Anda di halaman 1dari 24

A.

KONSEP SEHAT DAN SAKIT

KONSEP SEHAT SAKIT MF.NURUT WHO

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan

yang sempuma baik secara fisik, mcntal dan sosial seea tidak hanya hebas dari

penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat

meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. Mcmpcrhatikan individu sebagai sebuah sistem yang mcnyeluruh.

2. Mcmandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan

ekstemal.

3. Penghargaan terhadap pcntingnya peran individu dalam hid up.

SEHAT MF.NURUT DEPKES RI

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka
kcsehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri tiari unsur -unsur
fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan

Dalam pengertian yang paling fuas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana mdividu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal @siLclohis, intelektual, spiritual dan pen yaLit) âan eksternal
linpkunpnn fisik, socinl, Attn ekonomi) dalam rnernpertahankan kesehatannya.
. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit

menahun (kronis), atau gangguan Wsehatan Iain yang menyebabkan aktivitas

kerjafkegiatannya terganggu. Walaupnn seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti

masuk angin, piles tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan Wgiatannya,

maka ia di anggap tidak sakit(2).

Pengertian sakit menurut etiologi naturallstik dapat dijelaskan dari segi


impersonal dan sistemati yaitu bahwa soklt merupakan satu keadaan atau satu
hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia

Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau
ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat
berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit,
mengalahkan strew dan kele uan. menurut UU No. 36 tabun 2009 tentang
kesehatan, “kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
social dan ekonomi” ( dikutip dari UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, 2009: 4).

CIRI-CT RI SFHAT
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh
sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.
Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalaini gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni piklran, emosional,
dan spiritual
1. Pikiran sehat tercennin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alas fana
ini, yalmi Tuhan Yang Matta Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya
sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, polifik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasllkon sesuatu yang dapat menyokong
terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang
belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan
sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut,
yang berlaku adalah produktif secara sosial, yalmi mempunyai kegiatan yang
berguna bagi kehidupan mereka nanii, misalnya berprestasi bagi siswa atau
mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan
lainnya bagi usia lanjut.

ASPEK-ASPEK PENDUKUNG KFSEHATAN


Banyak orang berpil0r bahwa sehat adalah tidak sakii, maksudnya
apabila tidak ada gejala penyakit yg terasa berarti tubuh kita sehat. Padahal
pendapat itu kurang tepat. Ada kalanya penyakit baru terasa setelah cukup parah,
seperti kanker yg ham diketahui setelah stadium 4. Apakah berani sebelurnnya
penyakit kanker itu tidak ada? Tentu saja ada, tetapi tidak terasa. Berarti tidak
adanya gejala penyakit bukan sehat.

Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana seluruh


sistem organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yg mempengaruhi
keselarasan tersebut berlangsung seterusnya adalah:

1. Nutrisi yang lengkap dan seimbang


2. Istirahat yang culaip
3. Olah Raga yang teratur
4. Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang
5. Lingkungan yang bersih

Re n s ha t

Suatu skala ukur secara relative dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan


seseorang.
Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual.
Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan
kematian pada titik yang lain.

TAHAPAN SAKIT MFNURUT SUCHMAN


terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
Tahap mengalaini gejala
Tahap transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya
; merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai gejala/merasa
ada baiiaya.
Mempunyai 3 aspek :
4 Secara fisik : nyeri, panas tinggi
4 Kognitif : interprestasi terhadap gejala
4 Respon emosi terhadap ketakutan/kecemasan
Konsultasin dengan orang tenlekat : gejala + perasaan, kadang-
kadangh mencoba pengobatan di rumah.
2. Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Role)
Penerimaan terhadap sakit
lndividu mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman :
menghasilkon peran sakit.
Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain mengobati
sendiri, mengikuti nasehat teman/keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah bembah dan
merasa lebih baik. lnvidu masih mencari penegasan dari keluarga
tentang sakitnya. Rencana pengobatan dipenuhi/dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.
3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan.
lndividu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas
inisiatif sendiri.
3 tipe informasi
4 validasi keadaan sakit
4 Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti
4 Keyakinan bahwa mereka akan baik
Jika tidak ada gejala : individu rnempersepsikan dirinya sembuh jika
ada gejala kembali pada profesi kesehatan.
Tahap ketergantungan

Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang


sakuit : menjadi pasien yang terpantung untuk mcmperoleh bantuan.
Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan.

4. Tahap penyembuhan
Pasien hclajar untuk melepaskan pcran sakit Can kemball pada pcran
sakit dan fungi sebe lum sakit.
Kesiapan untuk fungsi social.

SAKIT DAN PERII.AKU SAKIT

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emotional, intelektual, sosial,


perkembangan, atau seseorang bcrkurang atau terganggu, bulan hanya
keadaan terjadinya proses pcnyakit.

Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien
dengan Leukemia yang sedang menjalani pnngobatan mungkin akan rnampu
berfungsi seperti biasanya, sedangkan klien lain dengan k'anker payudara
yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi mungkin akan
merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dirnensi fisik.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara


seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gcjala
yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan penggunaan sistem
pelayanan kesehatan.

Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping.
BAUMAN (1965)
5eseomg menggunakan tiga Kritena untuk menentiikan apakah mereka sakit:

1. Adanya gejala : nailmya temperature, nyeri


2. Persepsi tentang bagaimana memka merasakan : baik, buruk, sakit
3. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.

CIRI-CHI SAKIT
1. lodividu percaya bahwa ada keIainan dalam tubuh ; ruerasa dirinya
tidak sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek:
- secara fisik: nyeri, panas tinggi.
- Kogaitif: interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2. Asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sa it.
B. KONSEP TRIAS EPIDEMIOLOGI

Penyakit adalah hasil dari iuteraksi kompleks (ketidak seimbangan)


antara tiga faktor, yaitu agen, bost (induk semang) dan lingkungan. Kesalahan yang
paling sering dilakukan orang adalah memusatkan perhatian hanya pada salah
satu dari ketiga faktor tersebut pada waktu mengendalikan atau mencegah penyakit.
Segitiga epidemiologi merupakan teori dasar yang terkenal sejak disiplin
ilmu epidemiologi mulai digunakan di dunia, yang menggambarkan hubungan dari
ketiga faktor penyebab penyakit, yaitu HOST, A€iENT, dan I INGKUN€iAN.

Gamhar 1. hubungan Antnr Faktnr-faktor dnlom Segitigs Epideniiolngik

ttOST, AGENT, ENVIRONMENT

Segitga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam
menjelaskan kosep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah
terjainya penyaki£ Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyaUt.
Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke
tiganya.

atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemlkan rupa sehingga


menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan
oleh faktor intrinsik. Komponen dari faktor penjamu yang biasanya menjadi
faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut:

1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk ter ena penyakit
karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda.
Jenis kelaminseks . Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis,
diabetes melitus cendemng terjadi pada wanita serta kanker serviks yang
hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi
pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada lath-laki seperti hipertensi,

3. Ras, suku fetnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang
beda kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
4.Genetikhubun an keluar _ Misalnya penyakit yang menurun seperfi
hemofilia, buta wanna, sickle cell anemia, dlv
5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll.
6. Bentuk anatomis tubuh
7. F n i fi io o atau faa b
g. Keadaan imunitas dan respons imunitas
9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent
10. Pen akit diderita se l a
11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri.

B.

yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan
oleh milno organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, rnetazoa, dll),
unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi
yang ditentukan, unsur kimiawi yang disehabkan karena bahan dari luar
tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan,
arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benmran, dll,
serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturun.
Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (roko alcohol dll), pembahan
hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.

Komponen dari faktor TGTU yaitu:


• Dosis
•Kondisi lingkungan
• Viiulensi (mifioba)
•Infektifitas(mikroba)
• Toksisitas (toksin)

c. ENMRONMENT
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya
penyakit, hali ini Karena faktor ini datangnya dari luar atau bisa disebut
sebagai faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi:

1. Lingkungan Biologis (flora & fauna)


2. Lingkungan Fisih

Lingkungan fisik ilii dapat bersumber dari udara, keadaan tanah,


geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, zat
kimia atau polusi, radiasi, dll.

3. Lingkungan Sosial Ekonomi

Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem


ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan
berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi
kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar
adalah teijadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan
kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan
setempat, kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang
semnanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan temtama
munculnya bebagai penyakit.

Komponen dari faktor lingkungan:

•K datan penduduk
•Perpindahan penduduk
•Tempat tinggal (misalnya, ventilasi, sanitasi)
•Keadaan lingkungan (misalnya, suhu, kelembabm kecepatan angin,
presipitasi)

FAKTOR DISTRIBUSI PENYAKFI': PERSON

Orang {Person)

• Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam


penyelidikan- penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan
maupun kematian didalam hampir semua Keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan


melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan
yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah
panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau Wmatian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan
umur pada penelitian orang lain.

Di dalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat


pedesaan yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan
sumber informasi seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya.
Hal ini tentunya tidak menjadi soal yang berat di kala mengumpulkan
keterangan umur bagi memka yang telah bersekolah.

• Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan


lebih tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi
dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih
perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan
oleh faktor-faktor intrinsik.

Yang pertama diduga meliputi faktor ketuiunan yang ter art


dengan jenis kelamin atau per6edaan hormonal sedangkan yang kedua
diduga oleh
karena berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria
mengisap rokok, minum minuman keras, candu, bekerja berat,
berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan seterusnya).

Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan


wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita
lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum
diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat
kelamin, angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan
pria.

• Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya


dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur
seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan
pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah
mengheraokan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka
kesakitan atau kematian antara berbagai Plas sosiaL

Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan


indikator tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial
ini didasarkan atas dasar jenis pekerjaan seseorang yalmi I (profesional),
II (rnenengah), III (tenaga terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V
(tidak mempunyai keterampilan).

Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh


karena jenis pekerjaan tidak memberi jaminan per6edaan dalam
penghasilan. Hubungan antara kelas sosial dan angka kesakitan atau
kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan dengan umur, dan
jenis kelamin.
• Jenis Pekerjaan

Jenis peWrjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit


melalui beberapa jalan yakni:

a) Adanya faktor-faktor hngloingan yang langsung dapat menimbulkan


kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-
benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai
faktor yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c) Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
diiunjukkan bahwa penyaklt janiung Coroner sering ditemukan di
kalangan mereka yang mempunyai peke aan dimana kurang adanya
“gerak badan”.
d) Karena berkerumun di satu yang relatif sempit maka dapat terjadi
poses penularan penyaUt antara para pekerja.
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan


banyak dikerjakan di Indonesia temtama pola penyakit kronis misalnya
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja
yang hendak dipelajari hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula
memperhitungkan pengaruh variabel umur dan jenis kelamin.

• Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat


penghasilan dengan pernanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan.
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan Wsehatan yang ada
mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat,
membayar transport, dan sebagainya.
• €iolongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan,


susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan
perbedaan-perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.

Didalam mempertimbangkan angka kesaldtan atau kematian


suatu penyakii antar golongan etnik hendaknya diiugat kedua golongan
itu harus distandarisasi menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-
faktor lain yang dianggap mempengaiuhi angka kesakitan dan kematian itu.

Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan


mengenai pengaiuh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh
yang klasik dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan
kanker tambang.

Didalam penelifian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli


di Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, iemyata bahwa penyakit
ini menjadi kurang prcvalen di kalangan tuiunan Jepang di Amerika SerikaL
Int menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker
lambung.

• Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan


antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak
kawin, cerai dan janda; angka kematian karena penyakit -penyakit
tertentu maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam
urutan tertentu.

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang


tidak kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada
kecenderungan orang-orang yang tidak kawin kurang sehat.
Kecendemngan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih sering berhadapan
dengan penyakii, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam gaya
hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyaklt
tertentu.

• Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskln, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

• Suuktur Keluarga

Struktur keluarga dapai mempunyai pengaiuh terhadap kesakitan


(seperti penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besamya tanggungan
secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan didalam rumah
yang luasnya terbaias hingga memudahkan penularan penyakit menular
di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan harus digunakan
untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula fidak dapat membeli
cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

• Parietas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan


kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari
yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan
penyakii- penyakii tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum,
pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.

Tempt #Ptace)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna


untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan
mengenai efiologi penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

1. Batas daerah-daerah pemerintahan


2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
4. Negara-negara
5. Regional
Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,
perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan.

Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyalit di suatu daerah dengan


batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, Keadaan tanah, sumber
air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang bergambar dalam tingkat
Wmajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-
tradisi yang mempakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial
budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan,
sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu,
reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.

Banyalmya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya


penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya ‘Reservoir” infeksi (manusia aau kera), ver or (yaitu Aides
ae pty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan
subumya agen penyebab penyakit. Daerah dimana velaor dan persyaratan iklim
ditemukan tetapi tidak ada sumber infeksi disebut “receptive area” untuk demam
kuning.

Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau


yang frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Sehistosomiasis di daerah
dimana terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi
(endemic goiter) di daerah yang kekurangan yodium.

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit mempakan kebutuhan


dasar di dalam analysis epidemiologis, oleh karena pembahan-pembahan penya
it menurut waktu menunj n adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu di mana terjadi pembahan angka kesakitan, maka dibedakan :
Fluktuasi jangka pendek dimana pembahan angka kesakitan berlangsung
beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
Pola pembahan kesakitan ini terlibat pada epidemi umpamanya epidemi
keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau
minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).

Perubahan-pembahan secara siklus dimana perubahan-pembahan angka


kesakitan teijadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari,
beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun.
3. Pembahan-pembahan angka kesakJtan yang berlangsung dalam periode.
waktu yang panjang, bertahun-iahun atau berpuluh iahun yang disebut
“secular trends”.
C. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Riwayat alainiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi


tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyaldt pada individu, dimulai
sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit,
seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
prevenfif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah penyakit
mempakan salah satu elemen utama epidemiologi des riptif. Riwayat alamiah
penyakit perlu dipelajari. Pengerahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama
pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit.

Dengan mengetahui perilaku dan harakterisfik masing-masing penyakit


maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun
mengatasi problem penyakit tersebut. Perkembangan secara alamiah suatu
penyakit (tanpa intervensi/campur tangan medis) sehingga suatu penyakit
berlangsung secna natural.

Proses perjalaoan penyakit semra umum dapat dibedakan atas:

Riwayat Alamiah Penyakit:

1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Suscepnbility)


2. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomanc Disease
3. Tahap Penyakit Dint Stage of Clinical Disease)
4. Tahap Penyakit Lanjut
S. Tahap Akhir Penyakit

1. TAHAP PRE PATOGENESIS (Stage of SusceP nbiliiy)

Terjadi interaksi antara host — bibit penyakit —lingkungan , interaksi di luar tubtih
manusia.

• Penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat, sudah terancam
dengan adanya interaksi tersebut.(tahap ini kondisi masih sehat)
2. TAHAP INKUBASI (Stage Of Presy omatic Disease)

Bibit penyakit sudah masuk be dalam tubuh host,gejala penyaRit belum


nampak. Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi berbeda-beda. Beberapa jam,
hari, minggu, bulan sampai bertahun-tahun.

Tahap inkubasi dimulai dari masulmya bibit penyakit sampai sesaat sebelum
timbulnya gejala.

• Daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terns terjadi gangguan pada
bentuk dan fungsi tubuh, sehingga penyakit makin bertambah hebat dan timbul
gejala.

Hanson Klinik ialah garis yang membatasi antara tampak atau tidaknya gejala
penyakit

3. TAHAP PENYAKIT DINI (Stage of Clinical Disease)

• Dihitung dari munculnya gejala pmyakit.

• Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan), penderita

masih dapat melakukan aktifitas (tidak berobat).

• Perawatan

Cukup dengan obat jalan menjadi masalah besar dunia kesehatan (jika
tin t pengetahuan & pendidikan masyarakat rendah) mendaiangkan masalah
lanjutan yang makin besar Penyakit makin parah berobat memerlukan
perawatan relatif mahal.

• Akibat lain bahaya masyarakat luas menularkan kepada orang lain dan dapat
menimbulkan KLBatau wabah.

4. TAHAP PENYAKlT LANJUT

• Penyakit makin bertambah hebat

• Penderim tidak dapat melakukan pek@aan

• Jika berobai umiimnya telah memerlukan perawatan (bad rrsr).


5. TAHAP AKHIR PENYAKff

• Perjalanan penyakit akan berhenti.

• Berakhimya perjalanan penyokit dengan beberapa keadaan yaitu :

a) Sembuh sempuma baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti
keadaan sebelum sakit;
b) Sembuh dengan cacat

Penderita sembuh kesembuhan tidak sempurna ditemukan cacat


pada pejamu. Kondisi cacat cacat fisik, fungsional dan sosial.

c) Karier

Perjalanan penyakit seolah-olah terhenti gejala penyakit tidak


tampak (dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit) suatu
saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun).

d) Krouis

Perjalanan penyakit tampak berhenti, gejala penyakit tidak


bembah, tidak bertambah berat ataupun ringan.

e) Meninggal Dunia

Terhentinya pe alanan penyakit, pejamu meninggal dunia.


(keadaan yang tidak diharapkan).

Informasi rlwayat alamlah penyaklt bermanfaat untuk:

• Diagno tik: Masa inkubasi pedoman penentuan jenis penyal t

• Pencegahan : Mengetahui rantai perjalanan penyakit mudah dicari iitik potong yg


penting dalam upaya pencegahan penyaklt

• Terapi : fase paling awal, lebih awal diberikan lebih baik hasil yang diharapkan.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum
tentu terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu
laln memasuki tubuh dan sel (cell entry), lain melakukan multiplikasi dan maturasi,
dan menimbulkan pembahan patologis yang dapat dideteksi secara laboratons
atau terwujud secara flints, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi.

Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit


klinis, maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai
deteiminan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu
maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas), individu
sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau
mengalaini infeksi (jika penyal t infeksi) dan mengalami pembahan patologi yang
irreversibel.
D. KONSEP PENCEGAHAAN PENYAKIT

Pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang


mempengaiubi berguna untuk menemukan strategi pencegahan penyakit yang
efektif. Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacaian, dengan
menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif.
menyajikan tiga tingkat pencegahan penyakit: pencegahan primer, sekunder,
dan tersier (Kleinbanm et al., 982; Last, 2001).

Pencegahan primer.

Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau


mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan
patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan tujuan
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyaklt (AHA Task Force, 1998).

Termasuk yang berkaitan dengan pencegahan primer adalah ‘Qencegahan


primordial” dan “ieduksi keiugian”. Pencegahan primordial adalah straiegi
pencegahan penyakit dengan menciptakan lingkungan yang dapat mengeliminasi
faktor risiko, sehingga tidak diperlukan intervensi preventif lainnya (Wallace,
Contoh: (1) Program eliminasi global cacar (variola), sehingga tidak diperlukan
imunisasi cacar, (2) Penciptaan lingkungan bersih sehingga tidak diperlukan
pengabutan nyamuk Aedes agypti; (3) Program elimlnasi garam dari semua makanan
yang jika tercapai sangat efektif untuk mencegah hipertensi.

Provost HseWfno

• Pendidikan kesehatan
• Cizi yang cukup sesuai dengan
• Perumahan, rekreasi, tempat kerja
• Konseling perkawinan
+ Genetika
• Pemeriksaan kesehatan berkala
• Imunisasi
• Kebersihan perorangan
• Sanitasi lingkungan
• Penggunaan gizi/suplemen tertentu

Pencegahan sekunder.

Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan pada fase penyakit


asimtomatis, tepatnya pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejala-gejala
penyakit secara klinis melalui deteksi dint (early detecfion). Jika deteksi tidak
dilakukan dint dan ierapi tidak diberikan segera maka akan te adi gejala klinis yang
merugikan. Deteksi dini penyakit sering disebut “skrining”. Skrining adalah
identifikasi yang menduga adanya penyakit atau kecacatan yang belum diketahui
dengan menerapkan suatu tes, pemeriksaan, atau prosedur lainnya, yang dapat
dilakukan dengan cepat. Tes skrining memilah orang-orang yang tampaknya
mengalami penyakit dari orangorang yang tampaknya tidak mengalami penyakit. Tes
skrining tidak dimaksudkan sebagai diagnosiik. Orang-orang yang ditemukan positif
atau mencurigakan dirujuk ke dokter untuk penentuan dia osis dan pemberian
pengobatan yang diperlukan (Last, 2001).

Skrining yang dilakukan pada subpopulasi berisiko tinggi dapat mendeteksi


dini penyakit dengan lebih efisien daripada populasi umum. Tetapi skrining yang
diterapkan pada populasi yang lebih mas (populasi umum) tidak hanya tidak efisien
tetapi sering kali juga tidak efis. Skrining fidak etis dilakukan jika fidak tersedia obat
yang efektif untuk mengatasi penyakit yang bersangkutan atau menimbulkan
trauma, stigma, dan dis minasi bagi individu yang menjalani skrining. Sebagai
contoh, sinning I-HV tidak etis dilakukan pada kelompok risiko tinggi jika tidak
tersedia obat antivir yang efektif, murah, teijangkau oleh individu yang
ditemukan positif mengidap HIV. Selain itu skrining HIV tidak etis dilakukan jika
basilnya mengakibatkan individu yang diiemukan posiiif mengalami stigmatisasi,
pengueilan, dan diskriminasi peke aan, asuransi kesehatan, pendidikan, dan
berbagai aspek kehidupan lainnya.
Deteksi dint pada tahap preklinis memungkinkan dilakukan pengobatan
segera (prompt treatment) yang rhharapkan memberikan prognosis yang lebih baik
tentang kesudahan penyakit dari pada diberikan ierlambat.

Diagnosis dim dan pengobatan segera

• Penemuan kasus, individu dan masal


• Skrining
• Pemeriksaan khusus dengan tujuan

• Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut

•Menc#gah penyebaran penyakit menular

•Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan

•Mempe endek masa ketidak mampuan

Tñigkat pencegahan terrier

• Pengobaian yang cukup untuk menghentikan proses penyakit dan mencegah


komplikasi;
• Penyediaan fasilitas untuk membatasi ketidakmampuan dan mencegah
kematian.

Rehabilitasi

• Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat


dimanfaatkan sebaik-bait ya.
• Pendidikan pada. masyarakat dan iodusiriawanagar menggunakan
mereka menggunakan yang telah direhabilitasi.
REFERENSI

M.N. Buston. 1997. Pengantar EPidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Noor Nasri N, 1997. Dasar EPidemUln$i. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Timmreck, Thomas C, dkk.. 2005. Epoemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Prof. Bhisma Murti. Riwayat Alamiah Penyait,

fk.uns.ac.id/static/materl/.pdf Dr.

Suparyanto,M.kes.repository,ui.ac.id/dokumen/lihaf2598.pdf

hap://www.askep.net/pdffkonsep-sehat-sakIt-epidernio1ogi,htm1

http:/fkesehatan.kompasiana.com/medis/2011/08/21/persepsi-sehat-dan-solJt/

http://www.scribd.coin/doc/55639140/Konsep-Sehat-Sakit-Menurut-Who

http://www.Iontar.ui.ac,id

http://epidemio1og.wordpress.com

http://www.books.goog1e.co.id

Anda mungkin juga menyukai