Kelompok :3
Anggota Kelompok :
DATA
DEMOGRAFI EPIDEMIOLOGI
Jumlah dan Kepadatan Penduduk kota Angka Kematian
Yogyakarta
Berdasarkan data yang diperoleh dari Angka Kematian Ibu
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Angka Kematian ibu di Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa Tahun 2019 sebesar < dari 102 per 100.000
dalam satu tahun ini terjadi kenaikan kelahiran hidup sedangkan capaian sebesar
jumlah penduduk. 119,8 per 100.000 kelahiran hidup,
Pada tahun 2018 sebanyak 412.726 jiwa menunjukkan bahwa pada 2 tahun terakhir
dan pada tahun 2019 sebanyak 416.041 Angka Kematian Ibu masih cenderung
jiwa sehingga mengalami kenaikan meningkat.
sebanyak 3.315 jiwa. Oleh sebab itu Hal ini disebabkan oleh jumlah ibu hamil
kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tiap tahun mengalami penurunan, namun
juga mengalami kenaikan pada tahun kasus kematian ibu cenderung tetap.
2018 dari 12.703 jiwa/km2 menjadi Penyebab kematian ibu pada Tahun 2019
12.805 jiwa/km2 pada tahun 2019. adalah oedem paru, perdarahan dan gagal
jantung, dimana empat kasus tersebut
a. Jumlah penduduk kota Yogyakarta terjadi pada saat hamil 1 orang 12 dengan
tahun 2015-2019 rentang usia 20–34 tahun, saat bersalin 1
Bila dibandingkan antara laki-laki orang dengan rentang usia ≥ 35 tahun dan
dan perempuan, jumlah penduduk masa nifas 2 orang dengan rentang usia 20-
Kota Yogyakarta dari tahun 2015 34 tahun.
sampai dengan tahun 2019 lebih
banyak yang perempuan, walaupun Angka Kematian Bayi
tidak terpaut banyak. Pada tahun 2019 Angka kematian bayi di Kota Yogyakarta
ini, dari seluruh penduduk, jumlah pada tahun 2019 sebesar 7,18 menurun 2,58
perempuan mencapai 51,20% , dari tahun 2018. Hal ini dipengaruhi oleh
sedangkan jumlah laki-laki hanya menurunnya jumlah kelahiran hidup dari
48,80% yang berarti terdapat selisih 3.620 pada tahun 2018 dan 3338 pada
sebesar 2,41% atau sebanyak 9.936 tahun 2019.
jiwa. Penurunan angka kematian bayi juga
didukung dengan pelayanan kesehatan ibu
b. Jumlah penduduk dan kepadatan dan bayi sesuai standar walaupun secara
penduduk tahun 2015-2019 kualitas belum terpenuhi karena mobilitas
Dengan mengetahui jumlah penduduk ibu dan bayi, meningkatnya layanan ANC
di tiap kelompok umur, dapat yang berkualitas, adanya konseling pra
diketahui seberapa banyak penduduk nikah, kelas ibu dan balita, pemenuhan
yang berpotensi sebagai beban yaitu sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan
penduduk yang belum produktif (usia dan pemenuhan jaminan kesehatan.
0 – 14 tahun) dan penduduk yang
dianggap kurang produktif (65 tahun Angka Kematian Balita
ke atas). Dengan demikian dapat Angka Kematian Balita adalah kematian
dihitung angka ketergantungannya yang terjadi pada bayi / anak usia 0-59
(Dependency Ratio). Selain itu juga bulan ( bayi dan anak balita ). Angka
diketahui seberapa banyak usia kematian balita di kota Yogyakarta
reproduksi (15 – 49 tahun). Dilihat cenderung meningkat. Namun
dari kacamata kesehatan usia kewaspadaan terhadap pelayanan dan
produktif (15 – 64 tahun) dapat lebih penanganan anak balita harus sesuai
mandiri dalam menjaga kesehatannya standar.
dan sebaliknya pada usia yang belum Pada tahun 2019 angka kematian balita di
dan kurang produktif. Kota Yogyakartamengalami kenaikan dari
1,26 per 1.000 kelahiran hidup menjadi
3,00 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian balita disebabkan sepsis,
dehidrasi, kelainan bawaan, meningitis, dan
diare.
Pendidikan Angka Kesakitan
Profil kesehatan tersebut juga Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat
menyajikan data tingkat pendidikan berupa angka insiden maupun angka
masyarakat dan jumlah melek huruf pada prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas
usia >10 tahun. Jumlah penduduk melek menggambarkan kejadian penyakit dalam
huruf di Kota Yogyakarta dilaporkan suatu populasi pada kurun waktu tertentu.
sudah mencapai 100% dari seluruh jumlah Morbiditas juga berperan dalam penilaian
penduduk berusia > 10 tahun. terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Adapun jumlah penduduk berusia 10
tahun ke atas adalah sebanyak 360.172 Penyakit Menular
jiwa, atau 86,57% dari seluruh penduduk.
Apabila dilihat pendidikannya - TB Paru
menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai Angka Prevalensi Tuberkulosis
tingkat pendidikan yang lebih tinggi menggambarkan jumlah pasien baru
dibandingkan dengan perempuan. Jumlah TB semua tipe yang ditemukan dan
penduduk laki-laki yang tamat universitas tercatat diantara 100.000 penduduk.
lebih banyak, sedangkan jumlah Angka prevalensi TB pada tahun 2019
penduduk yang tamat SMA lebih banyak ini meningkat dibandingkan dengan
pada perempuan.
tahun lalu, dari 136,65 per 100.000
penduduk pada tahun 2018 menjadi
sebesar 145,18 per 100.000 penduduk
pada tahun 2019.
Jumlah penemuan kasus baru TB
PWS Kota Yogyakarta meningkat pada
tahun 2019 dibanding tahun 2018.
Penemuan kasus baru TB pada tahun
2018 sebanyak 564 kasus dan pada
tahun 2019 meningkat menjadi 604
kasus. Data kasus berasal dari 18
Puskesmas, 12 Rumah Sakit yang ada
di Kota Yogyakarta. Secara
keseluruhan penemuan kasus baru TB
semua tipe di Kota Yogyakarta
mengalami peningkatan.
- HIV/AIDS
Jumlah kasus HIV di Kota
Yogyakarta komulatif sampai 2018
sebanyak 1.335 kasus. Sebanyak 285
diantaranya kasus AIDS. Dari tahun ke
tahun HIV terus bertambah. Penemuan
kasus baru di tahun 2019 sedikit
dibanding tahun sebelumnya. Tahun
2018 ditemukan kasus baru sebanyak
161, sedangkan di tahun 2017 sebanyak
123. Kasus HIV dan AIDS lebih
banyak terjadi pada laki-laki. Kasus
HIV tertinggi ditemukan pada
kelompok usia produktif yaitu usia 20 –
29 tahun dan usia 30 – 39 tahun.
Persebaran Kasus HIV menurut
faktor resiko lebih banyak apada
heteroseksual namun perlu diperhatikan
setiap tahun kasus homoseksual juga
meningkat. Kasus penularan ibu ke
anak diminimalisir dengan kegiatan
Tripel Eliminasi pada ibu hamil.
Berdasarkan pekerjaan yang
disampaikan oleh klien saat konseling,
penderita HIV banyak ditemukan pada
wiraswasta.
- Prevalensi Kusta
Tahun 2019 ditemukan lima kasus
kusta di Kota Yogyakarta. 1 kasus
Pausi Basiler/ Kusta kering da4 kasus
Multi Basiler/ kusta basah ditemukan
dan sudah dilakukan pengobatan.
Kelima kasus sudah dilakukan contact
tracing. Kegiatan kontak tracing kasus
kusta harus tetap dilakukan, mengingat
di wilayah tersebut ada sumber
penularan, kuman ada di wilayah
tersebut. Kegiatan intensifikasi
penemuan dengan survei bercak kusta.
Survei dilakukan di semua puskesmas
dengan menyasar masyarakat dan siswa
SD.
- DBD
Berdasarkan data kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) tahun 2019,
wilayah Kota Yogyakarta masih
merupakan daerah endemis DBD
kasusnya cenderung meningkat dengan
478 (kasus Incident Rate : 115 per
100.000 penduduk) apabila
dibandingkan dengan kasus tahun 2018
dengan 113 kasus (Incident Rate 27 per
100.000 penduduk).
Difteri
Selama tahun 2019 tidak ditemukan
kasus difteri di Kota Yogyakarta.
Pertusis
Tahun 2019 dilaporkan adanya 1
kasus pertusis pada bayi yang
ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Danurejan II.
Tetanus Neonatorum
Pengamatan kasus Neonatorum di
Kota Yogyakarta langsung terpantau
dalam program KIA (Kesehatan ibu dan
Anak). Selama tahun 2019 tidak
dilaporkan adanya kasus tetanus pada
bayi baru lahir di Kota Yogyakarta.
Campak
Penyakit Campak diamati melalui
program CBMS (Case Based Measles
Surveillance) atau Surveilans Campak
berbasis Individu. Dalam program ini
setiap pasien yang datang ke Fasilitas
Kesehatan dengan gejala klinis Demam
dan Ruam makulopapular khas terlebih
disertai salah satu gejala batuk, pilek
atau mata merah akan diambil sampel
darah untuk diperiksa laboratorium.
Selama tahun 2019 ditemukan 223
(dua ratus dua puluh tiga) suspek
campak yang berkunjung ke Fasilitas
Kesehatan di Kota Yogyakarta maupun
hasil temuan di wilayah. Dari 223
suspek campak, hanya 181 (seratus
delapan puluh satu) penderita yang
merupakan warga Kota Yogyakarta,
selebihnya berasal dari luar Kota.
B. DATA PERBANDINGAN