Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALEATIF


“Paliatif dan Menjelang Ajal Menurut Tinjawan Sosial Budaya”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:


1.Feni Rina Tumilaar
2. Ester Marsia Sembel
3.Gracia Feren Lontaan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


RPL KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan uang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
karunia-Nya kami kelompok dapat menyelesaikan makalah keperawatan menjelang ajal dan
paliattif yang berjudul “Paliatif dan Menjelang Ajal Menurut Tinjawan Sosial Budaya”. Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah terkait
dalan penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
Menyusun makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyususnan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan maupun
dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun jika terdapat kesalahan, kekurangan, dan kata-kata tang kurang berkenan dalam
makalah ini, dan tentu saja dengan kebaikan Bersama.

Akhir kata kami kelompok mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam Menyusun makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan pembaca

Manado,07 Oktober 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa yang dimaksud dengan perawatan paliatif


B. Bagaimana pengertian social dan budaya
C. Bagaimana aspek budaya mempengaruhi Kesehatan
D. Bagaimana aspek social yang berpengaruh terhadap Kesehatan
E. Bagaimana tinjawan social budaya dalam perawatan paliatif dan menjelang ajal

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTRA PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita sedang
sekatar atau fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki
respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Azizi, Witjaksono, & Rasjin, 2008)

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup


pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapai penyakit mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penata laksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, social atau
spiritual. (Word Health Organization (WHO) 2016).

Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan
paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan social, konsep diri, masalah dukungan
keluarga serta masalah pada aspek spirituasl (Campbell, 2013)

Social budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran dan
budinya dalan kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas Eppink, social budaya atau
kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah Masyarakat yang
terjadi ciri khas dari Masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, keduanya adalah
seseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan
kemampuan oleh pikiran dalam bentuk lain yang sebagai anggota Masyarakat dan
keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social
budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat
istiadat dan kebiasaan Masyarakat itu sendiri.

Seiring dengan bertambahnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari paliatif care yang
dulunya hanya terfokus pada pemberian kenyamanan bagi penderita, sekarang telah meluas
menjadi perawatan holistic, perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin
banyak pasien yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan
adalah mutlak adanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perawatan paliatif?
2. Bagaimana pengertian social dan budaya?
3. Bagaimana aspek budaya mempengaruhi Kesehatan?
4. Bagaimana aspek social yang berpengaruh terhadap Kesehatan?
5. Bagaimana tinjawan social budaya dalam perawatan paliatif dan menjelang ajal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian perawatan paliatif
2. Menngetahui pengertian social dan budaya
3. Mengetahui aspek budaya mempengaruhi Kesehatan
4. Mengetahui aspek social yang berpengaruh terhadap Kesehatan
5. Mengetahui tinjawan social budaya dalam perawatan paliatif dan menjelang ajal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita sedang
sekatar atau fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki
respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Azizi, Witjaksono, & Rasjin, 2008)

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup


pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapai penyakit mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penata laksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, social atau
spiritual. (Word Health Organization (WHO) 2016).

B. Sosial Budaya dalam Paliatif Care


Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk
kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa
memandang tingkatannya.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau
tata nilai yang berlaku dalam sebuah Masyarakat yang menjadi ciri khas dari Masyarakat
tersebut. Sedanggkan menurut burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian,
moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan oleh piker dalam
bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota Masyarakat dan keseluruhan bersifat
kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa sosial budaya mengacu
pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan
Masyarakat itu sendiri.
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengans pikiran
dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itulah penting bagi tenaga keseshatan
untuk tidak hanya mempromosikan Kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang
proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang
dianut hubungannya dengan Kesehatan. Tanpa disadari berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota Masyarakat, karena kebudayaan yang memberi corak pengalamam
individu-individu Masyarakat
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat
kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor
di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi ( predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.

C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


1. Persepsi Masyarakat terhadap sehat sakit
Masyarakat mempunyai Batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan konsep sehat dan
sakit versi system medis modern (penyakit disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna,
dan dosa)

2. Kepercayaan.
Kepercayaan Masyarakat sangat mempengaruhi tingkah laku Kesehatan, beberapa
pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh negative
terhadap program Kesehatan. Seperti contoh, orang-orang Islam dipedesaan menggangap
bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi,
sulit menyadarkan Masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit.
3. Nilai Kebudayaan
Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang mempunyai
perbedaan dalam memberikan nilai pada suatu objek tertentu. Nilai kebudayaan ini
memberikan arti dan arah pada cara hidup, persepsi Masyarakat terhadap kehidupan dan
pilihan mereka untuk bertindak.
Sifat Etnosentris merupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik
jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Pandangan yang berpangkal pada
Masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang
meremehkan Masyarakat dan kebudayaan lain. Selain itu nilai yang diajarkan sejak awal
seperti budaya hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau anak-anak karena
nanti nya akan menjadi nilai norma dalam Masyarakat.
4. Inovasi Kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial Masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis. Artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan selanjutnya.
Seorang petugas Kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku Kesehatan harus
mampu menjadi contoh dalam perlakunya contoh rujukan perilaku hidup bersih sehatt,
bahkan diyakini bahwa perilaku Kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas
Kesehatan yang benar.

D. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


1. Penghasilan (income). Masyarakat berpenghasilan rendah menunjukan angka kesakitan
yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi.
2. Jenis kelamin (sex). Wanita cenderung lebih sering memeriksakan Kesehatan ke dokter dari
pada laki-laki
3. Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita pekerja.
4. Salf Concept, Menurut Marriam-Wabster adalah : “the mental image one has of oneself”
yaitu gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya. Self concapt ditentukan
oleh tingkat kepuasan atau ketidak puasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri. Self
concapt adalah factor yang penting dalam Kesehatan, mempengaruhi perilaku Masyarakat
dan perilaku petugas kesehhatan.
5. Image Kelompok. Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh Image kelompok.
Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya. Identitas Individu pada
kelompok. Identifikasi individu pada kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan
keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi Kesehatan adalah panangan suatu Masyarakat
terhadap Tindakan yang mereka lakukan Ketika mengalami sakit ini akan sangat
mempengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam
Masyarakat tersebut. Kekuatan gaib sebagai penyembuh Ketika mereka sakit, dan bayi
yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosial budaya sangat mempengaruhi Kesehatan baik itu
individu maupun kelompok.
E. Tinjawan Sosial budaya pada perawatan Paliatif dan Menjelang Ajal
Indonesia yang terdiri dari beragam etnis memiliki banyak budaya dalam
masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal
ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negative di etnis lainnya.
Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan di Indonesia begitu kompleksnya.
Sosial budaya sering kali dijadikan petunjuk dan tata cara perilaku dalam
bermasyarakat, hal ini dapat berdampak positif namun juga dapat berdampak negative.
Disinilah kaitanya dengan Kesehatan, ketida suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun
temurun dalam sebuah Masyarakat namun ternyata tradisi tersebut memiliki dampak yang
negative bagi derajat Kesehatan Masyarakat. Misalnya, cara Masyarakat memandang tentang
konsep sehat dan sakit dan persepsi Masyarakat tentang penyebab terjadinya penyakit disuatu
Masyarakat akan berbeda-beda tergantung dari kebudayaan yang ada dalam Masyarakat
tersebut.
Sosial budaya yang mempengaruhi Kesehatan adalah pandangan suatu Masyarakat
terhadap Tindakan yang mereka lakukan Ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat
dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang sangat mempercayai dukun yang
memiliki kekuatan baib sebagai penyembuh Ketika mereka sakit. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sosial budaya sangat mempengaruhi Kesehatan baik itu individu maupun kelompok.

1. Ritual Kematian
Banyak budaya memiliki ritual kematian yang kompleks dan beragam. Ini dapat
mencakup upacara pemakaman, doa-doa khusus, dan praktik lain yang merayakan atau
memperingati kematian. Penting bagi penyedia perawatan paliatif untuk menghormati
dan mendukung pelaksanaan ritual-ritual ini.
2. Stigma dan Diskriminasi
Beberapa budaya mungkin memiliki stigma terhadap penyakit tertentu atau keadaan
kesehatan yang dapat memengaruhi pengalaman pasien menjelang ajal. Misalnya,
stigma terhadap HIV/AIDS dapat memengaruhi perawatan pasien dan akses mereka
terhadap perawatan paliatif yang layak.
3. Keputusan Etis
Konflik etis dapat timbul ketika nilai-nilai budaya bertentangan dengan standar medis
dalam perawatan paliatif. Ini dapat melibatkan pertimbangan seperti penghentian
perawatan hidup yang terus-menerus atau keputusan tentang euthanasia. Penyedia
perawatan perlu bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mencapai keputusan yang
sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan budaya mereka.

Budaya Masyarakat tentang pengobatan pada penyakit paliatif

Pemahaman Masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-temurun


merupakan bagian dari kearifan local yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis
yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun sangat dipercayai oleh Masyarakat.
Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat
Pendidikan dan tingkat ekonomi.

Misalnya, kangker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah


penderitanya pun tak sedikit. Saying, banyak penderita justru memilih ke dukun alias
pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru
berobat ke dookter setelah menderita kanker payudara stadium tinggi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan
melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain,fisik, psikososial dan spirittual.

Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah laku
yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatanyang merupakan bagian dari
budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial
budaya yang ditujukan bagimasyarakat tersebut.

Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok
orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,
kepercayaan, nilai, dan norma kelompok
yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupaya mencegah penyakit maupun
menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku
kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan
kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan
perawatan pasien paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui
mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. (2018). Panduan Pelayanan medik:
Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kangker Serviks dengan Gangguan Ginjal.
Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rieka Cipta

Kementrian Kesehatan RI (2017) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


312/Menkes/SK/IX/2017 tentang Daftar Obat Esensial Nasional

National Consensus Projek for Quality Palliativ Care. (2016). Clinical


Practice Guidelines for Quality Palliatiive Care, Third Edition. USA:
National Consensus Project for Quality Palliative Care

Tinjawan Sosial dan Budaya tentang Perawatan Paliatif. Tersedia pada


https://www.scribd.com/document/389574345/Tinjawan-Sosial-Budaya-
Perawatan-Paliatif

Anda mungkin juga menyukai