Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Dinamika, Masyarakat, Kebudayaan dan Kesehatan


 Dinamika ialah sesuatu yang mengandung arti tenaga
kekuatan,selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memada
i terhadapkeadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi antara anggota kelompok
dengankelompoknya secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi selama ada
kelompok,semangat kelompok, yang terus menerus ada dalam kelompok itu yang
manakelompok itu bersifat dinamis, artinya dapat selalu berubah dalam setiap
keadaan.Dinamika social (social dynamics) adalah semua konsep yang diperlukan
apabila ingin menganalisis proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan,
termasuk lapangan penelitian ilmu antropologi dan sosiologi.
 Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam
masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan
antar aksi. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau
medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu.
 Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia.Menurut E.B. Tylor, kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
 Kesehatan merupakan faktor pertama dan utama yang mempengaruhi kualitas
SDM dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Status kesehatan seseorang
atau komunitas masyarakat, merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal manusia maupun faktor eksternal manusia. Faktor internal ini terdiri dari
faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor seperti sosial,
budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya
2. Kebudayaan dan persepsi sehat-sakit
Kebudayaan mempunyai sifat yang tidak statis, berarti dapat berubah cepat
atau lambat karena adanya kontak-kontak kebudayaan atau adanya gagasan baru dari
luar yang dapat mempercepat proses perubahan. Hal ini berarti bahwa terjadi proses
interaksi antara pranata dasar dari kebudayaan penyandangnya dengan pranata ilmu
pengetahuan yang baru akan menghasilkan pengaruh baik langsung ataupun tidak
langsung yang mengakibatkan terjadinya perubahan gagasan budaya dan pola
perilaku dalam masyarakat secara menyeluruh atau tidak menyeluruh. Ini berarti
bahwa, persepsi warga masyarakat penyandang kebudayaan mereka masing-masing
akan menghasilkan suatu pandangan atau persepsi yang berbeda tentang suatu
pengertian yang sama dan tidak sama dalam konteks penyakit, sehat, sakit. Dengan
demikian, nampaknya ada kelompok yang lebih menekankan pada terapi adikodrati
(personalistik), sedangkan lainnya pada naturalistic berdasarkan prinsip-prinsip
keseimbangan tubuh. Hal ini berarti masyarakat ada yang menekankan pada
penjelasan sehat-sakit berdasarkan pemahaman mereka secara etnik pada konsep
personalistik maupun naturalistik. Jadi keanekaragaman persepsi sehat dan sakit itu
ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma kebudayaan masing-masing
masyarakat penyandang kebudayaannya masing-masing. Dapatlah dikatakan
bahwakebudayaanlah yang menentukan apa yang menyebabkan orang menderita
sebagai akibat dari perilakunya. Sehubungan dengan hal di atas, maka kebudayaan
sebagai konsep dasar, gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal
balik antara gejala-gejala sosial (sosiobudaya) dari penyakit dengan gejala biologis
(biobudaya) seperti apa yang dikemukakan oleh Foster dan Anderson.

3. Dinamika Budaya dan Pengaruhnya bagi Kesehatan


Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan
antara lain:
a. Pengaruh tradisi, ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
b. Sikap fatalistis. Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi
perilaku kesehatan. Contoh: Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok
tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan
sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Sikap ethnosentris. Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling
baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya. Contoh: Dalam upaya perbaikan
gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong
walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata
masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untukmakanan kambing, dan
mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh norma. Contoh: upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara
dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap perilaku kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan
berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja,
manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya
setelah dewasa.
g. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan Apabila
seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi
jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada
perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut

Pada umumnya kebudayaan itu dikatakan bersifat adaptif, karena kebudayaan


melengkapi manusia dengan cara -cara penyesuaian diri pada kebutuhan-kebutuhan
fisiologis dari badan mereka, dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik-
geografis maupun pada lingkungan sosialnya. Banyak cara yang wajar dalam
hubungan tertentu pada suatu kelompok masyarakat memberi kesan janggal pada
kelompok masyarakat yang lain, tetapi jika dipandang dari hubungan masyarakat
tersebut dengan lingkungannya, baru hubungan tersebut bisa dipahami. Misalnya,
orang akan heran kenapa ada pantangan -pantangan pergaulan seks pada masyarakat
tertentu pada kaum ibu sesudah melahirkan anaknya sampai anak tersebut mencapai
usia tertentu. Bagi orang di luar kebudayaan tersebut, pantangan tersebut susah
dimengerti, tetapi bagi masrakat pendukung kebudayaan yang melakukan pantangan
-pantangan seperti itu, hal tersebut mungkin suatu cara menyesuaikan diri pada
lingkungan fisik dimana mereka berada. Mungkin daerah dimana mereka tinggal tidak
terlalu mudah memenuhi kebutuhan makan mereka, sehingga sebagai strategi
memberikan gizi yang cukup bagi anak bayi dibuatlah pantangan-pantangan tersebut.
Hal ini nampaknya merupakan hal yang sepele tetapi seb enarnya merupakan suatu
pencapaian luar biasa dari kelompok masyarakat tersebut Untuk memahami
lingkungannya dan berinteraksi dengan cara melakukan pantangan-pantangan tersebut
DAFTAR PUSTAKA
MRL, Adventus, dkk (2019). ANTROPOLOGI KEPERAWATAN.
BMP.UKI: AMR-011-AK-PK-I-2019. UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA.
JAKARTA
Djumadiyono, Nano. SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI KESEHATAN.
Diakses pada
http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/upload/SOSIOLOGI%20DAN
%20ANTROPOLOGI%20KESEHATAN.pdf
Fauzan, Muhammad (2020) DINAMIKA MASYARAKAT. Program
StugiAgribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai