Anda di halaman 1dari 14

ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Sosiologi Antropologi Kesehatan

Dosen Pengampu : Sadya Bustomi, SH,.M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. 1. Khaerun Naji (2020031035)


2. 2. Nurwantini (2020031067)
3. 3. Osep Ahmmad (2020031069)
4. 4. Siti Gisa’Atul Wifdah (2020031089)
5. 5. Vina Rizki Febriyanty (2020031093)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS FALETEHAN

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT karenanya kami dapat
membuat makalah dengan judul “Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan” dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini kami buat bersama untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kewarganegaraan. Makalah ini merupakan hasil Kerjasama kelompok kami yang
beranggotakan Vina, Gisa, Nurwatini, Osep dan Naji.
Kami mengerti bahwa makalah ini memilliki banyak kekurangan pada penulisan
maupun materinya. Maka dari itu, kami sangat terbuka untuk evaluasi serta masukan untuk
memperbaiki penusilan makalah ini.

Serang, 08 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar belakang...................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN....................................................2

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT


TRADISIONAL DAN MODERN...........................................................................................5

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA BERKAITAN DENGAN BERKAITAN DENGAN


FASE PERTUMBUHAN HIDUP MANUSIA.......................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................10

3.2 Daftar Pustaka 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Aspek sosial budaya dalam kesehatan merupakan salah satu materi perkuliahan sosiologi
antropologi kesehatan program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Faletehan. Materi ini
disampaikan supaya mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan aspek sosial budaya
dalam Kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan aspek sosial budaya dalam Kesehatan masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan aspek sosial budaya dalam Kesehatan
masyarakat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN


Aspek Sosial Budaya dalam Kesehatan sangat luas cakupannya yang meliputi aspek
kehidupan manusia dan kebudayaan yangdihasilkan. Aspek sosial diantaranya antropologi,
sosiologi, dan Psikologi sosial. Antropologimempelajari kebudayaan secara khusus seperti
wujud, unsur-unsur, dan aspek-aspek. Sosiologimempelajari hubungan dan pengaruh timbal
balik gejala-gejala sosial (hubungan antar manusia,struktur sosial, proses-proses sosial,
perubahan sosial). Psikologi sosial merupakan aspek perilaku sehubungan dengan kelompok
sosialnya.Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika kalangan medis mulai
mengarah ke “community medicine”, mencangkup kesehatan mental, kesehatan fisik, dan
kesehatan sosial.

Tujuan pembangunan sosial memberikan kesempatan pada masyarakat untuk hidup


wajarmental, fisik, dan sosial menuntut peran ilmu sosial yang lebih besar untuk ikut
memecahkanmasalah kesehatan. Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk
merubah tingkah lakuindividu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku ke arah
yang menguntungkankesehatan. Perilaku kesehatan sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosial budaya di manaindividu tersebut hidup.

Seperti contoh, petugas kesehatan perlu mengetahui aspek sosial budayanya agar
usaha pendidikan yang dilakukan berhasil.Perilaku adalah aktivitas manusia yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati yangresultante antara faktor internal dan eksternal
dari fisik, psikis, sosial individu. Perilakumerupakan fungsi dari sikap, norma, kebiasaan, dan
harapan individu yang berupa tindakannyata yang dapat diamati indera bahkan dapat
dipelajari dan merupakan tindak lanjut pengetahuan, sikap, dan niat seseorang terhadap suatu
obyek.

Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

1.Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit

Masyarakat mempunyai batasan sehat atausakit yang berbeda dengan konsep sehat dan sakit
versi sistem medis modern (penyakitdisebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa)

2.Kepercayaan

2
Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku kesehatan, beberapa
pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruhnegatif
terhadap program kesehatan. Sifat fatalistik atau

fatalism

adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib. Seperti contoh, orang-orang
Islam di pedesaanmenganggap bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian
adalah kehendakAllah. Jadi, sulit menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan saat
sakit.

3.Pendidikan

Masih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-petunjukkesehatan sering


sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya tidak disesuaikan dengantingkat pendidikan
khayalaknya.

4.Nilai Kebudayaan

Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yangmempunyai perbedaan


dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai kebudayaanini memberikan arti dan
arah pada cara hidup, persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk
bertindak.

Contoh : Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan menjadi
amis-

Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit ini menyerang susunansaraf
otak dan penyebabnya adalah virus. Penderita hanya terbatas pada anak-anakdan wanita.
Setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karenaadanya tradisi
kanibalismeSifat

Etnosentrismerupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik


jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.

Etnosentrismemerupakan sikap atau pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan


kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengansikap dan pandangan yg meremehkan
masyarakat dan kebudayaan lain. Seperti contoh,Seorang perawat/dokter menganggap dirinya
yang paling tahu tentang kesehatan, sehinggamerasa dirinya berperilaku bersih dan sehat
sedangkan masyarakat tidak. Selain itu, budayayang diajarkan sejak awal seperti budaya
hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak awalatau anak-anak karena nantinya akan
menjadi nilai dan norma dalam masyarakat.5.

Normamerupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam


masyarakat,dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan
diterima olehmasyarakat. Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai perilaku)

3
antara satukebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang
normal (normatif) serta perilaku yang tidak normatif.

Contohnya, Bila wanita sedang sakit, harusdiperiksa oleh dokter wanita dan
masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka
mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merahdaripada diberas putih.

6.Inovasi Kesehatan

Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis. artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga danseterusnya.
Seorang petugas kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatanharus mampu
menjadi contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugaskesehatan
merupakan contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku
kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.

Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

1.Penghasilan (income). Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan


angkakesakitan yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi.

2.Jenis kelamin ( sex). Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan ke dokterdari
pada laki-laki.

3.Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita pekerja.

4.Self Concept, menurut Merriam-Webster adalah : “the mental image one has of oneself ”

yaitu gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya.

Self concept ditentukanoleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap
diri kita sendiri.

Selfconcept adalah faktor yang penting dalam kesehatan, karena mempengaruhi


perilakumasyarakat dan perilaku petugas kesehatan.

5. Image Kelompok.

Imageseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.Perilaku anak cenderung


merefleksikan dari kondisi keluarganya

6. Identitas Individu pada Kelompok. Identifikasi individu kepada kelompok kecilnyasangat


penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaanmereka.
Inovasi akan berhasil bila kebutuhan sosial masyarakat diperhatikanDaftar Pustaka:Soekanto,
Soerjono. 2009

4
2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
TRADISIONAL DAN MODERN

Indonesia sebagai negara berkembang masih merasakan tantangan berat di dalam


pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup
tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Selain masalah
tersebut, masalah lain yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan sosial budaya
masyarakat, misalnya tingkat pengetahuan yang belum memadai terutama pada golongan
perempuan, kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, perilaku dan
kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

Di negara-negara maju, terdapat unsur-unsur kebudayaan yang dapat mendukung


tingginya status kesehatan masyarakat seperti pendidikan yang optimal, keadaan sosial-
ekonomi yang tinggi dan kesehatan lingkungan yang baik. Sebaliknya di Negara berkembang
seperti di Indonesia, unsur-unsur kebudayaan yang ada kurang mendukung pencapaian status
kesehatan yang optimal. Unsur-unsur tersebut antara lain: kurangnya ilmu pengetahuan,
pendidikan yang minim sehingga sehingga sulit menerima informasi-informasi dan teknologi
baru. Masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang, pada dasarnya
menyangkut dua aspek utama. Yang pertama ialah aspek fisik, misalnya tersedianya sarana
kesehatan dan pengobatan penyakit sedangkan yang kedua adalah aspek non-fisik yang
menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap status kesehatan individu dan masyarakat.

Pada abad ke-19 sejak pegobatan modern berkembang dengan penemuanpenemuan


bakteri dan ditemukan mikroskop, para ahli menyimpulkan bahwa penyakit itu ada
penyebabnya. Pengobatan modern atau medis banyak dianut orang karena pengobatan ini
dilalui dengan proses diagnosa, dan dibantu melalui peralatanperalatan seperti mikroskop,
rontgen, alat-alat bedah dan lain-lain untuk mendeteksi penyebab penyakit sebelum pasien
diberi obat. Namun pengobatan modern tidak selamanya mampu menangani seluruh masalah
kesehatan.

Sistem pengobatan tradisional banyak mendapat perhatian dari masyarakat karena


sistem ini dalam kenyataannya masih tetap hidup berdampingan dengan sistem pengobatan
modern, meskipun ilmu kedokteran semakin berkembang pesat di negara kita yang ditandai
dengan munculnya pusat-pusat pelayanan kesehatan, baik yang dikelola pemerintah maupun

5
swasta. Pengobatan tradisional berkaitan dengan budaya suatu suku bangsa yang menempati
suatu wilayah geografi tertentu. Pengobatan tradisional juga lazim digunakan dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota-kota besar.

Pengetahuan masyarakat dalam memilih penyembuhan penyakitnya diperoleh dari


pengalaman serta dorongan lingkungan yang menghasilkan tingkah laku yang disebut juga
dengan budaya. Foster dan Anderson (2006) menjelaskan, bahwa pengetahuan di masyarakat
tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya. Selain usaha
menghindari penyakit, usaha mengetahui cara penyembuhan juga merupakan salah satu
pedoman tingkah laku manusia demi mencapai kesejahteraan hidupnya. Terbukti bahwa ada
masyarakat yang menggunakan jasa pengobatan medis dan ada juga yang menggunakan
pengobatan tradisional. Pengetahuan yang dimiliki itulah yang mendasari mengapa mereka
memilih pengobatan medis atau pengobatan tradisional.

Peminat pengobatan alternatif dipengaruhi oleh beberapa faktor: (Rini Handayani,


2010)

1. Faktor Sosial Alasan masyarakat memilih pengobatan alternatif adalah selama mengalami
pengobatan alternatif keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut
sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung
dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang
dialaminya mereka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya. Namun ada juga
informasi yang mengemukakan bahwa masyarakat lebih senang dirawat atau diobati di rumah
sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan alternatif. Mereka dibawa ke
pengobatan alternatif bukan atas kemauan sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan.
Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan
alternatif dengan pengobatan di rumah sakit. Disini tampak adanya faktor pasrah akibat dari
keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.
2. Faktor Ekonomi Masyarakat memilih pengobatan alternatif kerena biayanya lebih murah
daripada rumah sakit, cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak
tertarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu membayar sekaligus dapat dicicil
setelah pulang.
3. Faktor Budaya Salah satu alasan mengapa pasien memilih pengobatan alternatif karena
pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai kekuatan supranatural yang

6
mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Foster dan Anderson bahwa sistem medis adalah bagian integral dari
kebudayaan. Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan alternatif masih diminati
masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat dalam
menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A hanya B yang
tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap penyakit yang tidak
parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit yang diderita dianggap tidak
mengancam jiwanya, tidak mengganggu nafsu makan serta masih mampu melakukan
kegiatan sehari-hari walaupun agak terganggu.
4. Faktor Kenyamanan Kenyamanan yang diperoleh pada saat pengobatan karena tidak
menggunakan peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak
perlu diamputasi atau digips
5. Kemudahan Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil
laboratorium lainnya. Perbedaan yang terutama di antara pengobatan alternatif dengan
pengobatan modern berdasarkan cara-pikir pengobatannya adalah pengobatan modern atau
medis berpola-pikir logika yang menganggap penyakit yang bersifat lahir, sedangkan
polapikir pengobatan alternatif menganggap penyakit bersifat batin dan juga bersifat lahir.
Dalam penelitian ini membahas mengenai penyakit kista dan apa saja faktorfaktor yang
mempengaruhi penderita kista dalam memilih pengobatan. Yang dimaksud dengan kista
adalah suatu kantung yang berisi cairan, bisa kental seperti gel (mukus), bisa juga cair
(serous).
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan di organ
reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Penyebab utamanya masih menjadi
misteri, namun ada literatur yang menyebutkan bahwa kista berasal dari telur yang gagal
berovulasi, ada juga yang menyatakan bahwa kista diproduksi oleh kelenjar-kelenjar yang
ada di ovarium, yang tak bisa dikeluarkan Akhirnya tertampung, dan makin lama makin
besar. Kista menempati rongga-rongga di dalam tubuh, yang paling terkenal adalah kista
indung telur (Ovarian Cysts). Menurut beberapa kasus, perempuan yang memiliki kista pada
awalnya merasakan sakit di bagian bawah perut ( rahim ) pada saat menstruasi ataupun pada
saat berhubungan bagi perempuan yang sudah berumah tangga.
Pada awalnya pasien melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu yaitu dengan melakukan
USG. Dengan demikian pasien penderita kista dapat mempertimbangkan jenis pengobatan
yang sesuai dengan kondisinya, yaitu pengobatan yang tidak hanya memberikan proses
7
penyembuhan secara biologis atau fisik, tetapi juga secara psikis, sosial budaya dan spiritual.
Adapun yang menarik dari judul yang menjadi alasan saya memilih penelitian ini adalah
bagaimana pelayanan kesehatan dan kondisi sosial budaya masyarakat dapat mempengaruhi
keputusan perempuan penderita kista dalam memilih jenis pengobatan.

2.1 ASPEK SOSIAL BUDAYA BERKAITAN DENGAN BERKAITAN DENGAN FASE


PERTUMBUHAN HIDUP MANUSIA

Semua makhluk hidup akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.


Pertumbuhan manusia ditandai dengan bertambah ukuran berat badan dan tinggi badan.
Sementara perkembangan manusia ditandai dengan perubahan kecakapan, kematangan fisik,
emosi, dan pikiran menuju kedewasaan.

Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pertumbuhan


dan perkembangan merupakan proses yang berjalan sejajar dan berdampingan. Pertumbuhan
diikuti dengan proses perkembangan, yaitu proses biologis makhluk hidup menuju tingkat
kedewasaan.

Contoh perkembangan adalah perubahan susunan dan fungsi organ-organ tubuh.


Dengan tumbuh dan berkembang maka akan mempertahankan kelangsungan hidup dan
melestarikan keturunan. Pertumbuhan dan perkembangan membawa manusia kepada
kedewasaan. Setelah dewasa, manusia dapat menghasilkan keturunan sehingga populasi
manusia akan terjaga kelestariannya.

Dalam buku Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik (2018) karya Encep Sudirjo,
Muhammad Nur Alif, manusi adalah makhluk hidup yang selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Di mana perubahan tersebut dimulai dari dalam kandungan, lahir, menjadi
dewasa dan tua. Kemudian terjadi perubahan dalam aspek-aspek fisik, mnotorik, pikiran,
emosi, dan sosial. Pola-pola perubahan berubahan bersifat meningkat, kemudian menurun.
Peningkatan terjadi dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan. Sedangkan
penurunan terjadi dalam proses penuaan.

Pertumbuhan dan perkembangan terus kelanjutan, sehingga melihat batas-batas kapan


tepatnya setiap aspek perkembangan terjadi. Perkembangan pada umumnya terjadi pada
kebanyakaan orang dalam periode usia tertentu dicatat sebagai kecenderungan sifat

8
perkembangan dalam periode tertentu. Studi tentang perkembangan gerak mencakup diskripsi
dan menjelaskan mengenai perilaku gerak manusia sepanjang hidup.

Perkembangan hidup manusia secara umum terjadi dalam lima fase, yakni:

 Sebelum lahir
 Bayi
 Anak-anak
 Remaja
 Dewasa
 Lansia

 Setiap fase perkembangan terjadi dalam batasan usia dan didasarkan pada
kecenderungan karakteristik perkembangan yang terjadi pada kurun waktu tertent u
dalam setiap usianya. Pertumbuhan proses peningkatan yang ada pada diri seseorang
yang bersifat kuantitatif atau peningkatan dalam hal ukuran. Peningkatan karena
kesempurnaan dan bukan karena penambahan bagian yang baru. Pada studi
perkembangan motorik cenderung digunakan dalam kaitannya dengan peningkatan
ukuran fisik. Contohnya adalah:

 Bertambahnya tinggi badan.

 Bertambahnya lebar panggul.

 Bertambahnya ketebalan dada.

 Bertambahnya berat badan.

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan Proses perkembangan pada manusia


diawali dengan pembuahan (fertilisasi). Fertilisasi adalah peleburan sel sperma dari alat
kelamin pria dengan sel telur (ovum). Proses tersebut terjadi di dalam rahim. Kedua sel
kelamin itu akan melebur, selanjutnya menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh dan
berkembang menjadi embrio. Setelah berumur dua bulan, kemudian embrio disebut janin.
Janin di dalam rahim mendapatkan makanan dari ibunya melalui plasenta. Proses ini
berlangsung selama 9 bulan sebelum bayi dilahirkan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

10
3.2 Daftar Pustaka

https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/10/143000269/pertumbuhan-dan-perkembangan-
manusia?page=all
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/3._Sosbud_Kesehatan_SLT_.ppt
http://www.jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/323/273

11

Anda mungkin juga menyukai