Anda di halaman 1dari 25

KONSEP SAKIT

Di susun oleh:

1. Irrafizilta ( 21030516 )
2. Sulastri ( 21030510 )
3. Aulia Aryani ( 21030509 )
4. Nurkamila ( 21030519 )
5. Autri Rasya ( 21030517 )
6. Huzaimah ( 21030501 )
7. Resya Maulana ( 21030520)
8. Suci Aulinda ( 21030518 )
9. Ayu Srihartini ( 21030500 )
10. Yuni Mauliza ( 21030509 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’Alamin, Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran Allah SWT.

Atas segala karunia dan limpahan rahmat dan nikmat serta petunjuk-Nya dan izinnya

sehingga maka penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari dan mengakui, bahwa penulisan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya.namun

demikian kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan, kami dengan

rendah hati menerima masukan,saran,dan usulan guna penyempurnaan makalah ini

dikemudian hari karena masih dalam proses pembelajaran.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia, memiliki konsep kesehatan yang dirumuskan oleh WHO (World

Health Organization). Menurut WHO (1950), ”Health is a state of complete

physical, mental and social well being not merely the absence of disease or

infirmity”. Pengertian kesehatan ini, menunjukkan bahwa sakit mengandung

dimensi biopsikososial, yaitu disease, illness, dan sickness (Calhoun dalam

Notosoedirdjo dan Latipun, 2001).

Disease merupakan dimensi biologis, dimana gejala diketahui melalui

diagnosis medis. Illness merupakan dimensi psikologis, dimana pengalaman

subjektif seseorang tentang kondisi sakit (ketidaknyamanan) ada pada dimensi

ini. Sickness merupakan dimensi sosiologis, menggambarkan bagaimana

penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai orang yang sakit. Dengan

demikian, muncul dua istilah untuk menggambarkan sakit, yaitu gangguan dan

deviasi. Gangguan merupakan konsep medis dan psikologis yang secara klinis

dijumpai ada penyakit atau ketidaknormalan atau terganggunya fungsi tertentu.

Sementara deviasi

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang

sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa

ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan
sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor

lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial

budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya

dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.

Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain

bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep

sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan

manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis

maupun sosio budaya (1). UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini

maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur

-unsur

fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian

integral kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Tahapan Sakit ?

2. Bagaimana Peran Sakit ?

3. Bagaimana Dampak Sakit ?

4. Bagaimana Dapak Dirawat ?


C. Tujuan

Mengetahui nilai, ide, pengetahuan, sikap, dan praktik-praktik yang berhubungan

dengan konsep sehat dan sakit

D. Manfaat

Memberikan gambaran tentang konsep sakit dan untuk mengetahui teori- teori

kesehatan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sakit

Seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis),

atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya

terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin,

pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di

anggap tidak sakit.

1. Menurut Pemons (1972). Sakit merupakan gangguan dalam fungsi normal

individu sebagai tatalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem

biologis dan penyesuaian sosialnya.

2. Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan

yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan

aktivitas sehari-hari baik aktifitas jasmani, rohani dan sosial.

3. Oxford English Dictionary. Sakit adalah suatu keadaan dari badan atau

sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.

B. Tahapan Sakit

1. Tahap gejala

Tahap Transisi :

a. Individu percaya ada kelainan dalam tubuhnya, merasa dirinya tidak

sehat, merasa timbulnya berbagai gejala, merasa ada bahaya.

b. Mempunyai tiga asapek :

Secara Fisik : Nyeri, panas tinggi,


Kognitif : Interpretasi terhadap gejala

Respon emosi : Cemas

c. Konsultasi dengan orang terdekat : gejala dan perasaan, kadang-kadang

mencoba pengobatan di rumah.

2. Tahap asumsi terhadap peran sakit ( Sick Role )

a. Penerimaan terhadap sakit

b. Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman :

menghasilkan peran sakit

c. Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri,

mengikuti nasehat teman/keluarga.

d. Akhir dari tahap ini ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa

lebih baik.

e. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya.

f. Rencana pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh pengetahuan dan

pengalaman selanjutnya.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

a. Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif

sendiri

b. Tiga type informasi : Validasi keadaan sakit Penjelasan tentang gejala

yang tidak dimengerti Keyakinan bahwa mereka akan sembuh/lebih baik

c. Jika tidak ada gejala : Individu mempresepsikan dirinya telah sembuh, jika

ada gejala kembali pada profesi kesehatan


4. Tahap ketergantungan

a. Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang

sakit, orang akan menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh

bantuan

b. Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai

dengan kebutuhan

c. Perawat mempunyai tugas :

1) Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien dikaitkan dengan tahap

perkembangan

2) Support terhadap perilaku yang mengarah pada kemandirian

5. Tahap penyembuhan

a. Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sehat

dan fungsi sebelum sakit

b. Kesiapan untuk fungsi sosial

c. Perawat mempunyai tugas :

1) Membantu pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian

2) Memberi harapan dan support

C. Perilaku Peran Sakit

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang

berasal dari luar ataupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif

(berfikir,berpendapat, bersikap) ataupun aktif (melakukan tindakan). Perilaku

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi, cara seseorang

memantau tubuhnya,mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami,

melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan

kesehatan.Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit, perilaku sakit bisa

berfungsi sebagai mekanisme koping.

Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran

sebagai orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit,

dikecualikan dari tanggungjawab pekerjaan, social dan pribadi, kemudian orang

sakit dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar cepat sembuh.

Menurut Cockerham, meskipun konsep Parsons tersebut tidak berguna untuk

memahami peran sebagai orang sakit, namun tidak terlalu tepat untuk

:menerangkan variasi perilaku sakit, dipakai pada penyakit kronis, keadaan dan

situasi yang mempengaruhi hubungan pasien-dokter, atau untuk menerangkan

perilaku sakit masyarakat kelas bawah. Juga menurut Meile, konsep Parsons

tersebut tidak cocok dipakai pada orang sakit jiwa.

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan termasuk pencegahan penyakit, perawatan kesehatan diri,

menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga dan makanan bergizi.

Tabel hubungan sakit dan penyakit ;

Perilaku peran sakit merupakan segala tindakan yang dilakukan individu yang

sedang sakit untuk memperoleh kesadaran, tanggungjawab terhadap kesehatannya

dan apabila tidak dilakukan dengan optimal akan berdampak menjadi lebih
parahnya penyakit yang berpotensi menimbulkan komplikasi lebih lanjut,

ketidaksembuhan.

Penyakit (disease) Tidak hadir (not presesnt) Hadir (present)

Sakit (Illness)
Tak dirasa (not perceived) Penyakit tidak hadir dan Penyakit namun tidak

tidak dirasa (sehat) dirasakan Contoh: aids


Dirasakan (perceived) Penyakit tidak hadir Penyakit hadir dan dirasa

namun merasa sakit. Contoh : flu dan diare

Contoh : depresi

Status kesehatan individu dapat dibedakan dalam 8 golongan (Notoatmodjo dan

Sarwono,1986:41)

Dimensi Sehat
Psikologis Medis Sosial
Tingkat
Normally Well Baik Baik Baik
Pessimistic Sakit Baik Baik
Socially ill Baik Baik Sakit
Hypochondriacal Sakit Baik Sakit
Medically Ill Baik Sakit Baik
Martyr Sakit Sakit Baik
Optimistic Baik Sakit Sakit
Seriously Ill Sakit Sakit Sakit

Sedangkan Menurut Mechanic perilaku sakit adalah reaksi optimal dari

individu jika dia terkena suatu penyakit. Perliaku sakit erat hubungannya dengan

konsep diri, penghayatan situasi yang dihadapi, pengaruh petugas kesehatan serta

pengaruh birokrasi.

Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit:

1. Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit


2. Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut

Dalam menganalisa kondisi tubuh biasanya orang melalui dua tingkat analisa

1. Batasan sakit menurut orang lain

Orang –orang disekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri

individu tersebut dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu

mendapatpengobatan. Penilaian orang lain ini sangat besar artinya pada anak-

anak dan pada orang dewasa yang menolak dirinya sakit.

2. Batasan sakit menurut diri sendiri

Individu itu sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia

akanmencari pengobatan atau tidak.

Dibawah ini proses pencarian pengobatan dari perilaku sakit yang dinilai dari segi

individu :

1. Shopping, adalah proses pencarian alternatif sumber pengobatan guna

menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan

sesuai harapan si penderita.

2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas pada

lokasi yang sama. Contoh : berobat ke dokter.

3. Procrastination ialah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun

penyakitnya sudah dirasakan.

4. Self medication ialah pengobatan sendiri dengn menggunakan berbagai

ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya.

5. Dicontinuity adalah penghentian proses pengobatan.


3. Penyebab Perilaku Sakit

Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa

penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :

1. Dikenal dan dirasakan nyata tanda dan gejala yang menyimpang dari

keadaan normal.

2. Anggapan dan gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.

3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap

hubungan keluarga,hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.

4. Frekuensidanpersisten (terus-menerus, menetap) tandadangejala yang

dapatdilihat.

5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.

6. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.

7. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas ,tenaga,

obat-obatan, biaya, dan transportasi.

Menurut Sri KusmiyatidanDesmaniarti (1990), terdapat 6 perilaku orang sakit

yang dapatdiamati, yaitu:

1. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit

memiliki perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya

tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak

mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi.

2. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas

(kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah

dengan regresi (menarikdiri) dari lingkungannya.


3. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak

mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai dengan

hal – hal berikut : Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang

diderita, Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain, hanya memikirkan

penyakitnya sendiri, Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga,

lingkungan maupun kegiatan.

4. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit

dengan melebih – lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien menjadi

cerewet, banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah sepele.

Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan

sangat sensitive terhadap hal – hal remeh sehingga menyebabkan reaksi

emosional tinggi.

5. Perubahan persepsi terhadap orang lain, karena beberapa factor diatas, seorang

penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain.

6. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki rasa

cemas juga kadang – kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu

sebab berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian terhadap

segala sesuatu yang ada di lingkungannya.

4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sakit

1. Faktor Internal

a. Persepsi

Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.Klien akan

segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas


kegiatan sehari-hari.Misalnya: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung,

jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya

maka ia akan segera mencari bantuan.Akan tetapi persepsi seperti itu dapat

pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut

mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan

tidak mau mencari bantuan.

b. Asal atau Jenis penyakit

Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin

mengganggu fungsipada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan

segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang

diberikan.Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6

bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.

2. Faktor Eksternal

a. Gejala yang Dapat Dilihat

Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh

danPerilaku Sakit.Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-

pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan

serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir

pecah-pecah yang dialaminya.

b. Kelompok Sosial

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau

justrumeyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.Misalnya: Ada 2 orang

wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua
kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada

Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendiskusikannya

dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong

mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau tidak;

sedangkan teman Ny.B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa

dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.

c. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi

sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu

memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.

d. Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat

tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera

mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

e. Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain

sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan

kesehatan.Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang

kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas

yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.

f. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang

bersifat peningkatan kesehatan.

5. Tahap Tahap Perilaku Sakit

1. Tahap I (Mengalami Gejala)

Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”Mereka

mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya

diagnosa tertentu. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi:

a. Kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll)

b. Evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal

tersebut merupakan suatu gejala penyakit

c. Respon emosional.

Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam

kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan

melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya

bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban

normalnya dan dari harapan terhadap perannya.

Menimbulkan perubahan emosional seperti: menarik diri/depresi, dan juga

perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana

tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.


Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan

kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan

tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera

melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi

seorang klien.

3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang

ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan

implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang.

Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita

suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa

mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa

tersebut.

Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencana pengobatan

yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari

sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi

pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat

diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa

awal yang telah ditetapkan.

Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,

mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh

diagnosa yang diinginkan


Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang

mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk

meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya:

klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa

dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.

4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien

bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala

yang ada. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai

tuntutan dan stress hidupnya.

Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas

normalnya, semakin parah sakitnya, semakin bebas.

Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikan dengan perubahan jadwal

sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia

bekerja, rumah maupun masyarakat.

5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,

misalnya penurunan demam.

Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan

lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.

Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien

melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman


terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi

perubahan – perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat

rencana perawatan yang efektif.

1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal

penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam

kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi

klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam, mungkin

akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk menghabiskan

waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah marah,

dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat

menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas,

syok, penolakan, marah, dan menarikdiri.

Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap

stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

2. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari

nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua.

Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami

perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau

terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah

beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak

terlihat.Perubahan jangka pendek : klien tidak mengalami tahap penyesuaian

yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka panjang : Klien

memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.Peran

perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan

fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam

penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang

berbeda-beda terhadap perubahan tersebut. Reaksi klien/keluarga terhadap

perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

o Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau

organ tertentu)

o Kapasitas adaptasi

o Kecepatan perubahan

o Dukungan yang tersedia.

4. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup

bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek

kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang

dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa

terobservasi dibandingkan perubahan peran.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota

keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena

sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang

akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggota keluarga

akan merubah interaksi mereka dengan klien.

5. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan

fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota

keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan hidup

sehari-hari.

1. Perilaku Peran Sakit (Sick Role Behaviour)

Kegiatan yang dilakukan oleh individu yang mempertimbangkan

dirinya sakit. Dengan tujuan untuk memperoleh kesehatan Parsons

memandang ada empat aspek dari peran sakit :

a. Klien tidak memegang tanggung jawab untuk kondisi mereka (selama

sakit)

b. Klien dibebaskan dari fuyngsi tugas dan sosial

c. Klien diharuskan untuk berusaha memperoleh kondisi sehat secepat

mungkin

d. Klien dan keluarga harus mencari bantuan orang yang berkompeten


2. Menurut Becker

Hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku orang

sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit ini antara lain :

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2) Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat

untuk memperoleh kesembuhan.

D. Dampak Dirawat

Efek dari hospitalisasi dapat mengganggu :

1. Privacy seseorang

2. Autonomy

Keadaan kemandirian dan mengatur diri sendiri tanpa adanya kontrol dari luar

3. Gaya hidup

Adanya peraturan/ketentuan yang berlaku di RS

4. Peran Ekonomi

Perawat dapat memberi support terhadap aktivitas yang meningkatkan

kesehatan yang dapat mengembalikan klien terhadap aktivitas normal sesegera

mungkin.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa materi – materi yang kami paparkan dalam makalah

yang kami buat, kami menarik beberapa kesimpulan, yaitu : Perilaku sakit
dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu

yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.Dalam hal ini seseoran harus

mengethui factor faktoe yang mempengaruhi perilaku sakit, dampak perilaku

nya serta penyebab perilaku sakit. Ada dua faktor utama yang menentukan

perilaku sakit yakni ,

1. Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit

2. Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebutPersepsi

merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses

pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga

persepsi sering mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan

seseorang. Persepsi yang positif akan mempengaruhi rasa puas seseorang

dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap pelayanan kesehatan, begitu juga

sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui kinerjanya

Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan

bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap

penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi

dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap

lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru

yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada.

Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya

dan sosial masyarakat


DAFTAR PUSTAKA

(2010). Dalam PERSAGI, Penuntun Konseling GizI. Jakarta: PT. ABADI.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Ilmu Perilaku Kesehatan”. Jakarta. Rineka


Cipta.

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan
Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.

Go Nursing. 2008. Keperawatan Keluarga Sebuah Pengantar.


http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/07/keperawatan-keluarga-sebuah-
pengantar/.

Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family


nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC

Tri Kurniawati, Irma. 2008. “ Gambaran Pemanfaatan-Literatur”.


www.lontar.ui.ac.id.

http://andhablog.blogspot.com/2009/04/perilaku-sakit.html

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3747/1/fkm-juanita5.pdf)

http://www.scribd.com/doc/75657031/DINAMIKA-KELUARGA

http://hikmatpembaharuan.wordpress.com/

Anda mungkin juga menyukai