Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Judul makalah ilmiah ini yang penulis ambil adalah “Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat
Terhadap Kesehatan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi Mahasiswa/i “RPL POLTEKES KEMENKES KUPANG PRODI
KEPERAWATAN GIGI” dalam memenuhi tugas. Ucapan terimakasih tidak lupa penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas karya tulis ilmiah ini, diantaranya :
1. Bapak Ferdnan Fankari.S.Sit,M.Kes.selaku dosen mata kuliah
2. Bapak Melkisedek O.Nubatonis,SKM,MDSC.selaku dosen pembimbing.
3. Istri tercinta yang selalu medukung dan mendorong
4. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam pembuatan karya
tulis ilmiah ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis apabila mendapatkan kritikan
dan saran yang membangun agar karya tulis ilmiah ini sehingga selanjutnya akan lebih baik
dan sempurna serta komprehensif.
Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan sebagai media pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat
membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Penulis
YOHANES GAJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa
perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan
sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang
berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang
bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa
memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan
tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan
dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesehatan?
2. Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional?
3. Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat?
4. Apa faktor pendorong dan penghambat?
5. Bagaimana solusi peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan.
2. Untuk mengetahui Bagaimana hubungan kebudayaan dan pengobatan tradisional.
3. Untuk mengetahui Bagaimana konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat.
4. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan
kesehatan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara
kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi
kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80% rakyat Indonesia tidak
mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Askes, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap
'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil
dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung
dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi
juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa
merupakanbagian integral kesehatan.
B. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan
anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap
bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut
dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua
penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-
hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia
dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna.
Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-
masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang
terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku.
Begitu pula suku-suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing
untuk menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya
jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit
tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihir dan korban tidak akan sembuh apabila tidak segera berobat ke tukang sihir.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke
dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka Shaman
akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.1
C. Konsep Sehat dan Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang
ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit
ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan
baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya
terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi
bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.2[2]
1[1]Uciha Itachi , Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap Keshatan, 2012 http://macrofag.blogspot.com/ di akses tanggal
04 April 2013 Jam 03.38.
2[2]Robertha Natalia Gracia, Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan, 2010
http://roberthanatalia.blogspot.com/ di akses tanggal 04 April 2013 Jam 03.38.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang
disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor
yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama
(yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional
yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. WHO mendefinisikan pengertian
sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social
seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya
yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku
manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan
manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh
budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern,
mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti
panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan
lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.3[3]
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua
adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka
tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain
akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah.
Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh
tubuh penderita. Dalam beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah,
makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada
sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara
menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan
pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat malaria.
D. Faktor Pendorong Dan Penghambat
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan dalam Masyarakat
Perilaku yang dinyatakan di atas adalah berkaitan dengan upaya atau tindakan individu ketika
sedang sakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini bisa melalui dengan cara mengobati
sendiri sehingga mencari pengobatan ke luar negeri.
Menurut Blum(1974) yang dipetik dari Notoadmodjo(2007), faktor lingkungan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat manakala
faktor perilaku pula merupakan faktor yang kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka
3[3] Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat Tradisional Buatan Pabrik dalam
Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam Indonesia, Volume 2 Nomor4, halaman 136-141.
kebanyakan intervensi yang dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan
masyarakat melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut
teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang
tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan
perilaku para petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas
kesehatan. Selain itu, faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait
dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor ini.4[4]
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan anak :
1. Dukun sebagai penyembuh
Masyarakat pada beberapa daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang-
kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang
dapat menyembuhkannya.
2. Timbulnya penyakit sebagai pertanda
Contoh Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi
tersebut akan bertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.
3. Kesehatan anak juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan sosial.
Dimana hingga kini masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih
menjalankan kepercayaan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang
telah turun temurun terjadi .
Tetapi ada baiknya jika masyarakat juga mempertimbangkan dengan pemahaman menurut
para medis karena para medis lebih memahami tentang mana yang baik dalam tumbuh
kembang kesehatan anak.
4[4] Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman. 1997. Laporan Penelitian
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Pedesaan.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes, 52 hlm.
b. Faktor Penghambat Pengobatan Dalam Masyarakat
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usaha atau proses pengobatan dalam
masyarakat. Faktor – faktor ini bisa terjadi dan muncul dari dalam diri sendiri atau dari
lingkungan sekitarnya.
1. Faktor dari dalam diri :
Rendahnya pengetahuan dari seseorang sangat berpengaruh dalam
tindakanya untuk menggambil keputusan dalam berobat bagi dirinya atau
keluarganya.
Kurangnya pergaulan terhadap sesama yang berpengetahuan lebih tinggi
tentang ilmu kesehatan
Kurang kesadaran dari seseorang untuk mengubah perilaku agar bisa
berubah kearah yang lebih baik.
2. Faktor dari lingkungan
Kurangnya fasilitas dan tenaga kesehatan ditempat domisili
Topografi yang menyulitkan transportasi dan komunikasi
Jika faktor – faktor diatas tidak teratasi maka akan berakibat fatal bagi masyarakat.
E. Solusi Peranan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan.
Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan kesehatan,
yaitu :
1. Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan peran serta
masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer.
2. Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan budaya
bangsa, namun perlu membatasi praktek-praktek yang membahayakan kesehatan.
3. Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan
penelitian, pengujian dan pengembangan obat-obatan dan car-cara pengobatan
tradisional.
4. Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak memerlukan izin,
namun perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan dan pengawasannya.
Masalah pendaftaran masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiologik, setelah
diteliti, diuji dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian program
pelayanan kesehatan primer. Contoh : dukun bayi, tukang gigi, dukun patah tulang.
Sedangkan cara-cara psikologik dan supranatural perlu diteliti lebih lanjut,
sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.
6. Pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan menjadi
tokoh masyarakat dapat dilibatkan dalam upaya kesehatan masyarakat, khususnya
sebagai komunikator antara pemerintah dan masyarakat.5[5]
5[5] Sugeng, Dwi. Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PT. Media Abadi. (2007). Hal 27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai pengobatan tradisional, saya
yakin bahwa jika di nilai dari banyak fungsi yang di harapkan dapat memenuhi oleh
pengobatan dan keterbatasan yang ada pada penelitian medis yang sistematik dalam
masyarakat tersebut, maka system-sistem medis tradisional, yang di lihat sebagai sarana
adaptif, telah berhasil dengan baik. Mereka telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu, telah
memberikan harapan dan penyembuhan kepada yang sakit, mereka menangani juga penyakit-
penyakit sosial, dan mereka telah memberikan sumbangan terhadap penambahan populasi
dunia secara lambat.
Saya juga percaya bahwa beda dengan pengobatan ilmiah ,baik dari aspek-aspek
preventif dan , klinisnya, serta semua kekurangan dalm perawatan kesehatannya maka
pengobatan tradisional adalah cara kurang memuaskan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan dari penduduk masa kini. Hal ini bukanlah merupakan penilaian kami saja
melainkan keputusan para penilai utama, konsumen-konsumen tradisional yang semakin
meningkat dalam memilih antara pengobatanya sendiri dengan pengobatanya ilmiah lain.
B. Saran
Saya sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, setelah membaca makalah
ini,Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikanya nanti.Dapat
mengetahui bagaimana system medis tradisional ,apalagi sisi positif dan negatif dari
pengobatan system tradisional tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Uciha Itachi , 2013 Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap Keshatan, 2012
http://macrofag.blogspot.com/
Robertha Natalia Gracia, 2010 Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan,
http://roberthanatalia.blogspot.com/
Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat
Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam
Indonesia, Volume 2 Nomor4.
Supardi, S., Mulyono Notosiswoyo, Nani Sukasediati, Winarsih, Sarjaini Jamal, M.J Herman.
1997. Laporan Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat
Tradisional Dalam Pengobatan Sendiri di Pedesaan. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi Badan Litbangkes.
Supardi, S., Feby Nurhadiyanto Arief, Sabarijah WittoEng. 2003. Penggunaan Obat
Tradisional Buatan Pabrik dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Jurnal bahan alam
Indonesia, Volume 2.
Sugeng, Dwi. (2007). Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PT. Media Abadi.
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
MENCARI PENGOBATAN
Apr11
Konsep Perilaku
Berbicara tentang perilaku manusia itu selalu unik. Artinya tidak sama antar dan
inter manusianya baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian.
Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu
tujuan. Dengan adanya need atau kebutuhan dalam diri seseorang maka akan muncul
Definisi perilaku menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud digerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. (Kaunang,
2009).
Perilaku baru terjadi apabila sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni
yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui suatu proses
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,
Perilaku merupakan respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Faktor-faktor yang
dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya
tigkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor ekternal yaitu
lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik dan sebagainya. (Anonim,
2011).
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil
bersama atau resultanre antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Dengan kata lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai
Menurut Ghana (2008) perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adlah faktor yang ada dalam dirinya yaitu ras/ keturunan, jenis
kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat dan intelegensia. Sedangkan faktor eksternalnya
pemungkin (ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan
penanggung biaya berobat) dan faktor kebutuhan (kondisi individu yang mencakup
Menurut J. Winardi (2001), perilaku tidak hanya dideterminasi oleh keinginan saja,
akan tetapi perilaku juga dipengaruhi juga oleh lingkungan, pengetahuan, persepsi,
domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi 3 tingkat yaitu
1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarinya, seperti
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
b. Memahami
secara benar.
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. Evaluasi
terhadap stimulus atau obje tertentu yang melibatkan faktor pendapat yang
bersangkutan.
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek, sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. (Bascom,
2009).
Newcomb, salah seorang ahli psikologis social, menyatakan bahwa sikap itu
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus
b. Merespon
c. Menghargai
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang dideskripsikan dalam bentuk tindakan
yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
(Wikipedia, 2011).
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain.
(Notoatmojo, 2003).
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu sesuai denagn benar secara
d. Adopsi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Sebagian besar masyarakat hampir tidak pernah lepas dari pelayanan sekaligus
manusia berusaha tidak langsung melalui aktifitas orang lain. Seperti yang dikatakan oleh
AS. Moenir (1998) proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain langsung
melayani apa yang diperlukan dan diharapkan oleh orang lain dengan bantuan pihak lain
yang menyediakan sesuatu diperlukan oleh orang lain tersebut. (Anonim, 2011).
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek yang berperan dalam penciptaan
derajat kesehatan yanbg merata kepada seluruh masyarakat. Sesuai dengan tujuasn
untuk menggapai pelayanan kesehatan dan perilaku hidup sehat. (Syaer, 2010).
(praktek tenaga kesehatan, poli klinik, puskesmas dan rumah sakit). (Supardi dkk, 2011).
1. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
(Wikipedia, 2011).
organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan
Berikut merupakan tugas dan fungsi Rumah Sakit menurut Wikipedia (2011):
tambahan.
Diseluruh dunia, ditemui keluhan adanya peningkatan biaya Rumah Sakit yang
banyak Rumah Sakit yang mengalami kesulitan biaya dan akan dijual. Masyarakat
tidak mampu lagi membayar. Hanya 20-30% rakyat yang mampu membayar Rumah
Sakit, sementara Rumah Sakit mendapat kesulitan untuk membayar gaji karyawan-
berbagai factor, antara lain tersedianya tempat tidur, system pelayanan kesehatan,
organisasi Rumah Sakit, manajemen atau system keuangan dan bahkan teknologi
Ada 2 faktor penting yang mempengaruhi sektor Rumah sakit yaitu kekuatan
kesehatan dari daerah akan semakin besar. Semakin tinggi kekuatan ekonomi
masyarakat maka dapat dilihat bahwa daya beli masyarakat terhadap pelayanan
2. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten atau Kota
penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan
pelayanan Puskesmas yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
pengalaman pribadi dan manfaat akan keberadaan dari Puskesmas itu sendiri.
Menurut Syafruddin Syaer (2010), banyak faktor yang berperan dalam hal
yang bersal dari puskesmas itu sendiri dan faktor yang berasal dari masyarakat.
Faktor yang berasal dari Puskesmas meliputi faktor tenaga, perilaku petugas,
program pelayanan, fasilitas yang tersedia, letak Puskesmas dan sumber daya yang
dan pekerjan.
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah
5) Upaya pengobatan
data sekunder SKRT 2004 dan Susenas 2004, didapatkan data karakteristik pasien
rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas persentase terbesar berusia 26-35 tahun,
status ekonomi mampu menurut kategori pusat statistic (BPS), tempat tinggal
tradisional, atau cara lain tanpa petunjuk tenaga kesehatan. Tujuan pengobatan
sendiri adlah praktis dari segi waktu, kepercayaan terhadap obat tradisional,
masalah privasi, biaya lebih murah, jarak yang jauh ke pelayanan kesehatan dan
jalan dalam kurun waktu setahun menurut Riskesdas 2007 sebesar 1,6% sementara
menurut data Susenas 2007 penduduk yang memilih berobat dirumah sebesar
57,7%, pengobatan medis 35,5% dan pengobatan trasdisional 6,8%. (Supardi dkk,
2011).
perkawinan cerai hidup/ mati, kelompok umur pralansia/ lansia, tidak bekerja, lokasi
tinggal dipedesaan dan jenis kebutuhan sakit malaria dan demam tipoid.
Pengobatan Tradisional
menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan
2008).
beberapa alasan yaitu harga obat-obatan buatan pabrik saat ini sudah semakin
mahal, efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dan
kandungan unsure kimia yang terkandung didalam obat tradisional sebenarnya
Dari hasil penelitian Herlina (2001) menunjukkan bahwa variabel sikap dan
Proporsi pengobatan alternatif yang memilih jenis ketrampilan adalah 62% yang
terdiri dari 49% ditolong oleh tukang pijat, 10% oleh tukang pijat refleksi dan 3%
oleh sinshe akupuntur. Sementara itu proporsi yang memilih pengobatan alternative
jenis ramuan obat adalah 38% terdiri dari ramuan 19%, penjual jamu 16%, tabib 2%
ramuan 1%.
Umur
epidemiologi. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan
melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. . (Syafruddin dkk,
2009).
b. Interval 5 tahun
2) 5-9 Tahun
tahapan. Tiga diantaranya berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut
(Maulana, 2008):
a. < 20 tahun
b. 21-35 tahun
c. > 35 tahun
antara 26-35 tahun (28,8%) yang berobat ke Puskesmas dan proporsi penduduk
yang memilih berobat di rumah lebih banyak pada kelompok umur pra lansia atau
lansia.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada
Jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi
peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat
Setiap masyarakat menekankan peran tertentu yang setiap jenis kelamin harus
bermain, meskipun ada lintang luas dalam perilaku yang dapat diterima untuk
Begitu juga dengan penelitian Supardi dkk (2004) tentang faktor-faktor yang
perempuan (56,4%).
Pendidikan
perilaku yang baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh seseorang
akan meningkatkan daya nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan seseorang
2008).
pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas adalah pendidikan SD (tamat/
tidak tamat SD). Persentase pasien dengan pendidikan dasar lebih cenderung
Pendapatan/ penghasilan
2009).
Berdasarkan peraturan Gubernur Aceh tahun 2011 upah minimal regional
kategori :
diri, serta mengambil obat. Hal ini dapat dihubungkan dengan biaya transport
yang dimiliki. Jadi dari tingkat pendapatan yang memadai dapat diharapkan
pemilihan tempat pengobatan. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi pasien yang
Pekerjaan
subjek penelitian diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang.
(Nurhasanah, 2008).
Nurhasanah (2008) membagi pekerjaan menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak
bekerja. Bekerja apabila subjek penelitian memiliki kegiatan rutin yang dilakukan
diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang. Sedangkan tidak
bekerja apabila subjek penelitian tidak memiliki kegiatan rutin yang dilakukan
memproduksi barang atau jasa ada permintaan terhadap tenaga mereka mau
menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau
keuntungan, baik mereka yang bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah
suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah. (Syaer, 2011).
Persentase pasien tidak bekerja yang rawat jalan di Puskesmas lebih besar
daripada yang bekerja. Hubungan antara pekerjaan pasien dan perilaku pasien
Advertisements
Loading...
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan
mengenai konsep dasar perilaku kesehatan. Setiap pembahasan dibahas secara sederhana
sehingga mudah dimengerti.
Dalam penyelesaian Makalah ini,kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu,
sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada semua dosen yang
membimbing kami.
kami sadar, sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu,kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah
yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamualikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan
kesehatan terhadap perilaku serta hal-hal yang terkait terhadap perilaku dan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun
tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan
tidak disadari bahwa interaksi itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak
sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat
penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu mengubah
perilaku tersebut.
2.2. Kesehatan
Definisi Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
(WHO, 1947).Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat
meningkatkan.
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan
masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit
atau terkena masalah kesehatan
Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen
kognitif lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergiz. Perilaku sehat diperlihatkan oleh
individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul
sehat.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik
secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan
sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit
a) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan
makanan bergizi, dan olahraga.
b) Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,
pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang
lain.
c) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya
sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
d) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya
melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
3) Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan
makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
4) Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan.itu sendiri.
Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :
a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c) Perilaku gizi (makanan dan minuman).
2) Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau Sering
disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior). Adalah menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini
dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku Kesehatan Lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.
a) Perilaku hidup sehat
.Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :
(1) Menu seimbang
(2) Olahraga teratur
(3) Tidak merokok
(4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
(5) Istirahat yang cukup
(6) Mengendalian stress
(7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b) Perilaku Sakit
Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya,
dsb.
c) Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Perilaku ini mencakup:
(1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
(2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.
(3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).
FAKTOR SOSIAL : Factor sosial sebagai factor eksternal yang mempengaruhi perilaku
antara lain sktruktur sosial, pranata –pranata sosial dan permasalahan – permasalahan sosial
yang lain. Pada factor sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik yang maka
orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan sebaliknya bila seseorang
berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat
yang kurang baik juga. Dukungan sosial ( keluarga, teman ) mendorong perubaha perubahan
sehat. Contohnya konsumsi alcohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual.
FAKTOR KEPRIBADIAN : Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku salah satunya
adalah perilaku itu sendiri (kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan
yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku
yang serupa. Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian – hatian, membatasi porsi
pemakaian internet pada waktu – waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan
membantu individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan ( habit) yang
dapat merubah perilaku.
FAKTOR EMOSI : Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan –
harapan yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang
mendorong melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok.
PROSES TERJADINYA
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang
yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena
tekanan dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan
diri dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena dapat
tercapai dan harus benar- benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
a. Reinforcement (Peningkatan)
Reinforcemen merupakan sesuatu yang dilakukan yang dapat membawa kesenangan dan
kepuasan.
Contohnya:
- Positive reinforcement : anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan
mainan.
- Negative reinforcement : anda minum milanta agar sakit maag hilang.
b. Extincion (peniadaan).
Extincion merupakan perilaku sehat yang apabila konsekuensinya di hilangkan maka akan
melemah responnya jika tidak ada stimuli/reinforcer lain yang mempertahankan perilaku
sehat.Contohnya: anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan mainan
tetap melakukan perilaku sehatnya karena pujian orang tua atau kepuasan karena tangannya
bersih dari kuman
c. Punishment (hukuman)
Punishment merupakan perilaku yang apabila dilakukan dan membawa konsekuensi yang
tidak menyenangkan cenderung ditekan.Contohnya: anak kecil yang bermain dengan benda
tajam seperti pisau dimarahi oleh Ibunya, akan tidak mengulanginya lagi.
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam
program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma
– norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi
untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang
harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi
biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai
banyak pagar yang kurang terawat.
2) Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat
lebih langgeng.
3) Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan
bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang
informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua
ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap
dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam
akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan
yang langgeng.
1. Perilaku manusia merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal
2. Faktor determinan perilaku manusia luas, namun beberapa ahli mencoba merumuskan
teori terbentuknya perilaku manusia
3. Teori perilaku manusia yang akan kita bahas kali ini adalh : Teori ABC, Reason
Action, “PRECED-PROCEED”, Behavior intention, Thoughs and Feeling.
Contoh: Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau makan banyak, salah
satunya dengan membuat tampilan makanan menarik (A), Ibu membuat tampilan makanan
semenarik mungkin ( B ), Anak mau makan banyak ( C )
b) Teori “REATION ACTION” (FESBEIN &AJZEN :1980 )
Teori ini menekankan pentingnya “intention”/niat sebagai faktor penentu perilaku
Niat itu sendiri ditentukan oleh :
1. sikap
2. norma subjektif
3. pengendalian perilaku
Contoh : Seorang ibu yang mau mengimunisasikan anaknya didasari niat, dimana niat itu
ditentukan oleh sikap ibu yang setuju dengan imunisasi, keyakinan ibu akan perilaku yang
diambil dan sudah siap bila anaknya panas setelah diimunisasi.
2. Social support
3. Accessibility to information
4. Personal autonomy
5. Action situation
2. Personal reference
3. Resources
4. Culture
B = f ( TF, PR, R, C )
Contoh :
Seorang ibu habis melahirkan tidak mau menyusui anaknya, karena dia punya keyakinan
kalau payudaranya akan hilang keindahannya bila menyusui (TF), atau karena artis yang
diidolakannya tidak menyusui sehingga dia mengikuti (PR), atau karena harus bekerja, tidak
ada waktu untuk menyusui (R), atau karena kebudayaan di daerah ibu tersebut lebih keren
kalau memberi susu formula daripada ASI, makin mahal harga susu maka status sosial makin
naik (C).
Teori-teori yang akan kita bahas adalah : Teori SOR, Festinger, Fungsi, Kurt Lewin.
2. defence mechanism
3. penerima objek dan pemberi arti
4. nilai ekspresif
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).
Menurut Becker. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga
domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice).
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
3.2. Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan,
individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu
perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.
Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita
dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti
tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk
dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://panthom-zone.blogspot.com/2011/11/hubungan-kesehatan-dengan-perilaku.html
Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Hlm. 23
Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
1 opmerking:
1.
assalmu'alaiqum.
trmksih, akhrnya mter yg sya cri ktmu untk bhan tgas.
salm knal sya mhasiswa fikes Univ. PTk
Antwoord
Laai nog...
Nuwer plasing Tuis
Teken in op: Plaas opmerkings (Atom)
Blogargief
▼ 2013 (2)
o ▼ April (2)
Makalah Kepemimpinan
<!--[if !mso]> v\:* {behavior:url(#default#VML);}o...
Meer oor my
EKWADO THOMAS
Bekyk my hele profiel
Prentvenster-tema. Aangedryf deur Blogger.
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH SOSIOLOGI KESEHATAN
MAKALAH
KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP
PENGOBATAN ALTERNATIF
Disusun oleh:
Nama : Fitria Nafisatin Nahari
NIM : I1A015032
Kelas : B (Sosiologi Kesehatan)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern ini, manusia sudah berpikir rasional dan terjadi banyak sekali
perkembangan dalam berbagai aspek bidang, salah satunya dalam bidang kesehatan. Dalam
bidang kesehatan sendiri sekarang banyak peralatan dan teknologi canggih yang bisa
digunakan untuk membantu penyembuhan segala penyakit ataupun menghasilkan obat yang
nantinya juga membantu penyembuhan pasien. Akan tetapi, di saat teknologi semakin maju
dan berkembang kebanyakan masyarakat di Indonesia malah percaya dan memilih
pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional yang belum tentu khasiat dan keasliannya.
Pengobatan alternatif memang bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat di
Indonesia. Sejak dahulu, pengobatan alternatif ini diberikan secara turun temurun. Mulai dari
pengobatan herbal, orang pintar, tokoh masyarakat atau tokoh agama. Jenis pengobatan
alternatif ada yang dapat dipertanggungajawabkan secara ilmiah, khususnya karena
kesesuaian dengan pengetahuan kedokteran atau biologi serta ada juga yang masih belum
mendapat penjelasan secara ilmiah. Meskipun begitu, tentunya banyak alasan mengapa
masyarakat masih mempercayai pengobatan alternatif di zaman yang serba canggih ini
karena beberapa pengobatan alternatif telah terbukti memberikan hasil yang baik dalam
menyembuhkan pasien.
Dalam pengobatan alternatif, tidak semuanya berlabel legal atau sesuai dengan
standart pengobatan, sehingga tidak jarang banyak oknum yang melakukan penipuan
berkedok pengobatan alternatif. Bukannya memberikan kesembuhan pada pasien, akan tetapi
mereka malah memunculkan penyakit lain atau efek samping yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan secara medis. Oleh karena itu, diperlukan upaya standarisasi
pengobatan alternatif .
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pengobatan alternatif?
2. Apa saja jenis-jenis dari pengobatan alternatif?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif?
4. Bagaimana upaya standarisasi pengobatan alternatif agar sesuai dengan standar keilmiahan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengobatan alternatif
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pengobatan alternatif
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan
alternatif
4. Untuk mengetahui upaya standarisasi pengobatan alternatif agar sesuai dengan standar
keilmiahan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Herbal-agency. Pengobatan alternatif yang menggunakan tanaman, baik bahan asli maupun
olahannya (ramuan) sebagai bahan pengobatan alternatif.
b. Animal-agency. Pengobatan alternatif yang menggunakan hewan, baik bahan dasar hewan,
hasil, maupun perantara sebagai bagian dari proses layanan pengobatan alternatif.
c. Material-agency. Pengobatan alternatif yang menggunakan bahan-bahan material bumi
sebagai bahan layanan pengobatan alternatif. Misalnya tusuk jarum, air, dan terapi Kristal.
d. Mind-agency. Pengobatan alternatif yang menggunakan kekuatan jiwa sebagai bahan layanan
pengobatan alternatif. Misalnya saja energy chi, prana, spiritual, dan hipnoterapi.
e. Event-agency. Pengobatan alternatif yang menggunakan sifat, gejala, fenomena, peristiwa
sebagai bahan layanan pengobatan alternatif. Misalnya suara music, warna, gelombang atau
elektromatik, listrik, panas, atau aromaterapi.
f. Manajemen-life agency. Pengobatan alternatif yang menggunakanhukum alam hidup, sebagai
bagian dari proses layanan pengobatan alternatif. Kemampuan mengelola hidup menjadi
sesuatu hal yang mendasar dalam proses pengembangan pengobatan alternative. Misalnya
olahraga, diet, budaya makan, gaya hidup, serta pengembangan berfikir positif.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Alternatif
Menurut Foster dan Anderson (dalam Agusmarni, 2012) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif atau tradisional yaitu :
1. Faktor Sosial
Salah satu faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti yaitu
pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara
tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir
panjang.
2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau penolakan suatu
pengobatan.faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat bahwa pengobatan alternatif
membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu (dalam Agusmarni, 2012).
3. Faktor Budaya
Budaya merupakan suatu pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, yang menjadi kebiasaan
masyarakat (dalam Agusmarni, 2012). Nilai-nilai budaya yang dominan pada individu sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian Individu. Dalam hal ini budaya dipengaruhi oleh
suku bangsa yang dianut oleh pasien, jika aspek suku bangsa sangat mendominasi maka
pertimbangan untuk menerima atau menolak didasari pada kecocokan suku bangsa yang
dianut. Semua kebudayaan mempunyai cara-cara pengobatan, beberapa melibatkan metode
ilmiah atau melibatkan kekuatan supranatural dan supernatural.
4. Faktor Psikologis
Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan, karena itu berbagai
cara akan dijalani oleh pasien dalam rangka mencari kesembuhan maupun meringankan
beban sakitnya, termasuk datang kepelayanan pengobatan alternatif (dalam
Agusmarni,2012).
5. Faktor Kejenuhan Terhadap Pelayanan Medis.
Proses pengobatan yang terlalu lama menyebabkan si penderita bosan dan berusaha
mencari alternatif pengobatan lain yang mempercepat proses penyembuhannya.
6. Faktor Manfaat dan Keberhasilan
Keefektifan dari pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap
pemilihan pengobatan alternatif.
7. Faktor Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga, atau pikiran yang
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (dalam
Agusmarni, 2012). Pengetahuan didapatkan secara formal dan informal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan alternatif merupakan upaya pengobatan atau perawatan di luar ilmu
kedokteran dan ilmu keperawatan berdasarkan himpunan dari pengetahuan dan pengalaman
praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak, dalam melakukan
diagnosis, prevensi, dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental, ataupun
social.
Ada berbagai jenis pengobatan alternatif yang bisa dipilih masyarakat serta factor-
faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif.
Upaya standarisasi pengobatan alternatif dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu pengobatan alternatif agar sesuai dengan standar keilmiahan serta
menghindari kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak bisa dipertanggungjawabkan
secara medis.
B. Saran
Masyarakat harus lebih kritis dan selektif dalam memilih dan memanfaatkan
pelayanan pengobatan alternatif agar tidak mendapat kerugian atau efek samping di
kemudian hari.
Pemerintah harus lebih menggalakkan lagi upaya standarisasi pengobatan alternatif di
Indonesia agar mutu pengobatan alternatif tersebut meningkat serta sesuai dengan standar
keilmiahan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Y, Idward. 2012. Seberapa Besar Manfaat Pengobatan Alternatif.
http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobatan-
alternatif/?print=print, diakses pada 1 Januari 2016
No comments:
Post a Comment
About Me
Translate
Powered by Translate
Blog Archive
► 2017 (4)
▼ 2016 (8)
o ▼ December (8)
Makalah Analisis Masalah Kesehatan Lingkungan dan ...
Artikel PJK (Penyakit Jantung Koroner) (Pengertian...
Artikel Warna Darah Haid Bisa Indikasikan Kondisi ...
Artikel Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Ta...
Artikel Anemia (Pengertian, Gejala, Penyebab, Baha...
Makalah Pengaruh Asap Kebakaran Hutan terhadap Kes...
Makalah Kepercayaan Masyarakat terhadap Pengobatan...
Konsep Kelas Ibu Hamil (Definisi, sasaran, tujuan ...