fisik,
mental
dan
sosial
dan
di
dalamnya
kesehatan
jiwa
menyebabkan
aktivitas
kerja/kegiatannya
terganggu.
Walaupun
seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia
tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak
sakit.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultan dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun
masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk,
genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai
psycho socio somatic health well being, merupakan dari empat faktor yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap
mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan
daripada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang
penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio-kultural.
Dalam
bahasa
Inggris
dikenal
kata
disease
dan
illness
roh
jahat),
atau
makhluk
manusia
(tukang
sihir,
tukang
sisanya
beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga
menganut
Sipelebegu
atau
Parbegu),
walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan.
C. Aspek Psikososial
1. Perbedaan kelas social
Stratifikasi social orang Batak di dalam kehidupan sehari-hari mungkin
tidak terlihat jelas. Strafikasi social orang Batak dibedakan berdasarkan
tiga prinsip berikut.
a. Perbedaan usia
b. Perbedaan pangkat dan jabatan
c. Perbedaan sifat keaslian
Pelapisan social berdasarkan perbedaan usia terlihat dalam hubungan
adat yang ada dalam masyarakat. Dalam hubungan masalah-masalah adat,
hanya orang-orang tua yang ikut serta, sedangkan orang-orang muda tidak
ikut campur. Bahkan, dalam masalah warisan, anak-anak akan diwakilkan
oleh orangtuanya. Setelah anak tersebut dewasa, hak tersebut baru
dikembalikan kepadanya. Dalam persoalan pekerjaan adat, tetapi anakanak tidak mempunyai pekerjaan apa pun.
System pelapisan social berdasarkan pangkat dan jabatan terlihat
dalam kehidupan sehari-hari. Dahulu keturunan bangsawan selalu
diutamakan kedudukan dan peranannya dalam masyarakat. Mereka
diutamkan dalam adat, pembagian daging atau jambar, dan tempat
duduknya di tengah-tengah pertemuan apa pun. Pada dasarnya, orangorang bangsawanlah yang menentukan segala persoalan kemasyarakatan
dalam adat. Tingkatan kedudukan yang teratas ini pada masyarakat
Simalungun disebut partongah atau puang. Pada masyarakat
oleh
sebagian
penduduk
sampai
sekarang
berpangkal
Perempuan
tidak
berhak
mewarisi,
tetapi
sebaliknya,
D. ASPEK BUDAYA
1. Nilai Budaya
a. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam
pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari
jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling
menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima
gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan
gadis disebut Boru.
b. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu
banyak, dan yang baik-baik.
c. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek
spiritual dan meterial.
d. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam
menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan
sebuah janji.
e. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas
tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
f. Marsisaria
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling
membantu.
Aspek kehidupan orang batak dikelompokkan dalam Sembilan nilai
budaya sebagai berikut.
a. Kekerabatan mencakup hubungan suku dan kasih sayang berdasarkan
hubungan darang dan kerukunan.
b. Religi mencakup kehidupan keagamaan, baik agama warisan nenek
moyang maupun agama yang dating dari luar, yang mengatur
hubungan dengan Maha Pencipta serta hubungan antara manusia dan
lingkingan.
c. Hagabean mencakup lengkapnya putra-putri, banyaknya jumlah
d.
e.
f.
g.
h. Pengayoman.
i. Konflik
menyangkut
perjuangan
mempertahankan
dan
orang
tersebut
sakit.
Selatan),
hula-hula(Toba),
dengan
penerima
Kalibubu(Karo),
gadis,
anak
h. Hukum
Patik dohot uhum, aturan dan hukum. Nilai patik dohot dan uhum
merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang Batak. Budaya
menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan
dunia orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi
pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman
purba.
Sehingga
mereka
mahir
dalam
berbicara
dan
berjuang
kelapa,dan
gambiri(kemiri),
gula
dibungkus
daun
ansimun(mentimun),
pisang
lalu
direbus),
itak
gur-gur(tepung
acuan
budaya
pop,
ikon
masyarakat
asin);
Batak
terutama
modern
jenis kapala
pop,
ikon
masyarakat
asin);
Batak
terutama
modern
jenis kapala
batu atau hase-hase. Namun di balik jasa besarnya itu, ternyata ikan asin
merupakan faktor kedua yang membuat orang Batak rentan terhadap
kanker hidung. Penyakit yang dapat ditimbulkan dari budaya suku batak
yang mengkonsumsi ikan asin adalah Kanker nasofaring ( KNF ). Hal ini
disebabkan karena, secara genetis orang Batak punya keunikan atau
kelebihan dibanding etnis lain. Orang Batak memiliki gen HLADRB 108,
yang tidak dipunyai oleh orang Jawa, Melayu, Minang dan suku-suku lain.
Hanya orang-orang di Cina Selatan yang punya kesamaan dengan orang
Batak dalam perkara genetis ini. Dan lantaran memiliki gen yang namanya
sulit diucapkan itu, orang Batak sangat disukai oleh Karsinoma
Nasofaring. Nama yang terdengar eksotis dan biasa disingkat KNF ini
adalah, ternyata, nama panggung si kanker hidung.
Selain karena gen HLADRB 108, hal yang menyebabkan ikan asin
menjadi penyebab KNF adalah di dalam ikan asin terdapat kandungan
yang dapat memicu virus dalam tubuh sehingga kekebalan tubuh akan
menurun. Berdasarkan penelitian, kemungkinan adanya nitrosamin pada
ikan asin karena dalam proses pengeringan dijemur di bawah terik
matahari. Diduga, sinar ultraviolet dari matahari yang membentuk
nitrosamin pada ikan asin.
(laki-laki),
dan
sibaso
(perempuan).
Menurut
Hughes
Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang ). Asal mula manusia menurut orang
batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini dulunya
berasal dari burung siburuk yang mana langsung di praktikkan dengan
penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan
obat ini dalam kehidupan sehari-hari.
D. Budaya Penanganan Nutrisi dan Diet di Sumatra
1. Budaya menguntungkan
a. Budaya Aceh
Masyarakat Aceh mempunyai suatu budaya perawatan selama
masa nifas tertentu yang sangat dipercaya. Nifas sendiri merupakan
periode waktu selama 6 sampai 8 minggu setelah persalinan dimana
semua alat-alat reproduksi akan kembali lagi seperti keadaan sebelum
hamil. Biasanya satu hari setelah para ibu melakukan persalinan di
klinik, mereka akan pulang ke rumah kemudian besoknya mandi
dengan air hangat untuk mencegah masuk angin. Setelah itu
diletakkan pilis di dahi, param di badan, tapal di perut, dan betadin di
tempat kemaluan agar tidak terjadi infeksi, lalu memakai gurita.
Mereka juga meminum jamu yang dibuat sendiri secara tradisonal
dengan bahan-bahan alami, seperti kunyit yang ditumbuk lalu diperas
dan diminum. Jamu ini dipercaya dapat membuat darah nifas lebih
cepat mengering dan juga tidak bau badan. Terkadang mereka juga
memakan tape untuk menghangatkan tubuh mereka dan sebagai
sumber tenaga karena mengandung alkohol dan karbohidrat.
b. Budaya Sumatera Barat
Suku Minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di
Indonesia yang berasal dari Propinsi Sumatera Barat. Suku ini
merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai.
Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang
sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek
moyang. Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan
(saibatin/pesisir).
Hidangan
tersebut
dipercaya
dapat