Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN SOSIAL BUDAYA DALAM PERAWATAN PALIATIF

Dosen pengampu : Ns. Ageng Abdi Putra., M.Kep.

Kelompok 9 :
Alyati
Odi irawan
Raodatul Janah
Rohatul ibadiah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM


TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunianya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Tinjauan Sosial
Budaya Dalam Perawatan Paliatif” ini dengan baik. Penulisan makalah ini masih ada
hambatan. Akan tetapi, atas bantuan dan dukungan semua pihak makalah ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan

Mataram, 04 desember 2020

Kelompok 9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………….iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...4

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Sosial Dalam Perawatan Paliatif……………………….

2.2 Tinjauan Budaya Dalam Perawatan Paliatif……………………...

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….

3.2 Saran………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita
yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien
sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan
ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz,
Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu
atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari
masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa
kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah
pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan
keseluruhan bersifat kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa
social budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada
aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas tentang “tinjauan
sosial budaya mengenai perawatan paliatif”

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum

Untuk memahami tinjauan sosial budaya dalam perawatan paliatif

2. Tujuan khusus

a. Untuk memahami pengertian perawatan paliatif

b. Untuk memahami tinjauan sosial dalam perawatan paliatif

c. Untuk memahami tinjauan budaya dalam perawatan paliatif


BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Sosial dan Budaya tentang Perawatan Paliatif


Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu
yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena
itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi
juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause)
dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga
factor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini
akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh
dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang
memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita
demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu
maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah
melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa
kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan
tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan
yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.
1. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk
dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam
kehidupan.

2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun
tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias pengobatan alternatif.
Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat ke dokter
setelah menderita kanker payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian masyarakat
Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun Ponari dengan batu
saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan jumlah
pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin meningkat. Tindakan
masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di
masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu
yang dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan
dimasyarakat sebagai bagian dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-temurun
merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman
magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai
oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat
oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain, fisik,
psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah
laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan
bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam
kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku
merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang
untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,
kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang bersangkutan. Kebudayaan kesehatan
masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-
individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik
yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh
karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam
hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-
individunya terutama dalam paliatif care.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pasien
paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan  mengetahui pengetahuan
masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan,
diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Mata (Factors Related To The Community’s Behaviour To Get Eye Health
Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23 februari
2015)
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam
Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment), Universitas
Jember (UNEJ), Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai