Image kelompok
3. Identifikasi individu

Menurut Foster, aspek budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan ada 5:


1. Tradisi
2. Sikap fatalisme
3. Nilai
4. Ethnocentrism
5. Unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus dirubah
budayanya
Bentuk perubahan sosial budaya:
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat
2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar
3. Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi
Syarat inovasi:
1. Masyarakat merasa membutuhkan perubahan
2. Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat
3. Perubahan dapat diajarkan
4. Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
5. Perubahan tidak merusak prestise pribadi dan kelompok

Penyebab perubahan tidak meluas:


1. Pengguna perubahan baru mendapat suatu hukuman
2. Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada

REFERENSI
1. Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta
2. Fisher, Augrey, 1986, Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo),
Bandung, Remaja Karya
3. Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John
Hopkins University, Maryland, Mayfield Publishing Company
4. Koentjaraningrat, 1996, Pengantar Anthropologi
5. Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
6. Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
http://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/aspek-sosiobudaya-dan-kesehatan.pdf
ASPEK SOSIOBUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN
1. Pengertian Kebudayaan
Secara sederhana kebuadayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajar
maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya.

Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang
kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat.

Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture
is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari
perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk
terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa disebut budaya.

2. Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi dan upacara
keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem
mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsure itulah yang
membentuk budaya secara keseluruhan.

3. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan


a. Didalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan,
gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam 2 rangka
memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi
yang tidak bertentangan dengan agamanya.

b. Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui


organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang
menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan
strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat.

c. Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang


kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan
mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan
dalam memperbaiki status kesehatan.

d. Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi,
menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
e. Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas
kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat untuk menyampaikan pesan
kesehatan.

f. Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian ada kaitannya
dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.

g. Teknologi dan peralatan masyarakat setempat . Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan
yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang
dikenal masyarakat.
4. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan

Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur.
Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usia lanjut lebih
banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker,dan lain-
lain.

b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan
wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker
prostat.

c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak
yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan
yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang
menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.

d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih
banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya
malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.

Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan :
1. Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan
terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang
lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan
meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.

2. Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak seorang
dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,
sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan
juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.

5. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan


Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan :

a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan
masyarakat.

b. Sikap fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa
anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa
anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir , sehingga masyarakat kurang berusaha
untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.

c. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan
pihak lain.

d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya


Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan
daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata
masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka
menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.

e. Pengaruh norma
Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan
karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan
bumil sebagai pengguna pelayanan.

f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh :
masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka
mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.

g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku
kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika
ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan
makannya setelah dewasa.

h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan


Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,
maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan,
menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk
memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.

6. Perubahan Sosial Budaya


Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan budaya yang terjadi di masyarakat dapat dibedakan
kedalam beberapa bentuk :
a. Perubahan yg tjd secara lambat dan cepat
b. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar
c. Perubahan yang direncanakan dan yg tdk direncanakan

7. Makanan Dan Budaya


1 Definisi Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsurunsur/ikatan kimia
yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh.
2 Kebudayaan Menentukan Makanan
Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan
kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk
mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan
pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya itulah

sejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam
prakteknya bisa jadi justru dihindari.
Contoh :
a. Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang dimasak
dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit perut, dan
sakit mata .
b. Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap tabu)
karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi .

Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena masalah
sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan tetapi terpaksa
tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena larangan agama .
Istilan Makanan Food Versus Nutrimen
Masalah aktivitas makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk pemenuhan
naluriahnya seperti lapar, tetapi juga di dalamnya dilekati oleh pengetahuan budaya. Lewat
pengetahuan budaya itu, masyarakat manusia mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu
nutrimen (nutriment) dan makanan (food).
1. Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan
menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu
diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya.
2. Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat
penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu
(larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan panas,
dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu
produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan
dimakan, diperlukan pengesahan budaya.

Jellife & Bennet 1962 menyatakan : Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan sukar sekalipun,
hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakandan tersedia.

4 Klasifikasi Makanan
Variasi klasifikasi makanan antara lain :
1. Menurut prestise status
2. Pertemuan sosial
3. Usia
4. . Keadaan sehat sakit
5. Nilai simbolik ritual

7.5 Peranan Simbolik Makanan


a) Sebagai ungkapan ikatan sosial
Misal :
Menawarkan makanan sebagai simbolis ungkapan persahabatan, perhatian, kasih sayang
Tidak memberi makanan sebagai ungkapan simbolis permusuhan, kemarahan
b) Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok
Misal : makan bersama, berkumpul dimeja besar melambangkan keakraban keluarga
c) Makanan dan stress
Misal : terpenuhinya makanan kesukaan kebiasaan membuat dirinya tenang.
d) Simbolisme makanan dalam bahasa
Kualitas makanan digunakan untuk menggambarkan kualitas manusia. Misal : wajah susu madu
diartikan sebagai seseorang dengan wajah kuning langsat .

7.6 Pembatasan Budaya Terhadap Kecukupan Gizi


1. Kegagalan melihat hubungan antara makanan dan kesehatan.
Adalah kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu
dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan, misal :
Susunan hidangan yang cenderung ditafsirkan berdasar kuantitasnya tanpa memperhatikan
kualitas.
Kepercayaan / tabu terhadap makanan yang tidak menguntungkan kesehatan bila tabu
tersebut diterapkan.

2. Kegagalan untuk mengenali kebutuhan gizi pada anak-anak.


Kegagalan budaya masyarakat memahami bahwa anak-anak memerlukan makanan khusus.
Kepercayaan/tabu terhadap makanan yang merugikan anak-anak.
Ketidaktahuan gizi / kecukupan gizi anak.

Anda mungkin juga menyukai