Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

MATKUL PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

Nama : Taufik Dwi Andrianto

NIM : 191100414

Prodi : S1-Keperawatan

Semester / TA : 3 / 2020-2021

Dosen Pembimbing : Yafi Sabila Rosyad, S.Kep., Ns. M.Kep

Tanggal : Selasa, 6 Januari 2021

1. Berikan contoh terkait aspek sosial budaya daerah anda dalam pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
- Aspek sosial budaya adalah segala sesuatu yang di ciptakan oleh manusia dengan pemikiran
dan akal budinya serta hati nuraninya dalan kehidupan bermasyarakat serta aspek tersebut
telah melekat dalam diri manusia. Terkait tentang aspek social budaya, di lingkungan saya
sendiri masyarakatnya masih sangat mengargai petugas medis dalam melakukan pelayanan.
Dimana masyarakat mematuhi tahapan demi tahapan yang akan dilakukan oleh tenaga medis
dalam melakukan tindakan.
2. Jelaskan pengertian persepsi sehat sakit!
Pada dasarnya persepsi sehat dan sakit merupakan :
- Sehat, merupakan saat dimana seseorang atau individu mencapai potensi sepenuhnya bisa
melakukan kegiatan kegiatan fisik seperti bekerja, belajar, membaca, dan segala kegiatan
yang berhubungan dengan aktivitas fisik Setelah saya menyebutkan tentang kondisi sehat
berdasarkan standar fisik saja, ada juga persepsi sehat seperti di dalam berbagai aspek lainnya
seperti psikhis, rohani, spiritual maupun mental. Seperti saya ambil contoh di dalam aspek
psikhis misalnya.
Seseorang dikatakan dalam kondisi sehat ( psikhis ) adalah saat dimana
seseorang/individu tersebut dalam keadaan tidak ada stress sama sekali, mampu bekerja tanpa
ada perasaan tekanan/ditekan dan tidak terancam keberadaannya. Selanjutnya persepsi sehat
dalam aspek mental seperti, seseorang/individu tidak mengalami tekanan mental ataupun
gangguan yang menyerang mental seseorang sama sekali, sehingga seseorang yang sehat
dalam mental akan merasa tenang dan nyaman kapanpun dan dimanapun. Selanjutnya yang
terakhir adalah dalam aspek spiritual, dalam hal ini kesehatan dakam spiritual adalah dimana
seseorang sudah sangat mengenali dirinya sendiri sebagai mahluk ciptaan tuhan, seseorang
yang sudah mencapai kesehatan spiritual yang maksimal telah sadar akan dirinya diciptakan
di dunia ini dan bisa dikatakan memiliki hubungan yang dekat dengan sang pencipta.
Konsep sehat sebenarnya merupakan sesuatu yang subjektif, artinya antara satu
individu/orang dengan individu lainnya jelas tidaklah sama, dan tidak dapat diputuskan mana
yang paling benar. Persepsi sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu
lain, antara kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain.
Karenanya konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin,level sakit, tingkat
mobilitas dan interaksi sosial.
- Sakit, merupakan kondisi tubuh sedang tidak dalam keadaan optimal dan tidak bisa
melakukan potensi sepenuhnya, persepsi sakit dalam definisinya hapir sama dengan persepsi
sehat. Dimana dalam kondisi sakit seseorang seringkali mengalami penyakit, gangguan,
syndrome, infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi psikhis dan fisiologis seseorang.
Sehingga kerap kali membuat seseorang tidak bisa melakukan kegiatan fisik seperti bekerja,
olahraga, memasak, dan lainnya.
Sakit menunjukkan dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang
lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak
(unfeeling well) lemah (weakness), pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness).
Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu penyakit dan salah satu
organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan
aktivitas sehari-harinya.

3. Berikan contoh yang Anda ketahui terkait etiologi penyakit berdasarkan budaya!
- Budaya/kultur dengan penyakit, sepertinya sudah menyatu di dalam kehidupan masyarakat.
Kehidupan bermasyarakat banyak yang memandang sebagai etiologi penyakit sebagai hal
yang berbeda dengan etiologi penyakit di dalam dunia medis. Akan tetapi etiologi penyakit
berdasarkan budaya tidaklah beda sepenuhnya dengan apa yang ada di dalam dunia media.
Ambilah contoh :
1. Angin duduk misalnya, di dalam kehidupan masyarakat pasti sering ditemukan
nama penyakit ini, terutama di sekitar masyarakan pedesaan. Di dalam dunia medis
tidak ada penyakit yang dikenal dengan nama “angin duduk” akan tetapi, sebetulnya
penyakit ini sama saja dengan penyakit jantung coroner/gagal jantung, di dalam
dunia medis. Penamaan ini muncul dikarenakan biasanya orang yang terkena
serangan jantung/orang yang meninggal karena gagal jantung sering kali dalam
kondisi duduk bahkan sambil tidur. Sehingga banyak orang yang menyebut nama
penyakit ini dengan nama tersebut.
2. Masuk angin, pada dasarnya masuk angin hanya ditemukan di Indonesia saja, dan
bahkan tidak mungkin ditemukan dinegara manapun. Penamaan ini mungkin
diberikan kepada orang yang mengalami kelelahan, kembung, dan mual mual. Di
dalam dunia medis pun juga bisa di definisikan apa itu penyakit masuk angin. Jika
dilihat dari tanda tandanya penyakit masuk angin sangat mirip dengan kembung,
dimana jika kita mengalami kondisi tubuh drop kita akan merasakan mual, kelelahan,
tidak enak makan dll.

Masih banyak sekali istilah istilah tentang etiologi penyakit dalam masyarakat. Masih
sering ditemukan hingga saat ini tentang etiologi penyakit yang berkembang dan bersatu
dengan budaya di lingkungan masyarakat. Seperti yang saya sebutkan di atas, terkait budaya
masyarakat yang sifatnya turun temurun dan menjadi tradisi, bahwa tidak etiologi penyakit
saja yang memiliki perbedaan nama. Akan tetapi banyak hal hal lain yang juga demikian.
Hal ini muncul karena dipengaruhui oleh latar belakang pendidikan, lingkungan, umur dan
kelompok social

Kita akan menemukan hal tersebut di berbagai tempat, di berbagai daerah hingga di
berbagai negara. Penamaan tentang etiologi penyakit misalnya antar kebudayaan A dengan
kebudayaan B memiliki nama yang berbeda, akan tetapi memiliki hakikat yang sama. Ilmu
pengetahuan juga memiliki peranan yang sangat penting terhadap pandangan budaya
terhadap etiologi penyakit. Jika di suatu tempat memiliki ilmu pengetahuan yang bisa
dibilang modern pasti pengertian tentang etiologi penyakit akan jauh berbeda dengan tempat
yang memiliki latar ilmu pengetahuan tradisional. Sebagai masyarakat yang beradab, marilah
kita pandang hal ini sebagai bentuk keberagaman antar umat manusia saja, jangan terlalu
dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah.

4. Jelaskan dan berikan contoh terkait transcultural nursing!

- Keperawatan transcultural / Transcultural Nursing adalah suatu tindakan asuhan


keperawatan humanism yang memandang manusia yang difokuskan pada perilaku
individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Konsep keperawatan ini ditemukan oleh leininger yang mengatakan bahwa perawat
sangat perlu mengkaji latar belakang budayanya dalam memberi pengkajian dan pelanayan.
Keperawatan transkulturan bertujuan tidak hanya memberi asuhan keperawatan kepada
seseorang saja, akan tetapi jauh melebihi itu. Sebagai perawat yang ,memandang sama semua
manusia/holistic, dalam memberi pelayanan keperawatan seorang perawat harus mengerti
latar belakan budaya pasien yang dirawatnya. Yang diharapkan oleh transcultural nursing
pada substansinya adalah kita (perawat) memposisikan dirinya sama dengan latar belakang
budaya pasiennya. Jika hal itu tercapai maka pasien akan merasa senang dan puas.
Di dalam transcultural nursing, tidak hanya tentang kondisi fisiologis dan psikologisnya
yang dikaji, akan tetapi persepsi sehat sakit, kebiasaan mengonsumsi obat, dan lainnya benar
benar dikaji dan diteliti. Sebagaiman adalam contoh berikut ini :

Pengkajian

1. Faktor Teknologi (Technological Factors)


- Persepsi sehat sakit:
- Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
- Alasan mencari bantuan kesehatan
- Alasan klien memilih pengobatan alternatif
- Persepsi seklien tentang pengunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini

2. Faktor Agama dan falsafah hidup (Religious and phylosophical factors )


- Agama yang dianut
- Status pernikahan
- Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit
- Kebiasaan yang berdampak positif terhadap kesehatan
- Berikhtiar unttuk sembuh tanpa mengenal putus asa

3. Faktor sosial dan keterkaitan kekeluargaan (Khinsip and social factors )


- Nama lengkap:
- Nama panggilan dalam keluarga:
- Umur :
- Tempat dan tanggal lahir:
- Jenis kelamin:
- Status:
- Tipe keluarga
- Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga
- Hubungan klien dengan kepala keluarga
- Kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga
- Kegiatan yang dilakuakan bersama masyarakat: Kerja bakti dll

4. Faktor Nilai-Nilai budaya dan gaya hidup ( Cultural values and lifeways )
- Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga
- Bahasa yang digunakan
- Kebiasaan membersihkan diri
- Kebiasaan makan
- Makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit
- Sarana hiburan yang bisa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari:

5. Faktor ekonomi (Ekonomical factors )


- Pekerjaan klien
- Sumber biaya pengobatan
- Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
- Biaya dari sumber lain, misalnya asuransi
- Sumber ekonomi yang dimanfaatkan oleh klien
- Penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
- Kebiasaan menabung dan jumlahnya dalam sebulan:

6. Faktor pendidikan (Education Factors )


Latar belakang pendidikan klien,meliputi:
- Tingkat pendidikan klien
- Tingkat pendidikan keluarga
- Jenis pendidikan
- Kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali:

7. Pemeriksaan Tanda Tanda Vital Klien


TD: mmHg
N : /menit
RR: /menit
BB: Kg
TB: Cm
IMT:

5. Apa pendapat Anda terkait Kasus VIRAL pasien COVID-19 dengan NAKES di Wisma
Atlet pada minggu lalu? Jelaskan berdasarkan “peran dan perilaku pasien”.

Pendapat saya mengenai kasus di wisma atlet cukup prihatin, di masa pandemic Covid 19 ini
banyak yang masih berduka masih ada sekelompok orang yang melakukan tindakan yang tidak
pantas/amoral. Pelaku tersebut tidak hanya membuat malu nama perawat, akan tetapi sudah
membuat nama perawat di Indonesia buruk di citra global, apalagi banyak media asing yang
mewartakan terkait pemberitaan ini, peristiwa ini sebaiknya menjadi yang terakhir semoga
kedepannya tidak ditemukan lagi kasus yang demikian.

Anda mungkin juga menyukai