Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN SOSIAL BUDAYA DALAM

PERAWATAN PALLIATIVE

Disusun Oleh :

Asep Rusmanto
Kintan M
Lilis Nurul Asyiyani
Moh. Rizki Fauzi
PENGERTIAN PERAWATAN
PALLIATIVE
Menurut WHO palliative care merupakan
pendekatan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang berkaitan
dengan masalah yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan menghentikan
penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini, penangnanan nyeri dan
masalah lainnya, seperti fisik, psikologis,
sosial dan spiritual (WHO, 2016).
PENGERTIAN SOSIAL BUDAYA

Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala


sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang
menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut
Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat
istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir
dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat
dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut
bisa disimpulkan bahwa sosial budaya memang mengacu pada
kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat
dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
KARAKTERISTIK BUDAYA

1. Budaya dapat dipelajari dan diajarkan


2. Budaya dibagikan
3. Budaya bersifat sosial
4. Budaya bersifat dinamis, adaptif, dan selalu berubah
5. Budaya menggambarkan cara seseorang mempersepsikan sesuatu,
bertingkah laku, dan menilai sesuatu yang ada di sekitar mereka.
6. Budaya menentukan perilaku kesehatan seseorang
TINJAUAN SOSIAL BUDAYA DALAM PERAWATAN
PALLIATIVE
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia
dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku
itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagianya.
2. Faktor Pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih, dan sebaginya.
3. Faktor Pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Social Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan untuk mendiskusikan
segala informasi, mendiskusikan tujuan perawatan, dan memberikan dukungan
social yang komperhensif (De Roo et al., 2013). Adapun panduan bagi perawat
paliatif dijelaskan sebagai berikut:

1. Semua perawat harus meninjau kembali kekhawatiran pasien dan keluarga


terhadap penyakit lanjut yang mengancam jiwa

2. Perawat hospice dan perawat palliative harus membantu dan


mengembangkan sebuah rencana perawatan sosial yang komperhensif yang
termasuk didalamnya hubungan dengan keluarga, komunitas, dan orang yang
terlibat dalam merawat pasien (Ferrell et al., 2007; Ferrell, 2015).
Culture Aspect Of Care merupakan cara yang dilakukan menilai budaya dalam
proses pengambilan keputusan dengan memperhariakn preferensi pasien atau
keluarga, memahami bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang
dianut pasien dan keluarga(De Roo et al.,2013). Adapun panduan bagi perawat
paliatif sebagai berikut: Semua perawat harus mampu menilai budaya pasien
sebagai komponen yang tidak terpisahkan dalam memberikan palliative care
dan perawatan dirumah yang komperhensip mencakup pengambilan
keputusan, prepensi pasien, komunikasi keluarga, terapi komplementer, dan
duka cita bagi keluarga yang ditinggalkan, serta pemakaman dan ritual
pemakaman pasien. (Ferrell, 2015).
Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan
Paliatif

Kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif


bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam
kehidupan.
TERIMA KASIH 😊

Anda mungkin juga menyukai