Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini secara signifikan telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri masih dijumpai berbagai tantangan dan
hambatan. Namun pada hakekatnya pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai
landasan untuk berpikir atau bertindak dalam pembangunan kesehatan. Dasar inilah yang digunakan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan kesehatan. Gambaran
perkembangan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Nagekeo dapat dilihat dengan menggunakan indikator
Angka Kematian ( Mortalitas), Angka Kesakitan dan Status Gizi masyarakat .
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab
kematian langsung maupun tidak langsung. Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat
memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, disamping seringkali digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan dan pelayanan kesehatan.
Data Kematian di komunitas pada umumnya diperoleh melalui data survei karena sebagian besar kejadian
kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus
rujukan. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada tahun
2014 akan diuraikan di bawah ini.
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu hari sebelum ulang tahun
pertama.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (KH). AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan
lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang
paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesbilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga
medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern
dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat AKB. Sedangkan jumlah bayi lahir
mati pada tahun 2015 berjumlah 4 orang dari 279 kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan
sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan
kecelakaan. Dari laporan bulanan pada tahun 2015 di Kecamatan Keo Tengah terjadi 1 kasus kematian balita
dengan AKABA terlaporkan 1 per 1.000 KH. Jumlah kematian balita terdapat di desa Kotowuji Barat 1 kasus..
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan kehamilan, melahirkan atau
nifas, bukan karena kecelakaan.
5
Penyebab langsung kematian ibu antara lain pendarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi dan
infeksi (Kementerian Kesehatan RI, 2009). Sementara itu yang menjadi penyebab tak langsung kematian ibu adalah
“Empat Terlambat” dan “Empat Terlalu”. Maksud dari ”Empat terlambat” adalah Keterlambatan keluarga dalam
mengetahui tanda-tanda bahaya bumil, keterlambatan keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk,
keterlambatan mencapai sarana pelayanan dan keterlambatan memperoleh pelayanan kesehatan. Sementara
”Empat Terlalu” adalah terlalu muda (16 th), terlalu tua (> 35 TH) usia ibu untuk memutuskan hamil, terlalu sering
melahirkan dan terlalu dekat jarak kehamilan/persalinan.
Di Kecamatan Keo Tengah ,pada tahun 2014 dan 2015 tidak ada kasus kematian ibu.
Gambar 2.Jumlah Kematian Bayi,Balita dan Ibu Kecamatan Keo Tengah Tahun 2014 -
2015
B. ANGKA KESAKITAN
Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang diperoleh melalui
pengamatan (surveilans) terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan
pelaporan rutin dan insidentil. Berdasarkan pengamatan penyakit berpotensial KLB dan penyakit tidak menular yang
diamati di Puskesmas yang merupakan gardu pandang suatu pola dan trend penyakit didapatkan 10 besar
kunjungan kasus sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis Kasus Penyakit Terbanyak Kecamatan Keo Tengah Tahun 2014 - 2015
JUMLAH JUMLAH
KASUS KASUS
NO JENIS PENYAKIT NO JENIS PENYAKIT
TAHUN TAHUN
2014 2015
1. ISPA 3.401 1. ISPA 3.194
2. Myalgia 972 2. Myalgia 838
3. Obs. Febris 557 3. Obs. Febris 594
4. GEA/Diare 447 4. Hipertensi 390
5. Vulnus Laceratum 368 5. Gastritis 369
6. Gastritis 339 6. GEA/Diare 353
7. Hipertensi 305 7. Vulnus Laceratum 345
8. Penyakit Kulit Alergi 288 8. Rheumaroid Artritis 302
9. Rheumaroid Artritis 223 9. Penyakit Kulit Alergi 265
10. Penyakit Kulit Infeksi 212 10. Asma Bronchial 228
Sumber : data Sikda 2014 – 2015
Profil Kesehatan Puskesmas Maunori Tahun 2015
14
Sementara dari laporan Puskesmas Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang
mendominasi, diikuti dengan Myalgia dan Observasi febris. Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini
akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapat perhatian termasuk penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit potensial KLB/ wabah.
b. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh
bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan
kimia. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak – anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari
65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Upaya pemberantasan penyakit pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus
yang cepat dan tepat pada penderita. Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke pelayanan kesehatan serta
ketrampilan petugas dalam menegakkan diagnosa merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit pneumonia.
Di Kecamatan Keo Tengah pada tahun 2014 dan 2015 tidak terdapat kasus Pneumonia.
14
c. HIV & AIDS
Penyakit HIV/AIDS yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
HIV/AIDS juga merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah menunjukkan
peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terus
dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, semakin mudahnya komunikasi antar wilayah,
semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak
aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar
tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam memberantas penyakit tersebut antara lain penanganan penderita
yang ditemukan dan upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS).Upaya
pencegahan dan penanggulangan dilakukan melalui penyuluhan masyarakat, pendampingan kelompok resiko tinggi
dan intervensi perubahan perilaku, layanan konseling dan testing HIV, layanan Harm Reduction, pengobatan dan
pemeriksaan berkala penyakit menular seksual (IMS), pengamanan darah donor dan kegiatan lain yang menunjang
pemberantasan HIV/AIDS.
d. Diare
Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini sering
menimbulkan KLB dan kematian serta merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan balita. Dari hasil
SDKI 2002-2003 diketahui proporsi diare anak balita yaitu laki-laki 10.8% dan perempuan 11.2%, sementara
berdasarkan umur prevalensi tertinggi di usia 6-11 bulan (19,4%) dan 12-23 bulan (14,8%).
Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan melalui pemberian oralit, penggunaan infus,
penyuluhan ke masyarakat dengan maksud terjadinya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
kehidupan sehari-hari, karena secara umum penyakit diare sangat berkaitan dengan hygiene sanitasi dan perilaku
hidup bersih dan sehat, sehingga adanya peningkatan kasus diare merupakan cerminan dari perbaikan kedua faktor
tersebut. Kegiatan ini melibatkan peran serta kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan yang cepat
dan tepat di tingkat rumah tangga, diharapkan dapat mencegah terjadinya dehidrasi berat yang bisa berakibat
kematian.
Pada tahun 2015 jumlah penderita diare di kecamatan Keo Tengah sebanyak 400 kasus.Terjadi penurunan
dibandingkan pada tahun 2014 sebanyak 464 kasus.
Tabel 3.Data jumlah penderita diare Puskesmas Maunori tahun 2014 – 2015 :
TAHUN
NO Nama desa TAHUN 2014
2015
1. Mbaenuamuri 58 50
2. Lewangera 50 39
3. Wajo 12 13
4. Wajo Timur 7 4
5. Ladolima Utara 19 28
6. Ladolima 10 8
7. Ladolima Timur 6 1
8. Pautola 19 19
9. Paumali 9 15
14
10. Kotowuji Barat 62 45
11. Kotowuji Timur 59 35
12. Keli 14 14
13. Ngera 35 10
14. Udiworowatu 31 35
15. Witurombaua 35 40
16. Kotodirumali 38 44
Penyakit Kusta atau sering disebut penyakit Lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang saraf tepi. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan
kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, syaraf, anggota gerak dan mata.
Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit
kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kusta dilakukan melalui penemuan penderita dan
pengobatan dengan MDT (Multi Drug Therapy), sedangkan untuk mencegah kecacatan penderita dilakukan
pemeriksaan POD (Prevention of disability) setiap bulan selama masa pengobatan dan rehabilitasi medis.
Di Kecamatan Keo Tengah pada tahun 2014,terdapat 1 kasus penderia kusta sedangkan paada tahun
2015 tidak terdapat kasus kusta.
Gambar 4.Jumlah penderita Kusta di Kecamatan Keo Tengah Tahun 2014-2015
14
akibat campak pada umumnya disebabkan kasus komplikasi seperti meningitis. Pada tahun 2014 dan 2015
dilaporkan bahwa tidak terdapat kasus campak di Kecamatan Keo Tengah .
b. Difteri
Difteri adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae dengan
gejala awal adalah demam 38°C, pseudomembrane (selaput tipis) putih keabuan pada tenggorok (laring, faring,
tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher bengkak seperti leher sapi
(bullneck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor).
Di Kecamatan Keo Tengah belum pernah ditemukan kasus Dipteri. Upaya pencegahan kasus Diphteri,
dilakukan melalui imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin DPT+HB. Vaksin tersebut diberikan 3 kali yakni pada
usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
d. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit yang disebabkan Clostridium tetani pada bayi (umur < 28 hari) yang
dapat menyebabkan kematian. Penanganan Tetanus neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah
upaya pencegahan melalui pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta
perawatan tali pusat.
Berdasarkan laporan di Kecamatan Keo Tengah jumlah kasus tetanus neonatorum tahun 2014 dan tahun
2015 sebanyak 0 kasus atau tidak ada kasus.
14
Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan angka kematian yang relatif tinggi. Kasus DBD
terdapat di desa Ladolima,desa Pautola dan desa Kotodirumali masinag-masing terdapat 1 orang penderita.Pada
tahun 2015 tidak ditemukan kasus DBD.
Gambar 5. Jumlah Kasus DBD di Kecamatan Keo Tengah tahun 2014 - 2015
Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk
dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (gerakan 3 M), pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ)
serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Kegiatan lain dalam upaya pemberantasan
DBD adalah pengasapan (fogging).
b. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global
dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh Parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang
semua orang laki-laki ataupun perempuan dari semua golongan umur. Terjadinya peningkatan kasus malaria
diakibatkan antara lain adanya perubahan lingkungan seperti penambangan pasir yang memperluas genangan air
sebagai tempat perindukan nyamuk penular malaria, penebangan hutan bakau, mobilitas penduduk dari daerah
endemis malaria dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas.
Pada tahun 2014 terdapat 80 kasus sedangkan pada tahun 2015 terdapat 11 kasus,sehingga terjadi
penurunan kasus malaria di Kecamatan Keo Tengah.
TAHUN TAHUN
NO Nama desa
2014 2015
1. Mbaenuamuri 15
2. Lewangera 2
3. Wajo 4
4. Wajo Timur 2
14
5. Ladolima Utara 1
6. Ladolima 2
7. Ladolima Timur 1 3
8. Pautola 4
9. Paumali 0
10. Kotowuji Barat 4 2
11. Kotowuji Timur 7
12. Keli 5
13. Ngera 2
14. Udiworowatu 10 1
15. Witurombaua 9 4
16. Kotodirumali 12
Total 80 10
Sumber : Data Sikda Tahun 2014-2015
c. Penyakit Filaria
Penyakit Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran
dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limfe. Penyakit filariasis menimbulkan pembengkakan tangan, kaki,
granula mammae dan scrotum. Menyebabkan kecacatan seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan
keluarganya.
Di Kecamatan Keo Tengah pada dua tahun terakhir tidak terdapat kasus penderita filaria.
d.Rabies (HPR)
Rabies adalah penyakit menular yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Virus Rabies
dan mengakibatkan kematian.Dapat menyerang manusia dan semua hewan berdarah panas.
Sumber penularan : gigitan hewan (anjing,kucing,kera) yang menderita rabies.
Sampai saat ini kasus Penyakit Rabies untuk wilayah kecamatan Keo Tengah belum ada,namun kasus
gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) khususnya anjing cukup banyak.
Tabel 5.Jumlah penderita gigitan HPR Kecamatan Keo Tengah Tahun 2014 – 2015:
TAHUN TAHUN
NO Nama desa
2014 2015
1. Mbaenuamuri 7 9
2. Lewangera 1 5
3. Wajo 3 1
4. Wajo Timur 0 1
5. Ladolima Utara 0 1
6. Ladolima 1 1
7. Ladolima Timur 1 0
8. Pautola 1 2
9. Paumali 1 1
10. Kotowuji Barat 4 2
11. Kotowuji Timur 1 8
12. Keli 2 2
14
13. Ngera 1 1
14. Udiworowatu 12 7
15. Witurombaua 8 11
16. Kotodirumali 12 5
Total 55 57
Sumber : Data Program P2 Pkm Maunori
Dari tabel diatas ,dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 jumlah penderita gigitan HPR tertinggi terdapat di
desa Witurombaua sebanyak 11 kasus dan terendah di desa Ladolima Timur sebnyak 0 kasus.
14
2. Status Gizi Balita
Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan
dalam penilaian status gizi Balita . Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(BB, TB) atau
anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan
adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam
4 kelompok yaitu: gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2
SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD).
Gambar 7.Data balita gizi buruk tahun 2014-2015:
Dari gambar di atas terlihat jumlah balita gizi buruk yang terjadi pada tahun 2014 adalah sebanyak 1 orang
balita, yang terdapat di desa Witurombaua sedangkan pada tahun 2015 adalah sebanyak 2 orang balita yang
terdapat di desa Kotowuji Barat dan desa Kotodirumali. Dari total 2 kasus balita yang teridentifikasi gizi buruk
tersebut semuanya telah ditangani 100%.
14