Anda di halaman 1dari 50

FRAMBUSIA

Subdit P2 Kusta dan Frambusia


Ditjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI
Buba Pian

Parangi Puru Ambalo

Nama Lain
Paru Patek
Frambusia

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Epidemiologi Frambusia
• Penyakit infeksi kronik berulang (Tidak ada kekebalan tubuh yang menetap)
disebabkan Treponema pallidum subsp. Pertenue. Masa inkubasi rata-rata 9-90
hari.

• Sumber penularan utama: Manusia

• Banyak ditemukan di daerah tropis & lembab, terutama menyerang anak < 15
tahun yg tinggal di daerah dengan higiene buruk dan sosio ekonomi rendah.

• Jika tidak ditangani dg tepat dapat menyebabkan cacat penampilan fisik,


gangguan sosialisasi & diskriminasi

• Kuman berasal dari cairan eksudat/serum, dan menular melalui kontak


langsung kulit-kulit, lalat, alat rumah tangga,

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Treponema Pertenue

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Faktor Risiko Penularan
• Bergantian memakai pakaian yang sama dengan kasus

• Jarang berganti pakaian

• Kebersihan perorangan dan lingkungan yang buruk

• Tinggal di daerah yang kumuh

• Adanya penyakit kulit lain seperti kudis (scabies), pioderma

• Luka yang berulang-ulang selama kegiatan diluar rumah

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Faktor Resiko Penularan

Kuman:
Treponema Kontak langsung
pertenue melalui luka

Penyediaan AB,
kebersihan perorangan
Perjalanan penyakit
 Kronik, dan dapat menyebabkan destruksi (kerusakan)
jaringan  sembuh dengan deformitas (kelainan
bentuk/cacat)
 Masa inkubasi 9 – 90 hari (rerata 21 hari)
 Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi
masuk melalui luka lecet, goresan, atau luka infeksi
kulit lain.
 Terbagi dalam 3 stadium

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Stadium frambusia
Dlm 5 th
6-16 mgg, lesi dpt Setelah
memanjang muncul 5-10 th
3-6 bln 2 th > 6 bln kembali laten

Stadium III:
Stadium I:
Stadium II: destruksi
lesi primer
Laten awal lesi Laten lanjut tulang, sendi,
pada daerah
diseminata dan jaringan
infeksi
lunak

Early yaws late yaws


(menular) (tidak menular)

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Stad 1: mother Yaws, buba madre

 Lesi awal muncul di daerah


port d’ entre (tempat masuk
kuman): mother yaw/
frambesioma
 Diawali timbulnya Papul/
nodul kecil: eritematosa, tidak
nyeri, kadang2 gatal
 Timbul pada tungkai dan kaki,
sebagian timbul di muka.

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Mother yaws

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Krustopapilomata
 Papul yang berkumpul
menjadi papilomata.
 Basah bergetah, mengandung
banyak kuman
 Getah dapat mengering
membentuk keropeng/krusta
yang menutup papiloma 
Krusta papilomata
 Dasar ulkus: raspberry like
(frambesial), tertutup krusta
kekuningan yang mudah
berdarah jika krusta diangkat

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Ulseropapiloma

• Beberapa papul
bersatu menjadi plak,
dapat menjadi ulkus
disebut sebagai
chancre of yaws,
frambesioma.
• Kadang ada lesi
satelit berupa papul-
papul kecil

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Lesi primer: ulseropapiloma

• Ulkus tidak nyeri, tepi meninggi, bau anyir, penuh dengan lalat yang sukar
diusir

EHDP
• 3-6 bulan, Lesi
dapat sembuh
spontan, masuk ke
dalam fase laten I.
• Gejala sisa berupa
sikatriks atrofi
(cigarette paper)
dengan
hipopigmentasi
sentral

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Laten awal dan stadium II
 Mother yaws biasanya diikuti dg
periode laten selama 6 – 16 minggu
(dapat memanjang sampai 2
tahun), kmdn masuk ke stadium II.
 Timbul karena penyebaran bakteri
ke peredaran darah dan jaringan
getah bening
 Lesi kulit diseminata (tersebar)
dengan limfadenopati generalisata.
 Sering disertai gejala konstitusi:
malaise, demam, anoreksia
 Sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Daughter yaws, piamomas

• Lesi kulit diseminata


• Papul tidak gatal, kemerahan, verukosa atau vegetasi
• Terjadi erosi dan basah, tertutup eksudat fibrin yang sangat
infeksius, mengering membentuk krusta
• menyerupai mother yaws tapi dalam ukuran lebih kecil
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Stadium II

Lesi eksudatif multiple, diseminata 


eksudatnya menarik lalat utk mendekat

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Stadium II
 Lesi kulit dapat muncul dimana saja (termasuk daerah lipatan
dan membran mukosa)
 Pada daerah aksila, lipatan kulit, dan permukaan mukosa, lebih
byk ditemukan lesi papiloma
 Lesi terjadi di telapak kaki, permukaan mengalami penebalan
(hiperkeratosis), pecah-pecah (fisurasi) dan nyeri.
 Karena nyeri, penderita berjalan dg posisi aneh, ini disebut crab
yaws.
 Dapat mengenai tulang muka, rahang, tungkai bawah:
peradangan tulang (osteoperiotitis)

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Crab yaws

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Stadium II
 Morfologi dan jumlah lesi dipengaruhi iklim.
 Musim kemarau: lesi sedikit dan lebih macular.
 Lesi stadium II dapat bertahan lebih dari 6 bulan dan
sembuh secara spontan

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Laten lanjut
 Pasien dapat memasuki periode laten lanjut tanpa
gejala (namun dg uji serologik reaktif)
 Semua lesi membaik tanpa skar, namun dapat muncul
kembali dalam 5 tahun pertama infeksi
 Pada kasus relaps lesi cenderung lebih terbatas di
daerah perioral

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Stadium III

Articular nodul
Gumma

 Sekitar 10 % kasus periode laten (setelah 5 – 10 th) masuk ke stad III


 Gejala pada kulit dan tulang, menyebabkan cacat: gumma, gangosa,
gondou, juxta articular nodes, hiperkeratosis telapak tangan dan kaki
 Cacat: dampak sosial ekonomi: anak2 tdk mau sekolah, orang dewasa
sulit mencari pekerjaan
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Gondou: pembengkakan dan nyeri area
hidung dan paranasal

Gangosa: lesi
destruktif osteitis
pada hidung,
sentral wajah, bisa
sampai perforasi
tulang hidung,
palatum , dan
nodul juxta-articular nasofaring
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
doc:Subdit Kusta &Footer
Framb.
Text
Gejala Klinis Menurut Stadium
Stadium I Stadium II Stadium III
Gejala klinik: Gejala klinik: Gejala klinik:
a.Papul: Sama seperti stadium I, - Gumma(benjolan:perlunakan

- Tunggal tersebar,banyak & merusak cacat)


- >1 (multipel) Selain itu dapat - Ganggosa (hidung keropos)

b. Papiloma terkena: - Juxta articular nodus

c. Nodul a. Penebalan, pecah (benjolan pd sendi)


pecah pd telapak - Kelainan tulang,seperti
d. Ulkus basah tangan/kaki
(borok) pedang
b. Kelainan tulang: - Gondouw:benjolan di tulang
e. Krusto papiloma osteoporosis,jari2 - Penebalan.pecah2,nyeri pada
bengkak,nyeri telapak tangan/kaki
c. Kelainan kuku

Early (dini) Late (Lanjut)


-

Sangat menular -Tidak/kurang menular

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan melalui 2 cara:

1. Pemeriksaan Klinis
Kondisi membantu menetapkan diagnosis:
 Anak umur < 15 tahun
 Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang
 Ciri dan lokasi lesi terjadi pada tungkai, kaki,
bisa di lengan dan muka

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Gejala klinis selama > 2 minggu:
 Papul atau Papilloma
 Ulkus frambusia (terdapat krusta dan tidak sakit)
 Makula papula
 Hiperkeratosis di telapak tangan dan kaki
 Perubahan pada tulang dan sendi

Berdasarkan pemeriksaan klinis, ditetapkan kasus


suspek, probabel yg perlu dilakukan pengujian serologi
(RDT) utk konfirmasi diagnosis (terutama di daerah non
endemis).
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
2. Pemeriksaan Serologis

a. Treponemal test
di antaranya :
TPHA (Treponema palidum haemagglutination test)
RDT (Rapid Diagnosis Test)

B. Non treponemal test (Reaginic antibody test)


di antaranya :
VDRL (Venereal disease research laboratory
RPR (Rapid Plasma Reagin)

Pemeriksaan serologi yg ada tidak dapat membedakan dg infeksi treponema


lain.

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
2. Pemeriksaan Serologis

Kebijakan program: TPHA-RDT dan dievaluasi


dengan RPR/VDRL.
Pemeriksaan dilakukan pada anak < 5 th.
Berguna untuk:
 Mengkonfirmasi kasus suspek/probabel
 Menemukan penderita pada masa laten (sumber
penularan tersembunyi)
 Survei serologi pada anak umur < 5 tahun untuk
menentukan masih atau tidak adanya penularan

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Kriteria Penegakkan Kasus
 Pemeriksaan RDT dg
sensitivitas 85-98% dan
spesifisitas 93-98%.
 Tidak dapat
membedakan antara
infeksi aktif dan yg sudah
mendapat pengobatan.
 Apabila didapat RDT (+),
diuji kembali dg RPR utk
mengetahui apakah
penyakit masih aktif

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
DEFINISI KASUS
Kasus suspek adalah seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis selama >
2 minggu, yaitu papul atau papilloma, ulkus fambusia (terdapat krusta, dan tidak sakit), makula papula,
hiperkeratosis di telapak tangan atau kaki (early), perubahan pada tulang dan sendi (early)

Kasus probable adalah kasus suspek yang memiliki kontak erat dengan kasus frambusia.
 kontak lebih dari 20 jam per minggu
 waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi frambusia

Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan hasil positif pada uji
serologi (Rapid Diagnostic Test/RDT). Jika hasil tes tersebut meragukan, dapat dilakukan tes Rapid
Plasma Reagen (RPR).

Kasus suspek/probable RDT (-) yang kemudian disebut kasus RDT (-) adalah kasus suspek atau
kasus probable dengan hasil pengujian RDT negatif (-).

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Ulkus tropikum Ulkus frambusia

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Coccidioidomycosis
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Ektima

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

PIODERMA
Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

TBC Kutis

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Skabies

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Molluscum
Impetigo
Contagiosum

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Tinea Versicolor Scabies

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Diagnosis banding

Psoriasis

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Pengobatan

Penelitian di Papua Nugini (2011)


 Azitromisin oral dosis 30 mg/kg yang diberikan satu
kali.
 Tidak ada perbedaan keberhasilan dengan penisilin
benzatin injeksi
 Kurangi risiko dan efek samping obat injeksi.
 Persentase kejadian ikutan kecil, cenderung ringan hingga
sedang, sebagian besar berupa gangguan pencernaan
(mual, muntah, sakit perut) >>> AMAN

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Dosis Obat Frambusia
Cara
No. Nama Obat Umur (tahun) Dosis Lama Pemberian
Pemberian
1. Azitromisin 2-5 th 500 mg Oral Dosis tunggal
tablet 1x sehari
6–9 th 1000 mg Oral Dosis tunggal
1x sehari
10-15 th 1500 mg Oral Dosis tunggal
1x sehari

16-69 th 2000 mg Oral Dosis tunggal


1x sehari

‚*Kasus < 2 tahun dan > 69 tahun, wanita hamil, warga sakit berat,
atau alergi obat azitromisin, pengobatannya konsultasikan ke dokter
Kontraindikasi, Toksisitas & Efek Samping
 Kontraindikasi: Riwayat alergi dengan azitromisin sebelumnya,
gangguan hati, dan jaundice (kuning) karena gangguan aliran
empedu.
 Efek samping obat dengan manifestasi diare, mual, muntah, sakit
perut, dan reaksi kulit berat.
 Tidak ada efek samping yang menyebabkan fatal/meninggal yang
terdokumentasikan.
 Bila ada bradikardi relatif diberikan sulfas atropine dengan
catatan denyut nadi sebelum pemberian harus dihitung dengan
cermat.
 Perhatian khusus:
 Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan orang dengan
gangguan fungsi hati.
Efek samping obat
 Efek samping yang sering terjadi terutama pada sal
cerna dengan gejala Mual, muntah dan diare, nyeri
abdomen.

 Efek samping yang jarang terjadi termasuk sakit


kepala, ruam, nilai fungsi hati yang tidak normal dan
gangguan pada indra penciuman dan pengecap.
Efek Samping dan Penanganan
 Pengobatan KIPO adalah dengan memberikan obat sesuai keluhan
(simptomatis)
 Jika ringan rujuk ke petugas kesehatan/yankes terdekat, jika tidak bisa
menangani, rujuk ke dokter atau RS terdekat
No Klasifikasi Gejala Penanggulangan Rujukan

1 Ringan Diare Pemberian oralit Petugas Puskesmas,


dokter

Mual, muntah, Pemberian obat anti Petugas Puskesmas,


mual (B6) dokter

Kram perut Anti spasmodik Petugas


Puskesmas,dokter

2 Sedang Rujuk ke RS

3 Berat Rujuk ke RS
Obat Antisipasi KIPO
Disediakan di fasilitas pelayanan kesehatan (puksesmas/RS) :
 Epinefrin/adrenalin injeksi
 Kortikosteroid injeksi (Deksametason/metil prednisolon)
 Difenhidramin injeksi
 Cairan infus Ringer Laktat atau natrium clorida (Nacl) 0,9%
 CTM
 Prednison, tablet Deksametason
 Tablet Antasida
 Tablet Paracetamol
 Tablet Ranitidin
 Tablet Domperidon
Pengobatan dg azitromisin

Sebelum
diobati

Setelah
diobati
Sebelum diobati Setelah 15 hari diobati

Kasus di Jayapura, 9 October 2008

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
Frambusia ……
Dengan pengobatan yang tepat, kecacatan
dapat dihindari

xcast0ne

Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Frambusia Tahun 2016
Footer Text
DAFTAR PUSTAKA

 Pusponegoro, Erdina HD. Klinis Frambusia. Disampaikan


dalam Pertemuan Review Monev Program Kusta dan
Frambusia di Bali Mei 2014.
 Kartika Esti, Prima. Eradikasi Frambusia di Indonesia.
Disampaikan dalam Pentaloka Kusta di Jakarta 22-23
Agustus 2015.
 Subdit KF. Bahan Training Frambusia.
 Mitja, Oriol, dkk. 2012. Single-dose azithromycin versus
benzathine benzylpenicillin for treatment of yaws in children in
Papua New Guinea.

Anda mungkin juga menyukai