Anda di halaman 1dari 26

APLIKASI KEPERAWATAN

TRANSKULTURAL DALAM
KEPERAWATAN
Roswita Hasan SKp, MKep

Roswita Hasan SKp, MKep


PENDAHULUAN
Orang Indonesia berdasarkan kajian-kajian etnografi
mempunyai keanekaragaman kebudayaan yang terdiri dari
berbagai suku bangsa.
Tidak hanya saja pada keanekaragaman kebudayaan tetapi
dalam semua unsur kebudayaan mempunyai keaneka
ragaman yang berbeda satu sama lainnya
Keaneka ragaman dalam kebudayaan baik dalam unsur
mata pencaharian ekologi,  kepercayaan/religi, organisasi
sosial, dan lainnya secara langsung memberikan pengaruh
terhadap kesehatan
Kajian etnografi ini akan memberikan ilustrasi tentang
bagaimana kebudayaan, kesehatan berdasarkan perspektif
antropologi, dapat memberikan pemahaman kesehatan
secara kultural.
KONSEP SEHAT BERDASARKAN ASPEK
BUDAYA (Linda Ewles & Ina Simmet (1992)
1. Konsep sehat dilihat dari segi jasmani yaitu dimensi
sehat yang paling nyata karena perhatiannya pada
fungsi mekanistik tubuh;
2. Konsep sehat dilihat dari segi mental, yaitu kemampuan
berpikir dengan jernih dan koheren. Istilah mental
dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada
hubungan yang dekat diantara ketiganya;
3. Konsep sehat dilihat dari segi emosional yaitu
kemampuan untuk mengenal emosi seperti takut,
kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk
mengekspresikan emosi-emosi secara cepat;
KONSEP SEHAT BERDASARKAN ASPEK
BUDAYA (Linda Ewles & Ina Simmet (1992)
4. Konsep sehat dilihat dari segi sosial berarti kemampuan
untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan
orang lain;
5. Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual yaitu berkaitan
dengan kepercayaan danpraktek keagamaan, berkaitan
dengan perbuatan baik, secara pribadi, prinsip-
prinsiptingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan
merasa damai dalam kesendirian;
6. Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan
dengan kesehatan pada tingkat individual yang terjadi
karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya
yang melingkupi individu tersebut.
 Setiap komunitas dengan konsep kebudayaan mereka,
mempunyai pandangan yang berbeda dalam menanggapi
konsep sehat disebabkan karena:
◦ Pengetahuan yang berbeda terhadap konsep sehat,
walaupun secara nyata akan terlihat bahwa seseorang
secara etik dinyatakan tidak sehat, tetapi masih dapat
melakukan aktivitas sosial lainnya.
◦ Seseorang dapat menentukan kondisi kesehatannya baik
(sehat) bilamana ia tidak merasakan terjadinya suatu
kelainan fisik maupun psikis Walaupun menyadari akan
adanya kelainan tetapi tidak dipersepsikan sebagai
kelainan yang memerlukan perhatian medis secara
khusus, atau kelainan ini tidak dianggap sebagai suatu
penyakit.
◦ Dasar utama penetuan tersebut adalah karena mereka
tetap dapat menjalankan peranan-peranan sosialnya
setiap hari seperti biasa.
BAGAIMANA MANUSIA
MENGARTIKAN KONSEP SAKIT
BERDASARKAN ASPEK BUDAYA
Sakit dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan
pengetahuan secara ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan
pengetahuan secara budaya dari masing-masing penyandang
kebudayaannya. Hal ini berarti dapat dilihat berdasarkan
pemahaman secara “etik” dan “etnik”.
◦Secara ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan
fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi
infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu bersifat
obyektif.
◦Sebaliknya sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap
pengalaman menderita suatu penyakit (Sarwono, 1993:31).
◦Fenomena subyektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak
Di negara maju kebanyakan orang mengidap hypo-
chondriacal, ini disebabkan karena kesadaran kesehatan
sangat tinggi dan takut terkena penyakit sehingga jika
dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka akan
langsung ke dokter, padahal tidak terdapat gangguan fisik
yang nyata.
Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak ditemukan di
negara maju daripada kalangan masyarakat tradisional.
masyarakat tradisional memandang seseorang sebagai sakit,
jika orang itu kehilangan nafsu makannya atau gairah
kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari
secara optimal atau kehilangan kekuatannya sehingga harus
tinggal di tempat tidur (Sudarti, 1988).
KONSEP PENYAKIT PADA
MASYARAKAT TRADISIONAL
Foster dan Anderson 1986
1. Personalistik, munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk
supranatural (mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia
(hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk manusia (tukang
sihir, tukang tenung).
2. Naturalistik, penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah yang
sistematik dan bukan pribadi. Naturalistik mengakui adanya suatu
model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap
dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam
keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam
lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya, apabila keseimbangan
terganggu, maka hasilnya adalah penyakit (1986;63-70)
STANDAR SEHAT?
 Seorang usia lanjut dapat mengatakan bahwa ia dalam
keadaan sehat apabila rasa sakitnya berkurang dan sudah
bisa melakukan aktifitas serhari hari
 Kenayakan orang menilai kesehatannya secara subyektif,
sesuai dengan norma dan harapan-harapannya.
 Inilah salah satu alasan mengapa upaya untuk mengukur
kesehatan adalah sangat sulit.
 Gagasan orang tentang “sehat” dan merasa sehat adalah
sangat bervariasi.
 Gagasan gagasan itu dibentuk oleh pengalaman,
pengetahuan, nilai, norma dan harapan harapan.
Tujuan penggunaan
keperawatan
transkultural
 adalah untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang
humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal
 Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma
spesifik yang dimiliki oleh kelompok klien.
 Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang
diyakini dan dilakukan hampir semua kultur yang dapat membuat
tubuh sehat
(leininger, 2002).
PARADIGMA
KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-
nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan
yaitu :
◦ manusia,
◦ sehat,
◦ lingkungan
◦ keperawatan
1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang


memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan
berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan.
Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien


dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan
sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit
yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. LINGKUNGAN
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan
budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
◦ Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia
seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak
pernah ada matahari sepanjang tahun.
◦ Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
◦ Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian


kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu
sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan(Leininger, 1991) adalah :
◦ Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
◦ Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
◦ Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
PROSES
KEPERAWATANTRANSKULTU
RAL

Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan


asuhan keperawatan dalam konteks budaya menyatakan
bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew andBoyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap:
◦ pengkajian,
◦ diagnosa keperawatan,
◦ perencanaan,
◦ pelaksanaan dan evaluasi.
PENGKAJIAN
1. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and
philosophical factors).
◦ agama yang dianut, status pernikahan,
◦ cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,
◦ cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
2. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors). Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-
faktor :
◦ nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal
lahir,
◦ jenis kelamin, status, tipe keluarga,
◦ pengambilan keputusan dalam keluarga,
◦ dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors). Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors) Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah :
• tingkat pendidikan klien,
• jenis pendidikan
• serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar


belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi
melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
◦ Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur.
◦ Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural.
◦ Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini.
PERENCANAAN DAN
PELAKSANAAN
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan
trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat
dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien (GigerandDavidhizar,
1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew andBoyle, 1995) yaitu :
◦ Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan,
◦ Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan
◦ Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
MERUBAH BUDAYA KLIEN BILA BUDAYA YANG DIMILIKI
KLIEN BERTENTANGAN DENGAN KESEHATAN.

Cultural care preservation/maintenance:


1.Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan
dan perawatan bayi
2.Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3.Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
Cultural care accomodation/negotiation
Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
1..
2. 
Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.

Cultural care repartening/reconstruction


1.Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan
dan melaksanakannya.
2.Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3.Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4.Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang
dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
5.Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
 
EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan
terhadap :
◦ keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya
yang sesuai dengan kesehatan,
◦ mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan
◦ atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki
klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Tren dan Isu
Transkultural Nursing
Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka mempercayai
dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu menangani
sakit yang mereka alami, sebagai contoh budaya Jawa : KEROKAN
FAKTA
Mereka meyakini bahwa dengan kerokan dapat mengeluarkan angin yang ada
didalam tubuh, serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami
dan dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah
dirasakan sebelumnya, hal tersebut banyak dilakukan oleh suku jawa.
Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan muncul dan berada didalam
rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan penangan dari tim kesehatan ada
saja yang melakukan tradisi tersebut,
Telah diketahui akibat dari kerokan yaitu penyebabkan pori-pori kulit semakin
melebar, lalu warna kulit memerah menujukkan adanya pembuluh darah
dibawah permukaan kulit pecah, sehingga menambah arus darah kepermukaan
kulit
KESIMPULAN
Disini kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan praktik
budaya kesehatan tradisional yang dilakuakan.
Budaya merupakan factor yang dapat mempengaruhi
asuhan keperawatan.
Bagaimana asuhan keperawatan diberikan tanpa
menyinggung perasaan klien dan mengkritik tradisi yang
telah ada yang mungkin sulit untuk kita tentang dan ubah.
Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah atau
mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat
mampu melakukan semua tugasnya dalam memenuhi
kebutuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai