Anda di halaman 1dari 21

A.

Gambaran Tentang Sehat Sakit di Indonesia


Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan
setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal
yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bias dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktorfaktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lainlain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang
konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah
sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara
biologis, psikologis maupun sosio-budaya.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka
kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsurunsur

fisik,

mental

dan

sosial

dan

di

dalamnya

kesehatan

jiwa

merupakanbagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit


apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain
yang

menyebabkan

aktivitas

kerja/kegiatannya

terganggu.

Walaupun

seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia
tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak
sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultan dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk,
genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai
psycho socio somatic health well being, merupakan dari empat faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan


dengan ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi
penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan
faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya
derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan
pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social,perbedaan
suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang
ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi
impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau
satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.
Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina,
menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap
sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada
dalam keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep
tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI
telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat.
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara
dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada
peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap
sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya
paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan

alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap
mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan
daripada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang
penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio-kultural.
Dalam

bahasa

Inggris

dikenal

kata

disease

dan

illness

sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit.


Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua
pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau
adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang
individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural
terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman. Masyarakat dan pengobat
tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan
Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,
ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin
seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut
pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat,
yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi
tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang
berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu
keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai
siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti halnya orang yang sehat. Sedangkan konsep Personalistik
menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu
agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur
atau

roh

jahat),

atau

makhluk

manusia

(tukang

sihir,

tukang

tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan


cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong (kusta
yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta secara

endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat


tersebut.
B. Pengertian Transcultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan
culture, Trans berarti alur perpindahan , jalan lintas atau penghubung. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus ,
melalui. Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kultur berarti :
1. Kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
2. Kepercayaan , nilai nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi
suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan
cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
3. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.
Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of
Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan
adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu
kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic ,
philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu
sosial . Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang
manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat
bio psycho social spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan
harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi
yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma ,
adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang
lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu
diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya .
Keberlangsungaan terus menerus dan lama merupakan proses internalisasi
dari suatu nilai nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola
pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai
pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach
).

Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini


merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur,
di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak
adalah: Batak Toba,Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak
Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak

menganut agama Kristen dan

sisanya

beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga
menganut

kepercayaan animisme (disebut

Sipelebegu

atau

Parbegu),

walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan.
C. Aspek Psikososial
1. Perbedaan kelas social
Stratifikasi social orang Batak di dalam kehidupan sehari-hari mungkin
tidak terlihat jelas. Strafikasi social orang Batak dibedakan berdasarkan
tiga prinsip berikut.
a. Perbedaan usia
b. Perbedaan pangkat dan jabatan
c. Perbedaan sifat keaslian
Pelapisan social berdasarkan perbedaan usia terlihat dalam hubungan
adat yang ada dalam masyarakat. Dalam hubungan masalah-masalah adat,
hanya orang-orang tua yang ikut serta, sedangkan orang-orang muda tidak
ikut campur. Bahkan, dalam masalah warisan, anak-anak akan diwakilkan
oleh orangtuanya. Setelah anak tersebut dewasa, hak tersebut baru
dikembalikan kepadanya. Dalam persoalan pekerjaan adat, tetapi anakanak tidak mempunyai pekerjaan apa pun.
System pelapisan social berdasarkan pangkat dan jabatan terlihat
dalam kehidupan sehari-hari. Dahulu keturunan bangsawan selalu
diutamakan kedudukan dan peranannya dalam masyarakat. Mereka
diutamkan dalam adat, pembagian daging atau jambar, dan tempat
duduknya di tengah-tengah pertemuan apa pun. Pada dasarnya, orangorang bangsawanlah yang menentukan segala persoalan kemasyarakatan
dalam adat. Tingkatan kedudukan yang teratas ini pada masyarakat
Simalungun disebut partongah atau puang. Pada masyarakat

Mandailing, juga terdapat lapisan masyarakat, seperi namora dan


bangsawan. Namora-namora dan orang-orang bangsawanlah yang
memegang peranan dalam soal-soal adat dan hukum.
Pada masyarakat Nias juga terdapat lapisan masyarakat yang terdiri
atas beberapa lapisan yang disebut kasta. Kaum bangsawan merupakan
lapisan masyarakat yang paling atas dan budak adalah lapisan paling
bawah. Pergaulan dibatasi hanya dalam satu golongan. Pergaulan dengan
golongan lain seperti golongan atas ke golongan bawah dianggap hina.
Sebaliknya, bila seseoaranf dari tingkatan yang lebih rendah menaikkan
tingkatnya, ia harus mengadakan upacara adat. Pada masyarakat Melayu,
juga ada pembagian lapisan masyarakat. Lapisan bangsawan adalah kelas
paling atas, termasuk didalamnya Sultan dan Tengku. Kaum bangsawan ini
menguasai seluruh daerah Sumatera Timur pada masa penjajahan Belanda.
Sesudah proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, perbedaan-perbedaan
golongan di daerah Sumatera Utara sudah dihapuskan. Perbedaan tersebut
sebenarnya adalah ciptaan penjajah Belanda untuk menjalankan polotik
devide et impera di Indonesia. Akan tetapi, dengan jiwa dan semangat
juanga angkatan 45, perbedaan golongan dalan masyarakat dihapus karena
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berjiwa
kekeluargaan.
Pembagian lapisan lain yang membatasi golongan-golongan dalam
masyarakat, antara lain petani, pedagang, pegawai, dan buruh. Dalam
ruang social modern sekarang ini, mobilitas social merupakan arus yang
bebas. Pada masyarakat Batak, orang yang mula-mula mendirikan sebuah
kampong dinamakan marga tanah dan orang yang dating kemudian
dinamakan marga parripe. Umumnya, marga parripe adalah margamarga lain dari marga tanah sering marga parripe ini adalah kemenakan
darai marga tanah itu sendiri. Dahulu , marga tanah lebih tinggi
kedudukannya ditengah-tengah masyarakat. Tidak hanya memegang
pimpinan dalam bidang pemerintahan, tetepi juga adat dan kepercayaan.
Marga pendatang harus tunduk marga tanah.
Walaupun menurut peraturan tidak ada lagi perbedaan kedudukan
setiap warga Negara,

dalam praktek sehari-hari masih sering terlihat

adanya sisa-sisa pengaruh lama. marga tanah selalu di utamakan dalam

masyarakat. Umumnya, marga tanah masih mempunyai pengaruh besar


untuk mempengaruhi menduduki posisi dalam masyarakat. Terlebih lagi
dalam masyarakat dalam pedesaan, masih terasa pengaruh tersebut. Kuat
lemahnya pengaruh lama tersebut tergantung pada dinamika dan cara
berfikir masyarakat setempat. Makin cepat dinamika suatu masyarakat
semakin cepat penghapusan perbedaan tersebut.
2. Bentuk-bentuk keluarga batak dan system ikatan kekerabatan
Pengertian keluarga yang lebih luas adalah kerabat yang terdiri dari
beberapa gezin. Keluarga Batak terdiri dari Karo, Simalungun, Fakfak
(Dairi), Tapanuli Selatan (Natal) Tapanuli Tengah (Sibolga). Pada
umumnya, dalam keluarga Batak tersebut sekurang-kurangnya ada tiga
unsure yang terjalin dalam Dalihan Na Tolu atau Tri Tengku. Dalam
sikap sehari-hari Dalihan Na Tolu diatur sedemikian rupa sebagai berikut.
Mardongan Tubu. Artinya, kita harus bersikap hati-hati kepada dongan
tubu agar tidak menyinggung perasaannya. Kita minta penjelasan dan
pendapat dalam segala sesuatu. Jangan pernah kita memperlakukan seolaholah dongan tubu itu tidak penting karena semua suka duka menjadi
tanggung jawab dari dongan sabutuha (saudara satu ayah satu ibu)
Somba Maehula-hula. Artinya, kita harus merendah diri pada hula-hula
dan selalu menghormati dengan setinggi-tingginya karena semua rejeki,
hamoroan dan hangabeon ada karena restu dari hula-hula. Siapa pun yang
tidak hormat kepada hula-hula akan mendapat celaka. Kita harus mem
berikan segala permintaan hula-hula agar tidak terkutuk.
Elek Marboru. Artinya, kita harus bersikap membujuk, membimbing,
dan memaafkan kepada boru. Barulah yang diharapkan dapat membantu
segala pekerjaan kita, baik berupa tenaga atau materi. Jadi, kalau boru
bersalah, kita tidak boleh terlalu marah agar ia tidak menjauh. Bila perlu,
boru di bujuk dengan membawa makanan (dengke=ikan) agar jangan
marah lagi.
Pada masyarakat batak masih terdapat beberapa rumah tangga dalam
satu rumah besar \, misalnya rumah bolon (Simalungun, Toba) seperti di
Tanah Karo. Di kampong Lingga masih masih terdapat rumah tangga
tinggal dalam satu rumah besar yang merupakan keluarga luas virilokal.

Rumah tangga virilokal di masyarakat Batak bermakna ganda, yaitu


pertama virilokal di masyarakat batak arti tinggal dalam rumah bolon
bersama orangtuanya setelah menikah dan kedua adalah virilokal tertentu
untuk anak yang bungsu. Menurut hokum kebapaan pada adat
Simalungun, anak laki-laki yang bungsu telah ditentukan mewarisi rumah
orangtua.oleh karena itu, setelah menikah, ia tinggal bersama orangtuanya.
Bila orang tuanya meninggal dunia, dengan sendirinya rumah yang
ditempatinya itu diwariskan kepadanya.
Selama hidup bersama ibu dan bapak atau mertua, pasangan suami istri
di berikan berbagai bimbingan, nasihat, contoh-contoh baik dan lain-lain.
Setelah sekian lama hidup dengan orangtua dan merasa rumah tangga baru
tersebut sudah mampu berdiri sendiri, barulah mereka dimerdekakan
(ipajae). Dalam rangka pajaehon atau memerdekakan rumah tangga baru
tersebut, mereka dibekali dengan berbagai alat-alat rumah tangga, antara
lain satu periuk, satu kuali, dua piring, dua mangkok,satu pisau, satu
cangkul, satu tumba beras, dan satu kaleng padi. Pemberian alat-alat ini
hanya berupa simbolik menurut adat.
Hubungan dengan orangtua atau mertua sudah berbeda dengan
sebelumnya. Bila sebelumnya mereka bebas mengambil apa saja yang
mereka sukai di rumah orangtuanya, setelah dimerdekakan mereka dapat
memperolehnya dengan cara meminta, meminjam, dan membelinya bila
perlu.
Kedudukan rumah tangga baru ini sepenuhnya memiliki peran sendiri
dalam hubungan adat ditengah-tengah kerabatnya. Kedudukan dalam adat
ditentukan oleh kelompok kerabat yang di sebut Dalihan Na Tolu.
Kedudukan suami sebagai kepala rumah tanggal adalah yang tertinggi,
tetapi dalam mengambil keputusan harus dimusyawarahkan bersama istri
yang disebut Riah Tongah Jabu
3. Nilai-nilai dan Startegi Koping
System kepercayaan kuno di daerah Batak Toba dan Karo yang masih
dianut

oleh

sebagian

penduduk

sampai

sekarang

berpangkal

darikepercayaan tentang adanya pencipta dan ciptaannya. Pembagian alam


atas tiga bagian dunia tentang roh, dan makhluk-makhluk halus lainnya,

ramalan, korban, dan kepercayaan tersebut dapat disimpulkan menjadi tiga


bagian, yaitu:
a. Dunia dewa-dewa pencipta ((kosmologi dan kosmogoni),
b. Konsepsi tentang roh, dan
c. Kepercayaan tentang hantu, begu, atau jin.
Menurut kepercayaan animisme Batak, dunia terbagi atas tiga bagian
yakni dunia atau benua (benua toru, benua tonga, dan benua ginjang)
atau benua bawah, benua tengah, benua atas. Benua atas memiliki tujuh
lapisan dan disinilah rumah dewa-dewa serta keluarga bengu dan jin.
Ketiga pembagian ini sebenarnya tidak mutlak karena di benua tengah
juga begu. Tuhan yang tertinggi bagi suku Batak adalah Mula Jadi Na
Balon, yakni pemula dari segalanya atau diolah menjadi pemula sendiri.
Akan tetapi, setelah Belanda dating di daerah Toba, mayoritas masyarakat
Batak beragama Kristen dan sebagian beragama islam meskipun sampai
sekarang masih ada yang menganut kepercayaan nenek moyangnya.
Pada masyarakat Batak yang patrilineal, anak perempuan tidak berhak
menjadi ahli waris. Sebagai imbalan, anak perempuan wajib disekolahkan,
diberi uang belanja, dan dikawinkan oleh orangtuanya apabila telah ditemu
jodohnya.

Perempuan

tidak

berhak

mewarisi,

tetapi

sebaliknya,

mempunyai hak untuk dirawat, disekolahkan, dan dikawinkan. Hal ini


merupakan system yang bersesuaian. Bila yang satu diubah, yang lainnya
harus diubah pula. Sebagai contoh, bila si perempuan berhak mewarisi,
kewajiban membelanjai harus ditiadakan.
Kebelakangan ini ada kecenderungan untuk memberi sesuatu kepada
anak perempuan seperti dalam istilah Batak Pauseang. Hal tersebut tidak
ditafsirkan sebagai warisan. Pemberian ini dianggap sebagai tanda kasih
sayang, bukan warisan. Nilai-nilai dan strategi koping yang digunakan
oleh masyarakat Batak adalah sebagai berikut.
a. Menghormati yang lebih tua
b. Memecahkan masalah dengan musyawarah
c. Suami sebagai kepala rumah tangga, tetapi dalam mengambil
keputusan
anaknya.

harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan istri dan

D. ASPEK BUDAYA
1. Nilai Budaya
a. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari
jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling
menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima
gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan
gadis disebut Boru.
b. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu
banyak, dan yang baik-baik.
c. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek
spiritual dan meterial.
d. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam
menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan
sebuah janji.
e. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas
tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
f. Marsisaria
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling
membantu.
Aspek kehidupan orang batak dikelompokkan dalam Sembilan nilai
budaya sebagai berikut.
a. Kekerabatan mencakup hubungan suku dan kasih sayang berdasarkan
hubungan darang dan kerukunan.
b. Religi mencakup kehidupan keagamaan, baik agama warisan nenek
moyang maupun agama yang dating dari luar, yang mengatur
hubungan dengan Maha Pencipta serta hubungan antara manusia dan
lingkingan.
c. Hagabean mencakup lengkapnya putra-putri, banyaknya jumlah
d.
e.
f.
g.

keturunan, dan panjangnya umur.


Kehormatan mencakup kemuliaan, wibawa, dan karisma.
Kemajuan diraih dengan jalan merantau dan menuntut ilmu.
Norma dan hokum.
Kekayaan lahir batin.

h. Pengayoman.
i. Konflik
menyangkut

perjuangan

mempertahankan

dan

memperjuangkan keseimbangan aspek di atas.


2. Unsur Budaya
a. Bahasa
Rumpun bahasa Batak adalah sekelompok bahasa yang dituturkan di
Sumatera Utara. Kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok yang
dijuluki Northwest Sumatra-Barrier Islands dalam rumpun bahasa
Melayu-Polinesia. Bahasa Batak mempunyai aksara bernama Surat
Batak
b. Pengetahuan
Arti sakit bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang
hanya berbaring , dan penyembuhannya melalui cara cara
tradisional , atau ada juga yang membawa orang yang sakit tersebut
kepada dukun atau orang pintar . Dalam kehidupan sehari hari
orang batak , segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman
dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada
sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.
Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa
tipe spesifik penyakit supernatural , yaitu :
1) Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah
melakukan perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara
mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan
mengoleskan air sirih
2) Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga
membuat

orang

tersebut

sakit.

Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama


yang lain , yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan
adat bersama keluarga.
3) Ada juga orang batak sakit karena tarhirim
Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat
anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena janji tersebut
tidak ditepati , si anak bisa menjadi sakit.

4) Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang


tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan
diasingkan dalam pergaulan masyarakat.
Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya kitab
pengobatan yang isinya diantaranya adalah , Mulajadi Namolon
Tuhan Yang Maha Esa bersabda : Segala sesuatu yang tumbuh di atas
bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing masing di dalam
kehidupan sehari hari , sebab tidak semua manusia yang dapat
menyatukan darahku dengan darahnya , maka gunakan tumbuhan ini
untuk kehidupan
c. Teknologi
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada ,
mulai sejak dalam kandungan sampai melahirkan.
1) Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan
a) Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir
telur ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan
b) Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri , jeruk purut
dan daun sirih
c) Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri , biji lada putih
dan iris jorango
d) Perawatan dugu dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat
melahirkan yang diresap dari bangun bangun , daging ayam ,
kemiri dan kelapa.
2) Dappol Siburuk (obat urut dan tulang)
Asal mula manusia menurut orang batak adalah dari ayam dan burung.
Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang
mana langsung di praktikkan dengan penelitian alami dan hamper
seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam
kehidupan sehari hari.
3) Untuk mengobati sakit mata.
Menurut orang batak , mata adalah satu panca indra sekaligus penentu
dalam kehidupan manusia , dan menurut legenda pada mata manusia
berdiam Roh Raja Simosimin , Berdasarkan pesan dari si raja batak ,
untuk mengeluarkan penyakit dari mata , maukkanlah biji sirintak ke
dalam mata yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah
beberapa saat , karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang

ada di dalam mata . Gunakan waktu 1x 19 hari , supaya mata tetap


sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia
berarti mencabut ( mengeluarkan ) , nama ramuannya dengan sdama
tujuannnya.
4) Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk
Berdasarkan pesan siraja batak untuk mengobati orang yang
berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mulajadi ( sesuatu yang
berasal dari asap dapur ). Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air
hangat..
d. Oganisasi Sosial
1) Perkawinan
Perkawinan orang batak adalah eksogami marga, yaitu mengambil si
gadis dari luar marga. Menikah dengan orang semarga dilarang, tetapi
menikah denga anak perempuan saudara laki-laki ibu, marboru
tondong/tulang(Simalungun), marboru tulang(batak Toba), anak
beru(Karo) justru dianjurkan, atau dianggap perkawinan yang ideal.
Perkawinan menurut patrilineal-eksogen menimbulkan beberapa
ketentuan dan akibat sebagai berikut.
a) Harus ada sedikitnya tiga marga/klan
b) Timbul perbedaan status atau kedudukan pihak pemberi gadis,
tondong(Simalungun),
Mora(Tapanuli

Selatan),

hula-hula(Toba),
dengan

penerima

Kalibubu(Karo),
gadis,

anak

boru(simalungun), anak boru(Toba), anak beru(Karo),dan anak


Boru (Tapanuli Selatan)
2) Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan
yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta
didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat
yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri
dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya
nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih
berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya
sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka
dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu

disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak


didasarkan pada empat prinsip yaitu :
a) perbedaan tigkat umur,
b) perbedaan pangkat dan jabatan,
c) perbedaan sifat keaslian dan,
d) status kawin.
e. Mata Pencarian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan
ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap
kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain
tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Perternakan
juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan
kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan
dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan
juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu,
temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.
f. Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak
selatan. Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya
meliputi batak utara. Walaupun demikian banyak sekali masyarakat batak
didaerah pedesaan yang masih mempertahankan konsep asli religi
penduduk batak.
Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya
diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas
langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan
kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan
merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai
penguasa dunia mahluk halus.
g. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas
(bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil
kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu
ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara
kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan
upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang
diwariskan nenek moyang.

h. Hukum
Patik dohot uhum, aturan dan hukum. Nilai patik dohot dan uhum
merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya
menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan
dunia orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi
pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman
purba.

Sehingga

mereka

mahir

dalam

berbicara

dan

berjuang

memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan


hukum di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar
pendekar-pendekar hukum, baik sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.
i. Konflik
Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan yang ada pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari
perbedaan mentalitas kedua sub suku Batak ini. Sumber konflik terutama
ialah kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-Mandailing.
Sedang pada orang Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan
meraih hasil nilai budaya lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak
mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba.
j. Makanan
Keluarga Batak memiliki beragam jenis makanan khas yang dihidangkan
pada waktu-waktu tertentu. Masyarakat Batak selalu berusaha untuk
makan bersama. Apabila masih ada anggota keluarga yang belum dating,
mereka bersama. Apabila masih ada anggota keluarga yang belum dating,
mereka akan menunggu untuk makan bersama. Sebelum mengadakan
suatu perkumpulan, mereka harus menyiapkan sesaji berupa indahan(nasi),
pirai ni minuk(telur ayam kampong), sitompion(sagu), lampet(tepung
beras,

kelapa,dan

gambiri(kemiri),

gula

dibungkus

daun

ansimun(mentimun),

pisang

lalu

direbus),

itak

gur-gur(tepung

beras,kelapa,gula dikepel tanpa direbus), parbue(beras),pisang dan aek


sitio-tio(air putih). Sesaji ini diletakkan dalam mombang(sejenis tampah
yang terbuat dari pelepah dan daun enau atau kelapa), kemudian diberi
asap bakaran kemenyan untuk mengiringi tonggo.
Ada salah satu budaya yang tidak bisa lepas dari suku batak yaitu
mengkonsumsi ikan asin. Mayoritas orang Batak sangat suka makan ikan

asin. Terutama yang tinggal di Bonapasogit, semboyannya adalah : tiada


hari tanpa ikan asin. Ikan asin sudah berjasa besar mengentaskan jutaan
orang Batak dari kemiskinan; mencetak sejumlah jenderal, menteri,
pejabat tinggi, pengusaha besar, dan menghasilkan sejuta sarjana. Jika
mengikuti

acuan

budaya

pop,

adalah gulamo ataugambas (ikan

ikon

masyarakat

asin);

Batak

terutama

modern

jenis kapala

batu atau hase-hase.


Mayoritas orang Batak sangat suka makan ikan asin. Terutama yang
tinggal di Bonapasogit, semboyannya adalah : tiada hari tanpa ikan asin.
Ikan asin sudah berjasa besar mengentaskan jutaan orang Batak dari
kemiskinan; mencetak sejumlah jenderal, menteri, pejabat tinggi,
pengusaha besar, dan menghasilkan sejuta sarjana. Jika mengikuti acuan
budaya

pop,

ikon

adalah gulamo ataugambas (ikan

masyarakat
asin);

Batak
terutama

modern
jenis kapala

batu atau hase-hase. Namun di balik jasa besarnya itu, ternyata ikan asin
merupakan faktor kedua yang membuat orang Batak rentan terhadap
kanker hidung. Penyakit yang dapat ditimbulkan dari budaya suku batak
yang mengkonsumsi ikan asin adalah Kanker nasofaring ( KNF ). Hal ini
disebabkan karena, secara genetis orang Batak punya keunikan atau
kelebihan dibanding etnis lain. Orang Batak memiliki gen HLADRB 108,
yang tidak dipunyai oleh orang Jawa, Melayu, Minang dan suku-suku lain.
Hanya orang-orang di Cina Selatan yang punya kesamaan dengan orang
Batak dalam perkara genetis ini. Dan lantaran memiliki gen yang namanya
sulit diucapkan itu, orang Batak sangat disukai oleh Karsinoma
Nasofaring. Nama yang terdengar eksotis dan biasa disingkat KNF ini
adalah, ternyata, nama panggung si kanker hidung.
Selain karena gen HLADRB 108, hal yang menyebabkan ikan asin
menjadi penyebab KNF adalah di dalam ikan asin terdapat kandungan
yang dapat memicu virus dalam tubuh sehingga kekebalan tubuh akan
menurun. Berdasarkan penelitian, kemungkinan adanya nitrosamin pada
ikan asin karena dalam proses pengeringan dijemur di bawah terik
matahari. Diduga, sinar ultraviolet dari matahari yang membentuk
nitrosamin pada ikan asin.

B. Praktik Kesehatan Keluarga


Kepercyaan kuno batak adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan
dengan melakukan pemasukan roh kedalam tubuh seseorang sehingga roh itu
dapat berkata-kata. Orang yang menjadi perantara disebut shaman. Shaman
bagi orang batak disebut si baso yang berarti kata. Pada umumnya, si
baso ini adalah dukun wanita. Ketika baso ini berkatat-kata, bahasanya
harus ditafsirkan secara khas. Pembicaraan inilah yang dipercayai akan
menjadi petunjuk bagi orang untuk pengobatan dan ramalan. Selain Baso, ada
juga yang memegang peranan penting yaitu Datu,biasanya seorang pria.
Berlainan dengan baso,datu didalam kegiatanya tidak menjadi medium,
melainkan langsung berbicara dengan roh. Datu bertugas mengobati orang
sakit sehingga dalam tugas ini datu tidak saja mengetahui white magic, tetapi
juga mengetahui black magic atau magis jahat. Tugas lain dari datu adalah
memimpin upacara pesta sajian besar dan menjadi pawing hujan.
Menurut kepercayaan orang batak, apabila seseorang sakit, tondi atau
tendi si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi
itu pergi, orang tersebut jatuh sakit. Agar orang yang sakit dapat sembuh,
tendinya harus dipanggil agar masuk kembali ketubuh orang yang sakit itu
(tondi mulak tu badan). Mediator untuk memanggil tondi tersebut adalah baso
atau datu. Kalau tondi itu setelah beruang-ulang dipanggil tidak mau pulang
juga, berarti orang sakit tersebut tidak ada harapan lagi untuk hidup.
Disamping itu , siraja batak berpesan kepada keturunannya , supaya manusia
dapat hidup sehat , maka makanlah atau minumlah : apapaga , airman , anggir
, adolorab , alinggo , abajora , ambaluang , assigning , dan arip arip. Dalam
budaya batak juga dikenal dengan adanya charisma , wibawa dan kesehatan
menurut orang batak dahulu , supaya manusia dapat sukses dalam segala hal
biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah , ayam putih ,
ayam hitam , ketan beras (nitak) , jeruk purut , sirih beserta perlengkapannya.
Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang
batak adalah :
1. Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok , maka cara
pengobatannya dengan menggunakan belau.

2. Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam )


biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan
selimut / kain yang tebal
C. Budaya Sakit Batak Toba
Dalam budaya batak, Raja Batak Tidak mengijinkan mereka berobat
kedokter, melainkan berobat kepada seorang namalo (datu/dukun), datu
adalah orang yang memiliki kemampuan tertinggi dalam mengobati. Dalam
budaya batak toba dukun atau datu terbagi 2 yaitu sebagai berikut : Datu
Bolon

(laki-laki),

dan

sibaso

(perempuan).

Menurut

Hughes

(Fosterr/Anderson, 2009 : 6) hal pengobatan tradisional Batak Toba ini


merupakan etnomedisin, yaitu kepercayaan dan praktek-praktek yang
berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan
kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual.
Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe
spesifik penyakit supernatural, yaitu :
1. Mata bengkak
Jika mata seseorang bengkak atau bil-bilon biasa suku batak
mengucapkannya ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang
tidak baik ( mis : mengintip ). Cara mengatasinya agar matanya tersebut
sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih atau mencabut bulu mata
yang dekat denagn posisi mata yang bengkak.
Cara Mengobati Sakit Mata dalam Budaya Batak Toba. Menurut
orang batak, mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam
kehidupan manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh
Raja Simosimin. Berdasarkan pesan dari si raja batak, untuk mengeluarkan
penyakit dari mata, masukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit .
Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak
akan menarik seluruh penyakit yang ada di dalam mata. Gunakan waktu
1x 19 hari, supaya mata tetap sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang
dalam bahasa Indonesia berarti mencabut ( mengeluarkan ), nama
ramuannya sama dengan tujuannnya. Atau dengan mengoleskan air sirih
atau mencabut bulu mata yang dekat dengan posisi mata yang bengkak.
Disamping itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya,
supaya manusia dapat hidup sehat, maka makanlah atau minumlah :

apapaga, airman, anggir, adolorab, alinggo, abajora, ambaluang, assigning,


dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya charisma,
wibawa dan kesehatan menurut orang batak dahulu, supaya manusia dapat
sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa :
ayam merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras ( nitak ), jeruk purut,
sirih beserta perlengkapannya.
2. Nama yang tidak cocok
Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga
membuat orang tersebut sakit.Cara mengobatinya dengan mengganti nama
tersebut dengan nama yang lain , yang lebih cocok dan didoakan serta
diadakan jamuan adat bersama keluarga.
3. Tahirim
Ada juga orang batak sakit karena tarhirim. Misalnya: seorang
bapak menjanjikan akan memberi mainan buat anaknya, tetapi janji
tersebut tidak ditepati. Karena janji tersebut tidak ditepati, si anak bisa
menjadi sakit. Dan cara pengobatannya ialah dengan menepati janji
tersebut.
4. Kusta
Jika ada orang batak menderita penyakit kusta, maka orang
tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan
diasingkan dalam pergaulan masyarakat. Di samping itu, dalam budaya
batak dikenal adanya kitab pengobatan yang isinya diantaranya adalah,
Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda : Segala sesuatu yang
tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing-masing
di dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapat
menyatukan darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk
kehidupanmu
5. Mali Tondi
Mali tondi ialah sesuatu keadaan yang dapat dikatakan salah satu
penyakit.misalnya : seorang anak yang ditinggalkan ibunya, seseorang
yang mengalami kecelakan tetapi selamat. Mali tondi dapat diobati dengan
cara mangupa-upa anak tersebut dengan memberinya makanan dengan
telur dan menabur beras ke kepalanya dengan menyebutkan mulak tondi tu
badan yang artinya mengembalikan ruh kembali kepada orang tersebut.
6. Dappol Siburuk

Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang ). Asal mula manusia menurut orang
batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini dulunya
berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan dengan
penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan
obat ini dalam kehidupan sehari-hari.
D. Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Sumatra
1. Budaya menguntungkan
a. Budaya Aceh
Masyarakat Aceh mempunyai suatu budaya perawatan selama
masa nifas tertentu yang sangat dipercaya. Nifas sendiri merupakan
periode waktu selama 6 sampai 8 minggu setelah persalinan dimana
semua alat-alat reproduksi akan kembali lagi seperti keadaan sebelum
hamil. Biasanya satu hari setelah para ibu melakukan persalinan di
klinik, mereka akan pulang ke rumah kemudian besoknya mandi
dengan air hangat untuk mencegah masuk angin. Setelah itu
diletakkan pilis di dahi, param di badan, tapal di perut, dan betadin di
tempat kemaluan agar tidak terjadi infeksi, lalu memakai gurita.
Mereka juga meminum jamu yang dibuat sendiri secara tradisonal
dengan bahan-bahan alami, seperti kunyit yang ditumbuk lalu diperas
dan diminum. Jamu ini dipercaya dapat membuat darah nifas lebih
cepat mengering dan juga tidak bau badan. Terkadang mereka juga
memakan tape untuk menghangatkan tubuh mereka dan sebagai
sumber tenaga karena mengandung alkohol dan karbohidrat.
b. Budaya Sumatera Barat
Suku Minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di
Indonesia yang berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Suku ini
merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai.
Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang
sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek
moyang. Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan

ibu postpartum menurut budaya Minang meliputi minum telur dan


kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan
batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di
atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, dan
membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.
c. Budaya Lampung
Cara makan budaya Lampung yaitu Midang, yang artinya makan
ramai-ramai secara lesehan, biasa dilakukan saat pesta adat atau
kehidupan sehari-hari, dan bertujuan untuk mengumpulkan seluruh
anggota keluarga. Makanan yang disajikan biasanya ikan yang dibakar
atau digoreng, lalapan, tempoyak, sambal seruit (pepadun/pedalaman),
pekhos

(saibatin/pesisir).

Hidangan

tersebut

dipercaya

dapat

menambah nafsu makan seseorang. Sambal pekhos yaitu sambal


mentah, yang terbuat dari cabe, tomat, terasi, bawang merah, bawang
putih, garam, biasanya diberi jeruk sambal.
2. Budaya yang Merugikan
a. Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir di masyarakat Kerinci,
Sumatera Barat
Ada suatu kebiasaan yang ada pada masyarakat daerah ini yang
kurang baik untuk nutrisi bayi, yaitu ibu bayi tidak langsung
memberikan ASInya pada bayi tapi ibu bayi membuang ASI yang
pertama kali keluar. Padahal ASI yang pertama kali keluar
mangandung colostrums yang sangat berperan dalam kekebalan tubuh
bayi. Masyarakat ini menganggap colostrums sebagai ASI yang sudah
rusak karena warnanya yang kekuningan. Selain itu, colostrums juga
dianggap dapat menyebakan diare, muntah, dan masuk angin pada
bayi.

Anda mungkin juga menyukai