Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN UANG KAS BULANAN IGD

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

BULAN :

PEMASUKAN :

No Tanggal Rincian Pemasukan Masuk Keterangan

Total

PENGELUARAN :

No Tanggal Rincian Pengeluaran Keluar Keterangan

Total

SALDO :

SALDO = PEMASUKAN – PENGELUARAN


=
Terbilang :
SERANG,.........................................

KEPALA RUANGAN IGD BENDAHARA IGD

ENDANG SUHANDA, S.Kep IKHWANUDIN, Amd. Kep

MENGETAHUI :

KEPALA INSTALASI IGD

Dr. OMAT R. HASBULLOH, SpOT

PEMASUKAN UANG KAS IGD BULANAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN 2015

BULAN
NO. NAMA
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1 dr. Wahyu

2 dr. Eling

3 dr. Ali

4 dr. Irra

5 dr. Haritsah

6 dr. Febianto

7 dr. Gilang

8 Endang S.

9 Ade Tardi

10 Aef Saefudin

11 Anton fatoni

12 Asep A.
13 Asep S.

14 Desi Novita

15 Heri Herianto

16 Holilis

17 Iin Marini

18 Ikhwanudin

19 Iman Fauzi

20 Jajat

21 Nurul Hijria

22 Rita Hartati

23 Roji Bustanil

24 Sri Wahyuni

25 Somali Yuda

26 Susi Turwati

27 Windi

28 Yandi

29
30

SERANG,.........................................

KEPALA RUANGAN IGD BENDAHARA IGD

ENDANG SUHANDA, S.Kep IKHWANUDIN, Amd. Kep

NO. TANGGAL RINCIAN MASUK KELUAR SALDO


MAKALAH

“UPAYA PENCEGAHAN MALPRAKTEK”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan (IDK) I

Disusun oleh :

Ikhwanudin

Kelompok IV

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (PSIK) TRANSFER

STIKES FALETEHAN SERANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi malpraktek adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de
Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos
yang artinya adat, kebiasaaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar.

Malpraktik secara Etik, Kombinasi antara interaksi profesional dan aktivitas tenaga pendukungnya serta
hal yang sama akan mempengaruhi anggota komunitas profesional lain dan menjadi perhatian penting dalam
lingkup etika medis. Panduan dan standar etika yang ada terkait dengan profesi yang dijalaninya itu sendiri.
Panduan dan standar profesi tersebut mengarah pada terjadinya inklusi atau eksklusi orang – orang yang terlibat
dalam profesi tersebut. Kelalaian dalam menjalani panduan dan standar etika yang ada secara umum tidak
memiliki dampak terhadap dokter dalam hubungannya dengan pasien. Namun, hal ini akan mempengaruhi
keputusan dokter dalam memberikan tata laksana yang baik. Hal tersebut dapat menghasilkan reaksi yang
kontroversial dan menimbulkan kerugian baik kepada dokter, maupun kepada pasien karena dokter telah
melalaikan standar etika yang ada. Tindakan tidak profesional yang dilakukan dengan mengabaikan standar
etika yang ada umumnya hanya berurusan dengan komite disiplin dari profesi tersebut. Hukuman yang
diberikan termasuk pelarangan tindakan praktik untuk sementara dan pada kasus yang tertentu dapat dilakukan
tindakan pencabutan izin praktek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian malpraktek?
2. Bagaimana upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan?
3. Apa pengertian etika dalam malpraktek?
4. Bagaimana upaya mencegah tuntutan malpraktek?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari malpraktek.
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan.
3. Untuk mengetahui pengertian etika dalam malpraktek.
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya mencegah tuntutan malpraktek.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Malpraktek
Definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama”. (Valentin v. La Society de
Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan
bahwa apakah benar telah terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak
diinginkan tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis
tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara tenagakesehatan dengan pasien
adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan perjanjian/perjanjian akan hasil
(resultaa verbintenis).

Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah
merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada
dan tidaknya kesalahan.

Dalam hal tenaga kesehatan didakwa telah melakukan ciminal malpractice,harus dibuktikan apakah
perbuatan tenaga kesehatan tersebut telah memenuhi unsur tindak pidananya yakni :

a. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela
b. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja, ceroboh atau
adanya kealpaan). Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan kealpaan sehingga
mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah adanya unsur
perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang hati-hati ataupun kurang
praduga.
Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara
yakni :

1. Cara langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :

a. Duty (kewajiban)
Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah bertindak
berdasarkan

(1) Adanya indikasi medis


(2) Bertindak secara hati-hati dan teliti
(3) Bekerja sesuai standar profesi
(4) Sudah ada informed consent.

2. of Duty (penyimpangan dari kewajiban)


Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya
atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka tenaga perawatan
tersebut dapat dipersalahkan.

3. Direct Causation (penyebab langsung)

2. Damage (kerugian)

Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan
sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai
dasar menyalahkan tenaga perawatan.

2. Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi


pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya
sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur).
Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai


b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan
c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Upaya pencegahan malpraktek


<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya malpraktek
diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,
karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat
verbintenis).
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan
segala kebutuhannya.
<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Upaya menghadapi tuntutan hukum
Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga perawat menghadapi
tuntutan hukum, maka tenaga kesehatan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif
membuktikan kelalaian tenaga kesehatan.

Apabila tuduhan kepada kesehatan merupakan criminal malpractice, maka tenaga kesehatan dapat
melakukan :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/


menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada,
misalnya perawat mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik
(risk of treatment),atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea)sebagaimana
disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan
atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-
unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban,
dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa. Berbicara mengenai pembelaan,
ada baiknya perawat menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan
kepadanya. Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi
sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata,
pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya
harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (perawat) bertanggung jawab atas
derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah,
utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk
membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung
antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus
membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga
perawatan.
<!--[if !supportLists]-->C. <!--[endif]-->Pengertian Etika
Etik atau ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaaan, perilaku, atau karakter.
Sedangkan menurut kamus webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk
secara moral. Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Baik dan buruk


<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Kewajiban dan tanggung jawab (Ismani,2001).
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada metode penyelidikan yang
membantu orang memahami moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan
dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai
perilaku manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu
(misalnya : etik dokter, etik perawat).

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.

Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah
perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan nilai-nilai” yang harus
diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal.

<!--[if !supportLists]-->D. <!--[endif]-->Upaya Pencegahan Dalam Menghadapi Tuntutan Malpraktek


Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga bidan karena adanya malpraktek
diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya,
karena perjanjian berbentuk daya upaya bukan perjanjian akan berhasil
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]--> Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter

<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala


kebutuhannya.

<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
BAB III

KESIMPULAN

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuatasuhan pasien di rumah sakit
menjadi lebih aman. Sistem inimencegah terjadinyacedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan
cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatutindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil(omission), dan bukan karena ³underlying disease´ atau kondisi pasien.Pada kasus
Maureen ini merupakan salah satu kasus yang berhubungandengan keselamatan pasien yang tergolong KTD
(Kejadian tidak Diharapkan) karena putusnya jari Maureen dikarenakan kesalahan dokter dalam memasukkan
obat kedalam infus Maureen. Tindakan dokter ini merupakan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan kepada
pasien (C omission). Buruknya kondisi jari Maureen disebabkan cairan bicnat yang dimasukkan melalui infus.

Dalam kasus ini sangat berkesinambungan antara malpraktek yang dilakukan oleh seorang dokter atau
bisa dikatakan sebagai Kejadian Tidak Diharapkan, karena dampak yang diakibatkan adalah sama yakni
merugikan pihak klien/ pasien dikarenakan kelalaian seorang ahli atau profesional dokter, hal ini dapat
dikategorikan sebagai tindakkan malpraktek. Kaitannya dengan Etika yakni kurangnya ketelitian atau kelalaian
yang telah dilakukan oleh dokter dikarenakan dokter tidak melaksanakan tugas yang sebagaimana mestinya,
jelas hal ini sangat melanggar aturan kode etik yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson & Foster. 1986. “Antropologi Kesehatan” Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Bertens, K. 2001. Dokumen Etika dan Hukum Kedokteran. Universitas Atmajaya , Jakarta.

http://asrultoosilajara.blogspot.com/2014/01/asrulmakalah-upaya-pencegahan-mal.html

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/MALPRAKTEK%20MEDIK.pdf

http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-f16/uu-ri-no-29-tahun-2004-tentang-praktik-kedokteran-
t93.htm
http://mixstoryaboutme.blogspot.com/2012/08/makalah-malpraktek-dalam-dunia-kesehatan_28.html.

Jari Maureen Sempat Nyaris Diamputasi. Padawww.Kompas.com. Diakses Pada 19 Januari 2014

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Pada Marsenorhudy¶s Blog. Diakses pada 19 Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai