Anda di halaman 1dari 18

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG


Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

LAPORAN PROYEK INOVATIF


PEMBERIAN BABY OIL PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK DENGAN PRURITUS DI RUANG HEMODIALISA
RSUD Dr.ADYATMA MPH SEMARANG

MAWARNI CITRA P P1337420916020

NISRINA ANTIKAWATI P1337420916021

NURIZA CHOIRUL F P1337420916022

REDHA FITRI E P1337420916023

RIZKY ERNANDA P1337420916024

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKESSEMARANG
2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gaya hidup yang tidak sehat merupakan akar dari berbagai penyakit. Berbagai

perkembangan yang terjadi di masyarakat khususnya Indonesia, ditemukan berbagai

perilaku pola hidup yang tidak baik. Banyak perilaku masyarakat yang kurang

mengkonsumsi air dan cenderung mengkonsumsi jamu dalam jangka panjang,

mengkonsumsi obat - obatan sembarangan, kurang olahraga, merokok,

mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna, pengawet, dan penyedap rasa,

serta mengkonsumsi serbuk atau minuman penambah stamina.

Lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani hemodialisis.

Berdasarkan data tahunan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun

2011, dari sekitar 12.500 pasien penderita gagal ginjal terminal yang membutuhkan

hemodialisa rutin, lebih dari 53% berusia dibawah 54 tahun. Mengutip data 7th

Report of Indonesian Renal Registry, urutan penyebab gagal ginjal pasien yang

mendapatkan haemodialisis berdasarkan data tahun 2014, karena hipertensi (37%),

penyakit dibetes mellitus atau Nefropati Diabetika (27%), kelainan bawaan atau

Glomerulopati Primer (10%), gangguan penyumbatan saluran kemih atau Nefropati

Obstruksi (7%), karena Asam Urat (1%), Penyakit Lupus (1%) dan penyebab lain

lain-lain (18%) (Kemenkes, 2016).

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan proses kerusakan ginjal selama rentang

waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik atau

penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

dan irreversible (tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan elektrolit), sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

Pruritus dapat menimbulkan dampak negatif terhadap quality of life (Vender,

2007). Pruritus merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien

hemodialisis. Hampir 60-80% pasien yang menjalani dialisis (baik hemodialisis

maupun dialisis peritoneal) mengeluhkan pruritus. Pruritus umumnya dialami sekitar

6 bulan setelah awal dialisis dan biasanya makin meningkat dengan lamanya pasien

menjalani dialysis (Eva, 2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, kelompok tertarik untuk mengembangkan

desain inovatif dalam rangka mengatasi pruritus pada penderita gagal ginjal kronik

di Ruang Hemodialisa RSUD Adyatma MPH Semarang.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan rumusan masalah desain

inovatif yaitu Bagaimana Pengaruh Baby Oil Terhadap Tingkat Pruritus Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh baby oil

terhadap tingkat pruritus pada pasien gagal ginjal kronik.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan karakteristik responden gagal ginjal kronik


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

b. Mendiskripsikan pengelolaan klien dengan pruritus menggunakan baby oil

pada klien gagal ginjal kronik

c. Menganalisis pengaruh tingkat pruritus sebelum dan sesudah dilakukan terapi

pemberian baby oil

D. Manfaat Penulisan

Hasil desain inovatif ini dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu:

1. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai

referensi dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pengelolaan

pasien yang mengalami gagal ginjal kronik.

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi ilmiah

3. Bagi masyarakat

Sebagai masukan dalam meningkatkan perilaku tentang penanganan pruritus

pada gagal ginjal kronik.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PRURITUS
Pruritus atau gatal merupakan sensasi yang sangat tidak nyaman pada kulit
yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus biasanya dialami oleh
pasien dengan penyakit kronis seperti kanker, uremia, dan penyakit hati. Pada
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa 50%-90% mengalami pruritus.
Pruritus serigkali menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien, kerusakan kulit,
penurunan kualitas tidur, dan penurunan kualitas hidup pada pasien GGK dengan
Hemodialisis.
Pruritus bisa terjadi secara lokal maupun di keseluruhan kulit tubuh.
Bagian tubuh yang seringkali terkena pruritus adalah punggung, dada, wajah dan
ekstremitas. Kulit yang terkena pruritus terkadang terlihat noral namun sering
juga terlihat kering, lecet, terdapat bintik-bintik kecil.

B. PATOFISIOLOGI PRURITUS
Penyebab pasti dari pruritus belum dapa dijelaskan secara past nemun
terdapat beberapa penjelasan mengenai penyebab pruritus pada pasien GGK yang
menjaani hemodialisa salah satunya karena peningkatan ureum dan kreatinin yang
tidak dapat disekresikan oleh tubuh sehingga mengendap di sistem integumen
namun ternyata pruritus tidak hanya ditemukan di pasien dengan GGK yang kadar
ureum dan kreatinin yang tingg sehingga penyebab pruritus bisa saja bkan karena
peninkatan uereum.
Selah satu dari peneyabab timbulnya pruritus pada pasien GGK denga
hemodialisa adalah xerosis atau kekeringan. Kekeringan pada kulit disbebakan
oleh athropy pada kelenjar keringat sehingga terjadi kelemahan sekresi keringat
dan mengganggu hidrasi stratum corneum.
Selain karena kekeringan kulit pruritus juga dapat disebabkan oleh
pelepasan histamin dari sel mast di kulit. Persepsi pruritus dibawa oleh sistem
saraf pusat melalui jalur neural yang berhubungan dengan reseptor opioid.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

Namun, mekanisme uremia menginduksi pruritus belum diketahui jelas, mungkin


karena disekuilibrium metabolik.

C. PENANGANAN PRURITUS
Pruritus biasanya mempengaruhi pola tidur pasien dan status psikologis,
sehingga sebaiknya diterapi dengan adekuat. Berikut ini dapat dijadikan beberpa
opsi untuk mengatasi pruritus yang dapat di sesuiakan dengan keadaan pasien :
1. Emolien
Pada sebuah penelitian emolien terbukti mampu mengurangi pruritus.
Intervensi yang dilakukan adaah dengan cara mengoleskan lotion yang
mengandung emolienyang diaplikasikan 2 kali sehari selama 2 minggu.
Hasilnya pada 20 orang yang menjalani hemodialisa 10 dilakukan
perlakuan yaitu mengoleska emolien selama 2 minggu dan hasilnya 10
orang dala grup perlakuan tersebut mengalami penurunan pruritus.
2. Aromaterapi yang mengandung pepermint dan sunflower
Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer. Dalam sebuah
penelitian memberikan aromaterapi berupa pepermint oil dan dan
sunflower oil menunjukkan 73,3 % mengalami pruritus berat, 26,7 %
pruritus sedang. Setelah pemberian aromaterapi 33,3 % menjadi pruritus
ringan dan 66,7 % tidak mengalami pruritus.
3. Baby oil yang didinginkan
Baby oil merupakan bahan yang mudah ditemukan dan terjangkau yang
dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menurunkan pruritus. Dalam
sebuah penelitian terbuki bahwa baby oil dpat menurunkan ruritus.

D. EFEK BABY OIL TERHADAP PRURITUS


Baby oil mengandung pelembab dari virgin coconut oil yang dapat
mengatasi xerosis sehingga dapat mengurangi pruritus. Baby oil yang
didinginkan dapat mengajambat trenmisi dari serat nerve C dan menguragi
inflamasi. Temperatur yang dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi pada
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

pembuluh darah, memperlambar metabolisme sel, memperlambat trensmisi syaraf


reseptor penerima ragsang gatal.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB III
METODOLOGI

A. TOPIK
Terapi non farmakologi pada pasien dengan pruritus di ruang Hemodialisa

B. SUB TOPIK
Penanganan non farmakologi dengan menggunakan baby oil pada pasien dengan
pruritus di ruang Hemodialisa

C. KELOMPOK
Pengorganisasian
Ketua kelompok : Mawarni Citra P
Sekertaris : Rizky Ernanda
Anggota : Nuriza Choirul F
Nisrina Antikawati
Redha Fitri Ekawati

D. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan terapi klien mampu merasakan pruritus berkurang

E. TUJUAN KHUSUS
1. Klien mampu mengetahui manfaat terapi non farmakologis baby oil terhadap
mengurangi pruritus
2. Klien mampu mendemonstrasikan cara pengaplikasian baby oil dengan
benar
3. Klien dapat mengaplikasikan di rumah secara mandiri
4. Klien mampu merasakan rasa nyaman pada kulit
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

F. WAKTU
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Jumat - Sabtu, 8 - 9 September 2017
Waktu : 10 20 menit

G. KRITERIA INTRINSIK DAN EKSTRINSIK


1. Kriteria Intrinsik
a. Klien yang sudah menjalani hemodialisa
b. Klien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
c. Klien kooperatif selama pemberian terapi
2. Kriteria Ekstrinsik
a. Memiliki alergi terhadap baby oil
b. Tidak bersedia dalam mengikuti terapi

H. TEMPAT
Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo

I. SETTING
Setiap klien yang melakukan tindakan hemodialisa diruang Hemodialisa dengan
pruritus dilakukan pengukuran awal adanya pruritus kemudian diberikan terapi
selama 15 menit dengan cara pengaplikasian pada area yang gatal, kemudian
dievaluasi setelah penggunaan terapi.

J. MEDIA/ ALAT YANG DIGUNAKAN


Lembar observasi, baby oil

K. PROSEDUR OPERASIONAL TINDAKAN YANG DILAKUKAN


a. Tujuan
Tujuan dari desain inovatif ini untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan
terapi baby oil dingin pada pasien dengan pruritus dengan intra hemodialisa.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

b. Ruang Lingkup
Pasien dengan keluhan pruritus dan sedang menjalankan hemodialisa di
Rumah Sakit Tugurejo
c. Sarana
Alat
Lemari pendingin
Termometer
Selimut
Baju rumah sakit
Bahan
Baby oil
d. Prosedur Kerja
Persiapan
1) Siapkan pakaian rumah sakit dan selimut untuk pasien
2) Gunakan lampu atau senter untuk mengkaji adanya luka yang terbuka
3) Cuci tangan dengan menggunakan sabun atau handscrub
4) Gunakan termometer untuk mengukur suhu dari baby oil yaitu 10 15
derajat celsius
Pelaksanaan
1) Ketika melakukan perawatan pruritus selama hemodialisa dengan
mengaplikasikan baby oil dingin atau tidak dingin. Ulangi pemberian
setiap 30 60 menit sesuai kebutuhan.
2) Ketika melakukan perawatan pruritus atau kulit kering, aplikasikan baby
oil dingin atau tidak dingin pada area yang gatal dan kering. Untuk
mencetak ketidaknyamanan, setiap pemberian baby oil dibatasi selama
15 menit.
3) Ketika melakukan perawatan gatal selama hemodialisa baik pruritus atau
kulit kering, direkomendasikan dalam pemberian baby oil diberikan
setiap 30 60 menit.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

Evaluasi
1) Setelah pemberian baby oil, responden dapat mengganti pakaian dan
beristirahat
2) Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh harus dicatat dan
didokumentasikan.
3) Setelah melakukan tindakan, cek suhu lemari pendingin kemudian baby
oil disimpan dalam lemari pendingin. Untuk baby oil yang tidak dingin
disimpan pada suhu lingkungan atau ruang.
Komplikasi
1) Segera hentikan pemberian jika responden mengeluhkan gemetar, mati
rasa, atau nyeri.
2) Ukur vital sign sampai responden stabil dan jaga kehangatan responden.
3) Hubungi dokter jika responden mengeluhkan rasa ketidaknyaman
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB IV
LAPORAN KEGIATAN

1. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan mensurvey masalah yang paling
sering dialami pasien CKD dengan hemodialisa dan hasilnya adalah kebanyakan
pasien mengeluhkan kram, gatal-gatal, lemes, tekanan darah tinggi, kulit kering,
dan masih banyak lagi. Kemudian berdasarkan seminar jurnal EBP kami
memutuskan untuk mengangkat masalah pruritus, kemudian kami mengumpulkan
beberapa jurnal mengenai penanganan pruritus. Kami mengumpulkan 5 jurnal dan
telah dianalisis dengan metode PICO jurnal tersebut berisikan penanganan
pruritus dengan aromaterapi, penangnan prurirus dengan lumpur laut mati,
penanganan pruritus dengan mandi soybean oil, penangana pruritus dengan
emollieant, dan penangan pruritus dengan baby oil. Diruang hemodialisa sendiri
bila pruritus amat mengganggu penanganannya akan diberikan suntikan
dipenhydramin sesuai dosis dan bila pruritus ringan dianjurkan menggunakan
lotion untuk itu kami tertarik untuk menangani pruritus dengan cara lain dan
berdasarkan jurnal dan bebagai faktor kami memutuskan untuk menggunakan
baby oil sebagai bahan untuk meredakan pruritus.
Setelah menetapkan ide kami membuat proposal dan telah disetujui oleh
clinical instructur. Kemudian kami mulai mencari pasien sesuai kriteria inkusi
dan ekslusi yang telah kami tetapkan yaitu klien yang mengalami pruritus ringan
sampai sedang, klien sedang menjalani hemodialisa, bersedia dilakukan
pemeberian baby oil, koopreatif selama pemberian. Setelah itu kami menemukan
3 pasien yang memenuhi syarat yaitu Tn. G, Tn.A dan Tn. S. Setelah pengakajian
dan inform consent kami melaksanakan kegiatan pemberian baby oil ini sesuai
prosedur yang kami tetapkan yang tertera di BAB III dan telah berdasarkan jurnal
yang kami anut.
Peaksanaan dilakukan saat pasien sedang menjalani hemodialisa sesuai
jadwalnya. Berikut adalah gambaran pelaksanaan design inovatif:
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

1) Pertama mengakaji keadaan kulit pasien dan skala pruritus

2) Mengukur suhu baby oil yang telah didinginkan


3) aplikasikan baby oil dingin pada area yang gatal dan kering
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

4) Ketika melakukan perawatan gatal selama hemodialisa baik pruritus atau


kulit kering, direkomendasikan dalam pemberian baby oil diberikans etiap 30
60 menit
5) Observasi menggunakan lembar observasi

2. FAKTOR PENDUKUNG
1) Bahan yang digunakan relativ murah dan mudah diadapat.
2) metode ini juga mudah dan dapat dilakukan dirumah secara mandiri.
3) Pihak rumah sakit dalam hal ini kepala ruang hemodialisa dan Clinical
instructur yang mendukung pelaksanaan ini
4) Klien yang bersedia dilakukan pemebrian baby oil dengan kooperatif
5) Tersedianya fasilitas pendukung dari rumah sakit yaitu dapat menggunakan
kulkas rumah sakit untuk mendinginakan baby oil
6) Tidak terdapat efek samping dari pemberian baby oil ini
7) Dapat dijadikan pertimbangan untuk pnganan pruritus non farmakologis
3. FAKTOR PENGHAMBAT
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

1) Keterbatasan waktu untuk evaluasi pelaksanaan di rumah yang dilakukan


klien secara mandiri
2) Bila di rumah suhu tidak dapat dikur seara pasti
3) Hanya dapat dilakukan pada pruritus ringan sampai sedang

4. EVALUASI KEGIATAN
a. Evaluasi struktur
1) Masing-masing anggota kelompok melaksanakan tugas sesuai
pembagian
2) Klien yangterliat kooperatif
b. Evaluasi proses
1) Ketika dilakukan pelaksanaan pemberian baby oil klien kooperatif
2) Tidak timbul reaksi alergi pada klien
c. Evaluasi hasil
1) Pada Tn.G mengatakan pruritus berkurang
2) Pada Tn.A mengatakan pruritus berkurang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Pruritus merupaka salah satu gejala yang paling dialami oleh pasien
dengan gagal ginjal yang menjalani hemodilisa. Terdapat berbagai macam faktor
yang dapat mengakibatkan prritus. Pruritus dapat sangat menggangu pasien
dengan CKD yang menjalani hemodialisa karena menyebabkan
ketidaknyamanan, seringkali menimbulkan luka pada kulit akibat digaruk, dapat
mengganggu poatidur yang dapat dikaitkan mengunrangi kualitas hidup pasien cd
dengan heodialisa.
Terdapat berbagai macam cara untuk mengurangi pruritus namun
penggunaan dapat menjadi pertimbangan mengingat bahan yang mudah didapat
dan aman digunakan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, kami memberikan saran sebagai berikut:

1 Untuk tenaga kesehatan

Hasil penerapan design inovativ ini sebaikny dapat menjadi pertimbangan utuk

mengatasi pruritus pada pasien CKD dengan hemodialisa.

2 Penderita pruritus

Penderita pruritus dapat menerapkan metode ini dirumah dengan ara yang telah

diajarkan.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pembimbing
Akademik

Dosen Pembimbing
praktek
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364

DAFTAR PUSTAKA

Abdelghfar, Zaghlol Shadia, Dkk. Effect Of Aromatherapy On Uremic Pruritus Among


Patient Undergoing Hemodialysis. ISQR Journal Of Nursing And Health Science
: ISSN 2320-1959. Volume 6, Issue 2 Ver VIII
Chen Kontrak, Hung Lai , dkk. (2011). Baby oil Therapy for Uremic Pruritus in
Haemodialysis Patients . Journal of Clinical Nursing .
K.Okado And K. Matsumoto,. 2004. Effect Of Skin Care With An Emolient Containing
A High Water Content On Mild Uremic Pruritus, Therapeutic Apheresis And
Dialysis, Vol 8, No 5, Pp.19-422
Kotter, Jan, Dkk. 2016. The Effectiveness Of Using A Bath Oil To Reduce Signs Of Dry
Skin : A Randomized Controlled Pragmatic Study. Elsevier.
Lin, Tzuchen, Dkk. 2011. Baby Oil Therapy For Uremic Pruritus In Haemodialysis
Patient. Journal Of Clinical Nursing, 21, 139-148.
Lovell R, Vender RB. Management And Treatment Of Pruritus. Ther Lett 2007;12 (1):1-
11
M.Boaz, L.Shtendik,M. Oron, Dkk. 2009. A Randomized Controlled Clinical Trial
Comparinh The Efficacy Of Dead Sea Mineral Enriched Body Lotion Versus Two
Types Of Placebo In The Treatment Of Cutaneus Dryness, Itching, Peeling, And
Tightness In Haemodialysispatient. Nepront Clinical Practice, Vol 133, N0 3, Pp
C169-C179.
Roswati, Eva (2013). Pruritus Pada Pasien Hemodialisis. Divisi Nefrologi dan
Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam. FK USU/RSUP H. Adam Malik
Medan : CDK-203/ vol. 40 no. 4.

Anda mungkin juga menyukai