BAB I
PENDAHULUAN
Gaya hidup yang tidak sehat merupakan akar dari berbagai penyakit. Berbagai
perilaku pola hidup yang tidak baik. Banyak perilaku masyarakat yang kurang
2011, dari sekitar 12.500 pasien penderita gagal ginjal terminal yang membutuhkan
hemodialisa rutin, lebih dari 53% berusia dibawah 54 tahun. Mengutip data 7th
Report of Indonesian Renal Registry, urutan penyebab gagal ginjal pasien yang
penyakit dibetes mellitus atau Nefropati Diabetika (27%), kelainan bawaan atau
Obstruksi (7%), karena Asam Urat (1%), Penyakit Lupus (1%) dan penyebab lain
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan proses kerusakan ginjal selama rentang
waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik atau
penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
2007). Pruritus merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien
6 bulan setelah awal dialisis dan biasanya makin meningkat dengan lamanya pasien
desain inovatif dalam rangka mengatasi pruritus pada penderita gagal ginjal kronik
B. Rumusan Masalah
inovatif yaitu Bagaimana Pengaruh Baby Oil Terhadap Tingkat Pruritus Pada
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh baby oil
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
Hasil desain inovatif ini dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu:
1. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai
3. Bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PRURITUS
Pruritus atau gatal merupakan sensasi yang sangat tidak nyaman pada kulit
yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus biasanya dialami oleh
pasien dengan penyakit kronis seperti kanker, uremia, dan penyakit hati. Pada
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa 50%-90% mengalami pruritus.
Pruritus serigkali menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien, kerusakan kulit,
penurunan kualitas tidur, dan penurunan kualitas hidup pada pasien GGK dengan
Hemodialisis.
Pruritus bisa terjadi secara lokal maupun di keseluruhan kulit tubuh.
Bagian tubuh yang seringkali terkena pruritus adalah punggung, dada, wajah dan
ekstremitas. Kulit yang terkena pruritus terkadang terlihat noral namun sering
juga terlihat kering, lecet, terdapat bintik-bintik kecil.
B. PATOFISIOLOGI PRURITUS
Penyebab pasti dari pruritus belum dapa dijelaskan secara past nemun
terdapat beberapa penjelasan mengenai penyebab pruritus pada pasien GGK yang
menjaani hemodialisa salah satunya karena peningkatan ureum dan kreatinin yang
tidak dapat disekresikan oleh tubuh sehingga mengendap di sistem integumen
namun ternyata pruritus tidak hanya ditemukan di pasien dengan GGK yang kadar
ureum dan kreatinin yang tingg sehingga penyebab pruritus bisa saja bkan karena
peninkatan uereum.
Selah satu dari peneyabab timbulnya pruritus pada pasien GGK denga
hemodialisa adalah xerosis atau kekeringan. Kekeringan pada kulit disbebakan
oleh athropy pada kelenjar keringat sehingga terjadi kelemahan sekresi keringat
dan mengganggu hidrasi stratum corneum.
Selain karena kekeringan kulit pruritus juga dapat disebabkan oleh
pelepasan histamin dari sel mast di kulit. Persepsi pruritus dibawa oleh sistem
saraf pusat melalui jalur neural yang berhubungan dengan reseptor opioid.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
C. PENANGANAN PRURITUS
Pruritus biasanya mempengaruhi pola tidur pasien dan status psikologis,
sehingga sebaiknya diterapi dengan adekuat. Berikut ini dapat dijadikan beberpa
opsi untuk mengatasi pruritus yang dapat di sesuiakan dengan keadaan pasien :
1. Emolien
Pada sebuah penelitian emolien terbukti mampu mengurangi pruritus.
Intervensi yang dilakukan adaah dengan cara mengoleskan lotion yang
mengandung emolienyang diaplikasikan 2 kali sehari selama 2 minggu.
Hasilnya pada 20 orang yang menjalani hemodialisa 10 dilakukan
perlakuan yaitu mengoleska emolien selama 2 minggu dan hasilnya 10
orang dala grup perlakuan tersebut mengalami penurunan pruritus.
2. Aromaterapi yang mengandung pepermint dan sunflower
Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer. Dalam sebuah
penelitian memberikan aromaterapi berupa pepermint oil dan dan
sunflower oil menunjukkan 73,3 % mengalami pruritus berat, 26,7 %
pruritus sedang. Setelah pemberian aromaterapi 33,3 % menjadi pruritus
ringan dan 66,7 % tidak mengalami pruritus.
3. Baby oil yang didinginkan
Baby oil merupakan bahan yang mudah ditemukan dan terjangkau yang
dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menurunkan pruritus. Dalam
sebuah penelitian terbuki bahwa baby oil dpat menurunkan ruritus.
BAB III
METODOLOGI
A. TOPIK
Terapi non farmakologi pada pasien dengan pruritus di ruang Hemodialisa
B. SUB TOPIK
Penanganan non farmakologi dengan menggunakan baby oil pada pasien dengan
pruritus di ruang Hemodialisa
C. KELOMPOK
Pengorganisasian
Ketua kelompok : Mawarni Citra P
Sekertaris : Rizky Ernanda
Anggota : Nuriza Choirul F
Nisrina Antikawati
Redha Fitri Ekawati
D. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan terapi klien mampu merasakan pruritus berkurang
E. TUJUAN KHUSUS
1. Klien mampu mengetahui manfaat terapi non farmakologis baby oil terhadap
mengurangi pruritus
2. Klien mampu mendemonstrasikan cara pengaplikasian baby oil dengan
benar
3. Klien dapat mengaplikasikan di rumah secara mandiri
4. Klien mampu merasakan rasa nyaman pada kulit
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
F. WAKTU
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Jumat - Sabtu, 8 - 9 September 2017
Waktu : 10 20 menit
H. TEMPAT
Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo
I. SETTING
Setiap klien yang melakukan tindakan hemodialisa diruang Hemodialisa dengan
pruritus dilakukan pengukuran awal adanya pruritus kemudian diberikan terapi
selama 15 menit dengan cara pengaplikasian pada area yang gatal, kemudian
dievaluasi setelah penggunaan terapi.
b. Ruang Lingkup
Pasien dengan keluhan pruritus dan sedang menjalankan hemodialisa di
Rumah Sakit Tugurejo
c. Sarana
Alat
Lemari pendingin
Termometer
Selimut
Baju rumah sakit
Bahan
Baby oil
d. Prosedur Kerja
Persiapan
1) Siapkan pakaian rumah sakit dan selimut untuk pasien
2) Gunakan lampu atau senter untuk mengkaji adanya luka yang terbuka
3) Cuci tangan dengan menggunakan sabun atau handscrub
4) Gunakan termometer untuk mengukur suhu dari baby oil yaitu 10 15
derajat celsius
Pelaksanaan
1) Ketika melakukan perawatan pruritus selama hemodialisa dengan
mengaplikasikan baby oil dingin atau tidak dingin. Ulangi pemberian
setiap 30 60 menit sesuai kebutuhan.
2) Ketika melakukan perawatan pruritus atau kulit kering, aplikasikan baby
oil dingin atau tidak dingin pada area yang gatal dan kering. Untuk
mencetak ketidaknyamanan, setiap pemberian baby oil dibatasi selama
15 menit.
3) Ketika melakukan perawatan gatal selama hemodialisa baik pruritus atau
kulit kering, direkomendasikan dalam pemberian baby oil diberikan
setiap 30 60 menit.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
Evaluasi
1) Setelah pemberian baby oil, responden dapat mengganti pakaian dan
beristirahat
2) Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh harus dicatat dan
didokumentasikan.
3) Setelah melakukan tindakan, cek suhu lemari pendingin kemudian baby
oil disimpan dalam lemari pendingin. Untuk baby oil yang tidak dingin
disimpan pada suhu lingkungan atau ruang.
Komplikasi
1) Segera hentikan pemberian jika responden mengeluhkan gemetar, mati
rasa, atau nyeri.
2) Ukur vital sign sampai responden stabil dan jaga kehangatan responden.
3) Hubungi dokter jika responden mengeluhkan rasa ketidaknyaman
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
1. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan mensurvey masalah yang paling
sering dialami pasien CKD dengan hemodialisa dan hasilnya adalah kebanyakan
pasien mengeluhkan kram, gatal-gatal, lemes, tekanan darah tinggi, kulit kering,
dan masih banyak lagi. Kemudian berdasarkan seminar jurnal EBP kami
memutuskan untuk mengangkat masalah pruritus, kemudian kami mengumpulkan
beberapa jurnal mengenai penanganan pruritus. Kami mengumpulkan 5 jurnal dan
telah dianalisis dengan metode PICO jurnal tersebut berisikan penanganan
pruritus dengan aromaterapi, penangnan prurirus dengan lumpur laut mati,
penanganan pruritus dengan mandi soybean oil, penangana pruritus dengan
emollieant, dan penangan pruritus dengan baby oil. Diruang hemodialisa sendiri
bila pruritus amat mengganggu penanganannya akan diberikan suntikan
dipenhydramin sesuai dosis dan bila pruritus ringan dianjurkan menggunakan
lotion untuk itu kami tertarik untuk menangani pruritus dengan cara lain dan
berdasarkan jurnal dan bebagai faktor kami memutuskan untuk menggunakan
baby oil sebagai bahan untuk meredakan pruritus.
Setelah menetapkan ide kami membuat proposal dan telah disetujui oleh
clinical instructur. Kemudian kami mulai mencari pasien sesuai kriteria inkusi
dan ekslusi yang telah kami tetapkan yaitu klien yang mengalami pruritus ringan
sampai sedang, klien sedang menjalani hemodialisa, bersedia dilakukan
pemeberian baby oil, koopreatif selama pemberian. Setelah itu kami menemukan
3 pasien yang memenuhi syarat yaitu Tn. G, Tn.A dan Tn. S. Setelah pengakajian
dan inform consent kami melaksanakan kegiatan pemberian baby oil ini sesuai
prosedur yang kami tetapkan yang tertera di BAB III dan telah berdasarkan jurnal
yang kami anut.
Peaksanaan dilakukan saat pasien sedang menjalani hemodialisa sesuai
jadwalnya. Berikut adalah gambaran pelaksanaan design inovatif:
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
2. FAKTOR PENDUKUNG
1) Bahan yang digunakan relativ murah dan mudah diadapat.
2) metode ini juga mudah dan dapat dilakukan dirumah secara mandiri.
3) Pihak rumah sakit dalam hal ini kepala ruang hemodialisa dan Clinical
instructur yang mendukung pelaksanaan ini
4) Klien yang bersedia dilakukan pemebrian baby oil dengan kooperatif
5) Tersedianya fasilitas pendukung dari rumah sakit yaitu dapat menggunakan
kulkas rumah sakit untuk mendinginakan baby oil
6) Tidak terdapat efek samping dari pemberian baby oil ini
7) Dapat dijadikan pertimbangan untuk pnganan pruritus non farmakologis
3. FAKTOR PENGHAMBAT
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
4. EVALUASI KEGIATAN
a. Evaluasi struktur
1) Masing-masing anggota kelompok melaksanakan tugas sesuai
pembagian
2) Klien yangterliat kooperatif
b. Evaluasi proses
1) Ketika dilakukan pelaksanaan pemberian baby oil klien kooperatif
2) Tidak timbul reaksi alergi pada klien
c. Evaluasi hasil
1) Pada Tn.G mengatakan pruritus berkurang
2) Pada Tn.A mengatakan pruritus berkurang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pruritus merupaka salah satu gejala yang paling dialami oleh pasien
dengan gagal ginjal yang menjalani hemodilisa. Terdapat berbagai macam faktor
yang dapat mengakibatkan prritus. Pruritus dapat sangat menggangu pasien
dengan CKD yang menjalani hemodialisa karena menyebabkan
ketidaknyamanan, seringkali menimbulkan luka pada kulit akibat digaruk, dapat
mengganggu poatidur yang dapat dikaitkan mengunrangi kualitas hidup pasien cd
dengan heodialisa.
Terdapat berbagai macam cara untuk mengurangi pruritus namun
penggunaan dapat menjadi pertimbangan mengingat bahan yang mudah didapat
dan aman digunakan.
B. Saran
Hasil penerapan design inovativ ini sebaikny dapat menjadi pertimbangan utuk
2 Penderita pruritus
Penderita pruritus dapat menerapkan metode ini dirumah dengan ara yang telah
diajarkan.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Pembimbing
Akademik
Dosen Pembimbing
praktek
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS KEPERAWATAN SEMARANG
Sekretariat :JalanTirtoAgungPedalangan, Banyumanik, Semarang Telp. (024) 7470364
DAFTAR PUSTAKA