DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR…................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar belakang….......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah….................................................................................... 2
1.3 Tujuan…...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup
sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan
masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih
dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada
beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian
yaitu:kesatuan sosial dan pranata sosial.kesatuan sosial merupakan bentuk
dan susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan
kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud pranata sosial adalah
himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.norma-norma tersebut
memberikan Petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam
masyarakat.
1
kehidupan dan kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah
perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk
mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan
yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah
yang implikasinya adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan
sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses
berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,
sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat
bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang
proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau
budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sehat sosial
2. Untuk mengetahui indikator sehat sosial
3. Untuk mengetahui cara mengukur indikator sehat sosial
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Midgle (2009), untuk tingkat internasional, indikator yang digunakan adalah
usia harapan hidup, angka melek huruf, angka kematian bayi, kesehatan,
pendidikan, perumahan dan tingkat kriminalitas.
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah fenomena yang multidimensional, demikian
pula dengan penyebab kemiskinan. Tidak ada penyebab tunggal untuk
menjelaskan kemiskinan, tetapi multi dimensi yang mencakup dimensi
ekonomi, sosial, dan politik. Artinya, usaha untuk menurunkan jumlah
penduduk miskin harus diterjemahkan, bukan hanya sebagai usaha untuk
mengurangi jumlah penduduk yang miskin secara ekonomi, tetapi
sekaligus juga mengurangi penduduk yang miskin secara sosial maupun
politik.
Indikator kemiskinan yang terkait dalam analisis kesejahteraan
sosial meliputi persentase penduduk miskin, indeks kedalaman
kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan, dan pendapatan perkapita.
2. Kesehatan
Sesuai Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan
kesehatan merupakan suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
lebih baik. Keberhasilan pembangunan kesehatan merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Kondisi masyarakat yang sehat
merupakan prasyarat utama untuk melakukan pembangunan. Pada
tingkat mikro, yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan
adalah dasar bagi produktivitas kerja. Pada tingkat makro, penduduk
dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting
untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Kesehatan adalah salah satu
faktor awal yang menentukan kualitas suatu bangsa. Indikator kesehatan
yang terkait dalam analisis kesejahteraan sosial meliputi angka kematian
4
bayi, jumlah kematian bayi, angka harapan hidup, angka kematian balita,
jumlah kematian balita, angka kematian ibu, dan jumlah kematian ibu.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan modal dasar untuk mewujudkan sumber
daya manusia berkualitas sebagai pelaku pembangunan dan hak dasar
bagi warga negara. Dengan menggunakan prinsip right based approach,
maka upaya untuk memberikan pelayanan bidang pendidikan menjadi
salah satu tujuan prioritas di dalam setiap pembangunan. Hal ini sejalan
dengan Tujuan Pembangunan Millenium (Milenium Development Goals,
MDGs) dengan tekad untuk mewujudkan Education for All (EFA), yang
di Indonesia kemudian disebut sebagai Pendidikan untuk Semua
(PUS).Pendidikan merupakan kebutuhan paling asasi bagi semua orang
karena masyarakat yang berpendidikan setidaknya dapat mewujudkan
tiga hal, yaitu:
(1) Dapat membebaskan dirinya dari kebodohan dan
keterbelakangan,
(2) Mampu berpartisipasi dalam proses politik untuk
mewujudkan masyarakat yang demokratis dan;
(3) Memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dari
kemiskinan. Indikator pendidikan yang terkait dalam analisis
kesejahteraan sosial meliputi angka partisipasi sekolah
(untuk anak usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun;
angka partisipasi kasar (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA/Paket C), angka partisipasi murni (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA/Paket C), rata-rata lama sekolah,
angka melek huruf, dan angka putus sekolah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA/Paket C).
2.3 Konsep Diri
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku
individu. Burn (2006) menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi
cara individu dalam bertingkah laku di tengah masyarakat. Menurut Rahmalia
(2008) menyatakan bahwa konsep diri penting bagi individu memandang diri
5
dan dunianya mempengaruhi tidak hanya individu berperilaku, tetapi juga
tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Kepuasan tersebut berupa
penerimaan terhadap keutuhan dirinya dari segi kelebihan maupun
kekurangannya atau sesuatu yang individu hargai dalam hidupnya.
Teori interaksionisme simbolik merupakan hasil pemikiran dari George
Herbert Mead dan Herbert Blumer yang membahas mengenai penggunaan
simbol dalam interaksi individu (West dan Turner, 2008). Di dalam teori
interaksionisme simbolik dijelaskan pula mengenai konsep diri individu yang
didefinisikan sebagai emosi, nilai serta pikiran yang diyakini individu ada di
dalam dirinya (West dan Turner, 2008). Konsep diri (self concept) merupakan
seperangkat perspektif yang dipercaya orang mengenai dirinya sendiri.
Peranan, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan dan keterbatasan sosial,
intelektualitas, dan seterusnya yang membentuk konsep diri (West dan
Turner, 2008). Hughes, Galbraith dan White (2011) yang juga mengatakan
bahwa konsep diri merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang juga
mengandung evaluasi terhadap diri. Hal tersebut berkaitan pula dengan self
esteem (harga diri) dari individu.
Ditambahkan pula oleh Steven, Susan dan Ivy (2010) mengenai
komponen dari konsep diri, yaitu attitude, beliefs dan values. Attitudes
didefinisikan sebagai respon individu pada hal yang disukai dan tidak disukai,
misalnya sikap seseorang yang tenang ketika menghadapi masalah di dalam
pekerjaan. Kemudian, beliefsdidefinisikan Gunawan (2007) merupakan
penerimaan akan sesuatu yang dianggap benar oleh seseorang atau
persetujuan terhadap ide/pernyataan tertentu. Sarwono dan Meinarno (2009)
mendefinisikan values sebagai pedoman yang menunjukkan yang baik dan
tidak baik sehingga mengarahkan individu dalam bertindak, misalnya
keadilan dan kejujuran.
Berdasarkan asumsi pada teori interaksionisme simbolik, konsep diri
berkembang melalui interaksi dengan orang lain (West dan Turner, 2008).
Lebih lanjut, Steven, Susan dan Ivy (2010) menjelaskan mengenai hal-hal
yang merupakan bagian dari interaksi yang membentuk konsep diri, yaitu
komunikasi, association with groups dan peran individu. Hal yang pertama
6
adalah komunikasi, yaitu proses interaksi sosial di mana individu-individu
menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan
makna dalam lingkungan (West dan Turner, 2008). Selanjutnya, individu
yang menjadi bagian sebuah kelompok atau organisasi akan dapat
membentuk konsep dirinya pula. Pembentuk konsep diri lainnya adalah
adanya peran yang dijalankan oleh individu. Interaksi yang dilakukan ketika
menjalankan perannya membuat seseorang memiliki tanggung jawab bagi
individu tersebut dan membentuk konsep diri individu.
2.4 Faktor Konsep Diri
Menurut Jalaluddin Rahmat ada dua faktor konsep diri adalah sebagai berikut:
1) Orang lain
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima,
dihormati dan disenangi orang lain karena keadaan diri, maka diri akan
cenderung bersikap menghormati menerima diri sendiri. Sebaliknya, jika
orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak kita, maka kita
akan cenderung menolak diri kita. Tidak semua orang lain mempunyai
pengaruh yag sama terhadap diri kita. Ada orang lain yang sangat penting
atau significant others yaitu orang yang paling berpengaruh atau orang
yang dekat dengan diri kita. Dalam perkembangannya signifiant others
meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan
kita.
Mereka mengarahkan kita, membentuk pikiran kita, dan
menyentuh pikiran kita secara emosional (George Herbert Mead, 1934).
Dan orang yang dekat dengan kita mempunyai ikatan emosional atau
affectifothers. Dari merekalah secara perlahan lahan kita membentuk
konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan dan perlakuan mereka,
menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Sebaliknya, cemoohan,
ejekan, dan hardikan membuat kita memandang diri kita secara negatif.
(Richard Dewer & W.J Humbe, 1966)
2) Kelompok Rujukan (reference group)
Setiap kelompok mempunyai norma tertentu. Ada kelompok yang
secara emosional mengikat dan berpengaruh tehadap pembentukan konsep
7
diri, hal ini disebut kelompok rujukan. Dengan melihat kelompok ini orang
akan mengarahkan perilakunya dan penyesuaikan dirinya dengan ciri- ciri
kelompoknya
Gunarsa menyebutkan bahwa selain faktor lingkungan, faktor
spesifik lain yang mempengaruhi konsep diri adalah:
a) Jenis Kelamin
Kelompok lingkungan masyarakat yang lebih luas akan
menuntut adanya perkembangan berbagai macam peran yang
berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
b) Harapan – harapan
Harapan – harapan orang lain terhadap orang lain sangat
penting bagi orang tersebut. Misalnya seseorang yang
diharapkan untuk selalu tampil dengan kelemah lembutannya,
maka orang tersebut akan menjadikan dirinya dengan konsep
diri sebagai seseorang yang selalu tampil dengan lemah lembut.
c) Suku Bangsa
Dalam sebuah komunitas atau masyarakat tertentu yang
terdapat sekelompok minoritas, maka kelompok tersebut akan
cenderung untuk mempunyai konsep diri yang negative.
d) Nama dan Pakaian
Nama – nama tertentu atau julukan akan membawa
pengaruh pada seseorang individu untuk pembentukan konsep
dirinya. Seseorang akan mempunyai julukan yang baik,
tentunya akan termotivasi untuk memiliki konsep diri yang
baik pula, begitu sebaliknya. Demikian halnya dengan
berpakaian, mereka dapat menilai atau mempunyai gambaran
mengenai dirinya sendiri
2.5 Interaksi Sosial
Interaksi yaitu satu relasi antara dua sistem yang terjadi sedemikian
rupa sehingga kejadian yang berlangsung pada satu sistem akan
mempengaruhi kejadian yang terjadi pada sistem lainnya. Interaksi adalah
8
satu pertalian sosilal antar individu sedemikian rupa sehingga individu yang
bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya (Chaplin, 2011).
Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik, saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan, serta tidak bisa terlepas dari satu
hubungan yang terjadi antar individu, sosial, dan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari (Maryati dan Suryawati, 2006). Pendapat lain
dikemukakan oleh Gillin dan Gillin (1951) dalam Maryati dan Suryawati
(2006) yang menyatakan bahwa interaksi sosial mungkin terjadi jika
memenuhi dua persyaratan, yaitu adanya komunikasi serta kontak social yang
berlangsung dalam tiga bentuk diantaranya adalah hubungan antar individu,
individu dengan kelompok dan antar kelompok.
Menurut Mahmudah (2010) faktor–faktor yang mendasari
berlangsungnya interaksi sosial antara lain:
1. Faktor imitasi
Faktor ini telah di uraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan
bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor
imitasi saja. Pendapat ini dalam ralitasnya banyak yang mengatakan tidak
seimbang atau berat sebelah. Hal ini tidak lain karena tidak semua
interaksi sosial tidak semua interaksi disebabkan oleh faktor ini. Namun
demikian, harus diakui dalam interaksi sosial peranan imitasi tidaklah
kecil. Terbukti, misalnya, kita sering melihat pada anak–anak yang sedang
belajar bahasa, seakan–akan mereka mengimitasi dirinya sendiri,
mengulang-ulangi bunyi katakata, melatih fungsi lidah dan mulut untuk
berbicara, kemudian mengimitasi orang lain. Memang suatu hal yang
sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain (Mahmudah,
2010).
2. Faktor sugesti
Yang dimaksud sugesti disini ialah pengaruh psikis, baik yang
datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya
diterima tanpa adanya daya kritik. Gerungan mendefinisikan sugesti
sebagai proses dimana seorang individu menerima suatu cara pemglihatan
9
atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa kritik terlebih
dahulu (Mahmudah, 2010).
3. Faktor identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain, baik secara fisik maupun non fisik.
Proses identifikasi pada kenyataannya seringkali, untuk pertama kali
berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya). Kedua, bersifat
irasional, yaitu berdasarkan perasaan–perasaan atau
kecenderungankecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara
rasional. Ketiga, identifikasi berguna untuk melengkapi sistem
normanorma , cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang
mengidentifikasi itu. Hal ini merupakan efek lanjut dari aktivitas
identifikasi yang dilakukan seseorang (Mahmudah, 2010).
4. Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu dengan orang
yang lain. Simpati muncul dalam diri seorang individu tidak atas dasar
rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada
proses indentifikasi. Seorang individu tiba–tiba merasa dirinya tertarik
kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu
bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena kesluruhan cara-
cara bertingkah laku menarik baginya (Mahmudah, 2010).
10
BAB 3
PEMBAHASAN
3.2. Kuesioner
LEMBAR KUESIONER
A. Identitas Responden
Nama (Inisial) : …………………..
Umur : …………………..
Alamat : …………………..
B. Konsep Diri Pada Lansia
Tanggapilah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini, dengan
cara memberi tanda “” pada kolom jawaban di sebelah kanan
sesuai dengan keadaan anda.
11
No. Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
Identitas Diri
1. Saya merasa kecewa karena menua, tidak lagi
mandiri seperti dulu
2. Saya tidak puas dengan keadaan saya sekarang.
3. Saya merasa puas sebagai seorang lansia meskipun saya
mengalami penurunan kondisi fisik
4. Saya menerima perubahan pada kulit saya (seperti
keriput, bintik-bintik hitam)
Citra Diri
5. Saya tetap merasa percaya diri dengan penampilan
tubuh saya sekarang
6. Saya menolak untuk melihat perubahan tubuh
saya sejak menjadi lansia
7. Penampilan saya tetap menarik walaupun sudah tua
Harga Diri
8. Saya sering mengkritik diri sendiri sejak mengalami
penurunan kondisi fisik
9. Saya tetap merasa dihargai orang lain meskipun
mengalami penurunan kondisi fisik
10. Saya merasa malu terhadap keadaan saya sekarang
ini.
Ideal Diri
11. Saya merasa pesimis dengan keadaan saya
sekarang.
12. Saya memiliki keinginan yang kuat untuk jadi
lebih mandiri.
13. Saya tetap sabar dan ikhlas yang mengalami
penurunan kondisi fisik
Peran
14. Saya merasa peran saya sebagai orang tua
terganggu sejak mengalami penurunan kondisi
fisik
12
15. Saya merasa saat ini peran saya di lingkungan
sosial menjadi berkurang
16. Saya menerima peran saya menjadi lansia
sekarang ini.
17. Saya masih dilibatkan dalam diskusi jika ada
masalah keluarga
C. Interaksi Sosial
Petunjuk Umum Pengisian
Saudara dimohon untuk memberi tanggapan pernyataan di bawah ini
sesuai
pendapat saudara dengan cara memberikan tanda ()
Selalu (S)
Kadang - kadang (KK)
Tidak pernah (TP)
No. Pernyataan Jawaban
S KK TP
Kerjasama
1. Saya terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan
2. Saya bekerja sama dengan tetangga sekitar
ketika diadakan kerja bakti
3. Saya menghadiri kegiatan-kegiatan
keagamaan
beserta tetangga maupun keluarga.
4. Saya menghadiri pertemuan warga seperti
PKK
maupun arisan lingkungan
5. Saya terlibat bersama warga yang lain
dalam
kegiatan memasak ketika tetangga
melakukan
hajatan
6. Saya membantu tetangga yang
membutuhkan
13
pertolongan saya
Akomodasi
7. Saya menghargai pendapat orang lain baik
tetangga maupun keluarga
8. Saya dimintai pendapat oleh tetangga
maupun
keluarga ketika terjadi masalah di
lingkungan
sekitar maupun keluarga.
9. Saya menjadi penengah ketika terjadi
perselisihan di lingkungan sekitar maupun
keluarga.
10. Ketika saya bermasalah dengan tetangga
ataupun
keluarga, saya berusaha menyelesaikannya
secepatnya.
11. Ketika ada keluarga ataupun tetangga yang
saling berseteru, saya akan berusaha
menasehati
untuk segera berdamai.
Asimilasi
12. Saya rukun dengan tetangga dengan
menghindari pertengkaran
13. Saya turut berduka cita serta menghadiri
pemakaman ketika tetangga maupun
keluarga
meninggal dunia
14. Saya menjenguk tetangga maupun keluarga
jika
mengalami sakit
15. Saya mengunjungi keluarga maupun
lingkungan
untuk bermaaf-maafan ketika hari raya
16. Saya membantu tetangga maupun keluarga
jika
14
mengalami kesulitan salah satunya masalah
ekonomi
15
4. Adapun cara menghitung dengan metode Kendal’s tau adalah dengan
menggunakan formula sebagai berikut
𝑆
𝒯= 1
2
𝑛(𝑛−1)
16
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan sosial diartikan dengan terwujudnya interaksi setiap individu
dengan sesamanya tanpa membedakan perbedaan suku, ras, maupun warna
kulit, sehingga tercipta rasa toleransi dan persatuan.
Indikator yang digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk mengukur
kondisi kesejahteraan sosial cukup beragam.
Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dengan
interaksi sosial pada lansia di posyandu lansia desa Kemukus, kecamatan
Gombong, kabupaten Kebumen, maka di dapat kesimpulan bahwa sebagian
besar responen (81.8%) memiliki konsep diri kategori cukup. Sebagian besar
responden (51.5%)memiliki interaksi sosial kategori cukup. Ada hubungan
antara konsep diri dan interaksi sosial pada lansia di Posyandu Lansia Desa
Kemukus Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen dengan p=0,001
(<0,05).
3.1 Saran
Hasil kuesioner yang kami buat diharapkan dapat digunakan sebagai
metode pengukuran indikator sehat sosial yang ada di masyarakat khususnya
dalam baik dalam komunitas ataupun organisasi sehingga dapat diketahui
bagaimana hubungannya dengan permasalahan yang terjadi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Burns, R.B. 2006. Konsep Diri Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
Alih Bahasa: Eddy. Jakarta: Penerbit Arcan.
Maryati dan Suryawati. 2006. Interaksi Sosial, Ciri-Ciri Dan Bentuk Bentuknya.
Jakarta: Penerbit Arcan
West, Richard & Lynn H, Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba.
18