Anda di halaman 1dari 4

Nama: Yogi Novrizal

Nim: 616080720045

SOAL UTS
PSIKOSOSIAL DALAM KEPERAWATAN

1. Apa yang ada dapat pahami tentang konsep diri baik di tinjau dari sisi positif dan
sisi negative dalam dunia keperawatan ?
2. Bagaimana spiritual menjadi sebuah konsep yang efektif dalam pelayanan
penyembuhan pasien ?
3. Bagaimana anda memahami konsep seksualitas dalam kontek kesehatan
seksualitas dan karakteristik kesehatan ?
4. Apa pendapat anda tentang konsep stress dalam pengaruhnya di dunia
kesehatan ?
5. Jelaskan apa yang anda fahami tentang konsep Kematian, kehilangan dan
berduka dalam pelayanan kesehatan pasien ?
6. Budaya merupakan sebuah konsep budaya dalam pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi pelaksanaan kegiatan kesehatan, jelaskan konsep budaya
dalam pelayanan kesehatan yang anda fahami
7. Apa yang anda fahami tentang masyarakat rumah sakit dan bagaimana
kebudayaan dalam pelayanan rumah sakit ?
8. Jelaskan tentang antropologi kesehatan, etiologi penyakit yang anda fahami ?
9. Didalam dunia kesehatan ada yang dinamakan sehat dan sakit, jelaskan
konsep sehat dan sakit yang anda fahami ?
10. Dalam ruang lingkup kinerja keperawatan ada pasien dan perilaku, jelaskan
menurut pandangan anda tentang konsep pasien dan perilaku pasien yang anda
fahami ?

SELAMAT MENGERJAKAN
Jawaban

1. Konsep diri terdiri dari tiga hal, yaitu pendapat remaja mengenai dirinya (self-
image), cara  remaja menghargai dirinya dibandingkan dengan orang lain
(self-esteem), dan sosok ideal yang remaja ingin capai (ideal self). Baik
buruknya konsep diri akan bergantung pada sukses tidaknya remaja di area
yang mereka anggap penting dan pendapat orang tentang dirinya.
Penerimaan orang lain dan kesuksesan remaja akan memperkuat konsep diri
dan harga dirinya. 

Sebagai contoh, jika remaja tidak memiliki banyak teman namun ukuran
kesukesan baginya adalah memiliki banyak teman, maka ia akan mengangap
dirinya gagal. Terlebih lagi, jika teman-temannya menganggap dirinya
berbeda sehingga tidak pernah mengajaknya berinteraksi. Maka, ia akan
memiliki konsep diri yang negatif juga memiliki kepercayaan diri yang rendah.
Orang tua yang lebih banyak mengkritik dibandingkan memberi apresiasi juga
dapat membuat remaja memiliki konsep diri negatif.

Penelitian Curran & Hill yang dimuat di Psychological Bulletin tahun 2019


menunjukkan bahwa remaja usia kuliah di AS, Inggris, dan Kanada
cenderung semakin perfeksionis, dan terkadang mematok standar yang tidak
realistis untuk dirinya sendiri. Ini juga dapat membuat remaja selalu merasa
gagal.

Kondisi seperti ini rentan membuat remaja terjerumus ke dalam perilaku


berisiko, apalagi jika orang tua, guru, atau orang dewasa di sekitarnya tidak
segera menyadarkan remaja bahwa dirinya berarti.

2. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Tidak hanya berupa fisik, namun
juga dilengkapi oleh komponen biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Komponen-
komponen tersebut menuntut untuk selalu dipenuhi kebutuhannya. Jika pada saat kondisi
sehat, kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan baik, lantas, bagaimana jika
seseorang dalam kondisi sakit, khususnya pasien-pasien yang memiliki penyakit yang serius
dan dirawat di Ruang Perawatan Intensif?

Pasien yang berada di ruang rawat intensif umumnya terintubasi dan tidak sadarkan diri.
Kondisi ini berdampak secara  psikologis, sosial, dan spiritual. Seringkali kondisi tersebut
menimbulkan ketidakberdayaan dan keputusasaan pada pasien dan pada akhirnya jatuh
dalam kondisi distres spiritual dimana pasien sudah tidak lagi percaya pada Tuhan, tidak lagi
melakukan ibadah, dan hilang pengharapan terhadap Tuhan. Proses penyembuhan dan
mekanisme koping tentunya akan terhambat jika pasien mengalami distres spiritual.
3. Sebagian besar masyarakat di dunia mengadopsi pandangan bahwa seks hanya sekedar
“memasukan penis ke vagina” dalam konteks pernikahan dengan tujuan procreation. Dalam
masyarakat modern tujuan aktivitas seks tidak hanya procreation, namun juga recreation,
ekspresi cinta, celebration, dan kerja. Yang perlu dipahami adalah setiap tingkah
laku/aktivitas seksual adalah hasil dari sebuah dorongan yang ada dalam diri individu.
(psikologis, genetik, sejarah, konteks sosial/ budaya).
4. Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini
muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini
bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres
memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh,
banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu
yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan
kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
5. Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yangsifatnya u
nik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan berduka
merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatukurang enak atau nyaman
untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi
inilebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam
perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demisedikit
mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk
mencari bentuan kepada orang lain.
6. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah kata yang sering
dikaitkan dengan antropologi. Secara pasti, antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk
menggunakan istilah ini. Seniman seperti penari atau pelukis dan lain-lain juga memakai
istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai
departemen untuk ini. Konsep ini memang sangat sering digunakan oleh antropologi dan
telah tersebar ke masyarakat luas bahwa antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering
disebut dengan kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh antropologi dalam
pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli antropolgi mempunyai pengertian yang
sama tentang istilah tersebut.
7. Pengertian yang lebih luas seperti yang dikemukakan Daviddow dan Uttal, bahwa pelayanan
merupakan usaha apa saja yang dilakukan untuk mempertinggi nilai kepuasan konsumen
(pelanggan). Yun, Yong, dan Loh (1998), menyatakan bahwa pelayanan adalah penghubung
pertama mata rantai aktivitas untuk sistem Total Quality Manajemen (TQM). Sejalan dengan
itu, Christopher (1992) menyatakan bahwa pelayanan dapat diartikan sebagai suatu sistem
manajemen, diorganisir untuk menyediakan hubungan pelayanan yang berkesinambungan
antara waktu pemesanan dan waktu barangatau jasa itu diterima dan digunakan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen dalam jangka panjang.
8. Antropologi kesehatan adalah subbidang antropologi pada beragam keilmuan lain seperti
sosial, budaya, biologi, hingga linguistik guna memahami berbagai faktor yang berhubungan
dengan kesehatan.

Lebih dari itu, antropologi kesehatan juga berfungsi untuk memahami faktor-faktor lain
seperti kesejahteraan, pencegahan dan pengobatan penyakit, proses penyembuhan,
hubungan sosial, dan kepentingan budaya.

9. Robert Straus mengklasifikasikan sosiologi medis menjadi dua, yaitu sosiologi mengenai
bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Sosiologi mengenai bidang medis
menyajikan kajian sosiologis terhadap faktor bidang medis. Para sosiolog melakukan kajian
ini dengan tujuan pengembangan ilmu dan teori sosiologi. Posisi para sosiolog dalam hal ini
ada di luar bidang medis.

Sedangkan sosiologi dalam bidang medis menurut Robert merupakan penerapan keahlian
sosiolog maupun ahli sosial lain di dalam bidang medis. Sejak hampir seabad yang lalu di
bidang kedokteran timbul kebutuhan untuk mencoba memahami faktor-faktor sosial yang
berhubungan dengan pola penyebaran penyakit (epidemiologi) dalam kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Maka dikembangkanlah sosiologi kedokteran yang mencakup studi
tentang faktor-faktor sosial dalam etiologi, prevalensi, tentang profesi kedokteran itu sendiri
serta hubungan dokter dengan masyarakat umum. Dalam perkembangan selanjutnya
terbukti bahwa upaya penanggulangan penyakit masyarakat tidaklah hanya merupakan
tanggung jawab profesi kedokteran saja, melainkan tanggungjawab bersama para petugas
kesehatan. Selain itu pendekatan terhadap masalah kesehatan masyarakat pun diperluas,
yaitu dengan mengubah titik pusat perhatiannya, dari penyakit menjadi kesehatan. Selain
dengan perkembangan tersebut maka timbul pula sosiologi kesehatan yang lebih luas
daripada sosiologi kedokteran.

10. Perilaku caring merupakan suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain,
artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu
bertindak. Karena perilaku caring merupakan perpaduan perilaku manusia yang berguna
dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu pasien yang sakit. Perilaku caring
sangat penting untuk mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau cara
hidup manusia. Perilaku caring sangat penting dalam layanan keperawatan karena akan
memberikan kepuasan pada klien dan perawatan akan lebih memahami konsep caring,
khususnya perilaku caring dan mengaplikasikan dalam pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai