Disusun Oleh:
1. Almareta Fitriani Agus (2222205)
2. Amelia Monika (2222206)
3. IfrohatiFitri (2222230)
4. Indah Budiarti (2222231)
5. Indri Maharani (2222232)
6. Reska Hariyani (2222257)
7. Rialita (2222258)
8. Rinda Nur Ramadhan (2222259)
9. Andi Saputra (2222207)
Pembimbing Lahan:
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2.1.1 Sejarah Singkat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH) merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI yang diberikan mandat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, khususnya masyarakat dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Didirikan
sejak tahun 1953, RSMH saat ini adalah Rumah Sakit Badan Layanan Umum berdasarkan
SK Menkes RI Nomor 1243 / Menkes / SK / VIII / 2005, tanggal 11 Agustus 2005.
RSMH sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional untuk wilayah Sumsel sendiri serta
ke 4 provinsi lain seperti Jambi, Lampung, Bengkulu dan Bangka-Belitung, sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober
2014 serta penetapan RSMH sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Kelas A Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.02/MENKES/192/2015 tanggal 27 Mei 2015 memacu RSMH untuk terus meningkatkan
mutu dan layanannya sesuai standar akreditasi internasional (JCI) yang telah berhasil diraih
pada bulan Desember 2016, dan pada bulan November 2019 RSMH juga berhasil lulus
“Tingkat Paripurna” akreditasi SNARS Edisi 1.
b. Misi:
Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan penelitian berstandar internasional.
1. Menyelenggarakan promosi kesehatan secara komprehensif dan berkelanjutan.
2. Menjalin kemitraan dan melaksanakan system rujukan dengan rumah sakit jejaring
3. Meningkatkan kompetensi, kinerja dan kesejahteraan pegawai
2.2 Konsep Dasar SNRS
2.2.1 Definisi
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif >3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat
kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2015).
Sindrom nefrotik adalah sekelompok gejala klinis termasuk proteinuriamassif,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema. Penyakit ini di karakteristikan dengan
terjadinya peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma, yang akhirnya
akan menyebabkan tubuh kehilangan protein dalam jumlah yang besar (Wong, 2018)
Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) adalah Sindrom Nefrotik yang gagal
mencapai remisi setelah pemberian kortikosteroid dosis penuh dan alternatif. Penetapan
remisi dilakukan dengan monitoring kadar protein dalam urin. Adanya proteinuria
persisten dalam tiga kali pemeriksaan selama satu minggu menunjukkan bahwa pasien
gagal mencapai remisi. Seorang anak laki-laki, usia 2 tahun dengan gejala edema
anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia sesuai untuk Sindrom
Nefrotik (Manalu, Erida, 2019)
2.2.2 Etiologi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016). Penyebab syndrome nefrotik pasti belum
diketahui, akhir-akhir ini dainggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antibody. Umumnya penyebab dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Sindroma Nefrotik bawaan.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau reksi maternofetal, resisten terhadap
semua pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya
pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Idiopatik atau sindrom nefrotik primer
Sekitar 90% nefrosis pada anak dan penyebabnya belum diketahui, berdasarkan
histopatologi yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskop
biasa dan mikroskop elektron. Diduga ada hubungan dengan genetik imunologik
dan alergi.
3. Sindroma Nefrotik Sekunder Disebabkan oleh:
a. Malaria kuartana atau parasit lain
b. Penyakit kolagen seperti lupus eritemosus desiminata, purpura anafilaktoid.
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis.
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas,sengatan lebah, air raksa.
e. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrano
proliferatif, hipokomplementemik.
2.2.3 Patofisiologi
Menurut Betz & Sowden (2019), Sindrom nefrotik adalah keadaan yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus
terhadap protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin, hyperlipidemia dan
edema. Hilangnya protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan
osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya
akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen.
Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi sistem renin- angiotensin yang
mengakibatkan diskresikannya hormone antidiuretic dan aldosterone. Reabsorbsi
tubular terhadap Natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya
menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan
edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunana volume
vaskuler yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari koagulasi
protein. Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat mengarah pada peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.
Teori terbaru penyebab kerusakan podosit pada Sindrom Nefrotik Resisten
Steroid diduga akibat mutasi genetik spesifik pada gen yang menyandi protein
pembentuk lapisan diafragma glomerulus. Gen spesifik pada podosit yang telah
ditemukan adalah NPHS1, ACTN4, NPHS2, CD2AP, WT1, TRPC6, LAMB2, dan
NPHS3 akan menyandi protein pembentuk lapisan diafragma glomerulus berturutturut
yaitu nefrin, áaktinin- 4, podosin, CD2 associated protein, Wilms' tumor, transient
receptor potential 6, laminin â2 chain, dan phospholipase PLCE1. Apabila terjadi
mutasi pada gen tersebut akan menyebabkan pendataran foot processus pada podosit,
perubahan arsitektur celah diafragma glomerulus, dan akhirnya terjadi kebocoran
glomerulus (Rachmadi, 2013).
2.2.4 Pathway
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Ngastiyah, 2015). Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang
mengalami Sindrom nefrotik resistens steroid adalah:
1. Oedem umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan
jaringan periorbital
2. Berat badan meningkat
3. Asites (penumpukan cairan di perut)
4. Nafsu makan menurun
5. kepucatan
6. Proteinuria dan albuminemia.
7. Hipoproteinemi dan albuminemia.
8. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
9. Lipid uria
10. Mual, anoreksia, diare
11. Anemia, pasien mengalami edema paru
2.2.6 Komplikasi
Menurut (alimul aziz, 2019), komplikasi yang muncul yaitu :
1. Penurunan volume intravascular
2. Pemburukan pernafasan
3. Kerusakan kulit
4. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena
hipoalbumenia.
2.2.9 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah, 2015 dalam Niken, 2018)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium1g/hari
b. Diit protein tinggi sebanyak 2 –3 g/kg BB dengan garam minimal bila edema
masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam
c. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan
deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
d. Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita tuberkolosis
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring : Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari
mungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
b. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah
dan akan menyebabkan edema hebat)
c. Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
d. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien).
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa
medis.
2. Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian. Pasien
dengan SNRS biasanya kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut
membesar (adanya asites)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami
hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
keturunan seperti DM atau penyakit menular lain.
3. Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan SNRS biasanya lemah.
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau meningkat.
Nadi : Nadi meningkat.
Suhu : Suhu biasanya meningkat
Edukasi
7. Anjurkan berolahraga
rutin
8. Anjurkan meminum obat
penurun tekanan darah
9. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
10. Ajarkan program
diet untuk
memberbaiki
sirkulasi
3 Ansietas (D.0080) b.d Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
Krisis Situasional
Setelah dilakukan tindakan Observasi
d.d
keperawatan dalam 2x24 jam
1. Identifikasi saat tingkat
DS : ibu pasien tingkat ansietas pasien dapat
ansietas berubah
mengatakan anaknya menurun dengan kriteria hasil
2. Monitor tanda-tanda
selalu cemas saat sebagai berikut :
ansietas
perawat datang
1. Verbalisasi khawatir Teraupetik
akibat kondisi yang
DO :
dihadapi 3. Pahami situasi yang
- pasien tampak 2 5 membuat ansietas
cemas 2. Perilaku gelisah 4. Gunakan pendekatan yang
2 5
- ibu pasien tenang dan meyakinkan
3. Perilaku
tampak selalu Edukasi
tegang 2 5
menenangkan
Ket: 5. Anjurkan keluarga untuk
anaknya
tetap bersama pasien
- TTV 2. Cukup Meningkat
6. Latih kegiatan untuk
- TD : 140/90 mmhg 5. Menurun mengurangi ketegangan
- N : 129x/m
- RR : 22x/m
T : 36OC
BAB III
KASUS
I. IDENTITAS
Inisial Nama : An. D Alamat : Sungai Lilin
Tempat/tgl.lahir : Palembang/16-08-2019 Agama : Islam
Usia : 3 Tahun Suku Bangsa : Indonesia
Nama Ayah/Ibu : Tn.D/Ny.Y Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan Ayah : Petani Pendidikan ibu : SD
Pekerjaan Ibu : Ibu RumahTangga
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
e. Riwayat Sosial
Yang mengasuh :Pasien diasuh oleh orang tua
Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan dengan keluarga baik
Hubungan dengan teman sebaya : Hubungan dengan teman sebaya baik
Pembawaan secara umum : Bersikap kooperatif
Lingkungan rumah : Berhubungan baik dengan lingkungan rumahnya
Masalahkeperawatan: -
2. NUTRISI (MAKAN, PENCERNAAN, ABSORPSI, METABOLISME & HIDRASI)
a. Mulut
Bibir : lembab
Gusi : Normal
Gigi : Normal
Jumlah gigi :-
Lidah : bersih
b. Leher : Simetris
Kelenjar Tiroid : normal
Tenggorok : Tidak ada kesulitan menelan
Dada
Bentuk : Simetris
Paru-paru:
Inspeksi : RR26x/ min,
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal/ Sonor
Auskultasi : irama
Suara nafas : vesicular
Suara Tambahan : Tidak ada suara tambahan
Data Tambahan : Tidakada
Masalahkeperawatan:Tidakadamasalahkeperawatan
4.AKTIVITAS / ISTIRAHAT (ISTIRAHAT, AKTIVITAS, KESEIMBANGAN ENERGI,
RESPON KARDIOVASKULAR / PULMONAL & PERAWATAN DIRI)
Jantung
Inspeksi : normal
Palpasi :Tidak terdapat kelainan
Perkusi :Normal
Auskultasi : HR 85x/mnt. Lub.dub
Kebiasaan sebelum tidur : dibacakan cerita
Kebiasaan Tidur siang : 3jam/hari
Skala Aktivitas:
Kemampuanperawatandiri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempattidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
Personal hygine :
Mandi: 2x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Ganti Pakaian : 2x/hari
Memotong kuku:1 minggu 1 kali
Data Tambahan :
Masalahkeperawatan:Intoleransiaktivitas
5. PERSEPSI / KOGNISI (PERHATIAN, ORIENTASI, SENSASI PERSEPSI, KOGNISI &
KOMUNIKASI)
a. Kesan Umum
Tampak Sakit : sedang
b. Kepala
Bentuk : Simetris
Fontanel : Datar
Rambut : WarnaKuning
c. Mata
Mata : jernih
Pupil : Isokor
reaksi terhadap cahaya: positif
alat bantu : Tidak ada
Conjungtiva : merah jambu
Sklera : Putih
d. Telinga :Simetris
e. Hidung : Simetris
f.Lidah : bersih
Data Tambahan : Tidakada
Masalahkeperawatan :Tidakadamasalahkeperawatan
TERAPI
Terapi Cara Pemberian Dosis
Methyl IV 500mg+D5%100cc
Albumin 25% IV 60 cc
Furosemid IV 20 mg
Ceftriaxone IV 1,5 gr
Amlodipine IV 10 mg
Spironolactone Oral 12,5 mg
Myfortic 180 mg
Thyrax 50 mcg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
JenisPemeri Konvensional SistemInternasioanl
Metode
ksaan Hasil Rujukan Satuan Hasil Rujukan Satuan
Hematologi
RSW-SD 62.6 Fl 62.6
Hemoglobin 10.0* 11.3-14.1 g/dl 100.0 113-141 g/L Cell Counter
Nilai Critical Analyzer
Kritis: <5 Value:
Or >20 <50 Or
>200
Eritrosit 3.77* 4.40-4.48 106/mm3 3.77 4.40-4.48 1012/L
Leukosit 14.74 4.5-13.5 103/mm3 14.7 4.5-13.5 109/L
* Nilai Critical
Kritis: Value:
<1.0 Or <1.0 Or
>50.0 >50.0
Hematokrit 31* 37-41 % 0.31 0.37-0.41 Cell Counter
Analyzer
Trombosit 751* 217-497 103/ul 751 217-497 103/uL Cell Counter
Nilai Critical Analyzer
Kritis: Value:
<20.0 Or <20.0 Or
>1000.0 >800.0
MCV 81.4 81-95 Fl 81.4 81-95 Fl
MCH 27 25-29 Pg 26.5 25-29 Pg
MCHC 33* 29-31 g/dl 326 290-310 g/L
RDW-CV 21.60 11-15 % 21.6 Calculation
*
HitungJenis
Basofil 0 0-1 % 0.000 0-0.01 Cell Counter
Analyzer
Eosionofil 14* 1-6 % 0.14 0.01-0.06
Netrofil 36* 50-70 % 0.360 0.05-0.07
Limfosit 42* 20-40 % 0.42 0.20-0.40
Monosit 8 2-8 % 0.081 0.02-0.08
KIMIA
KLINIK
Kalsium 6.7* 84-10.4 Mg/dl 1.67 2.1-2.6 mmol/L Cresolphtalein
Complecone
HATI
AST/SGOT 11 0-38 U/L 11 0-38 U/L PiridoksalFost
at
ALT/SGPT 8 0-41 U/L 8 0-41 U/L
GINJAL
Ureum 62* 16.6-48.5 Mg/dl 10.33 2.76-8.07 mmol/L Enzimatik End
Point
(Berthelot)
Kreatinin 1.77* 0.31-0.47 Mg/dl 156.35 27.40- mmol/L Jaffe
41.55
ANALISA DATA
DO :
- pasien tampak
cemas
- ibu pasien
tampak selalu
menenangkan
anaknya
- TTV
- TD : 140/90
mmhg
- N : 129x/m
- RR : 22x/m
- T : 36OC
MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipervolemia
2. Perfusi perifer tidak efektif
3. Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
3. Ansietas b.d Krisis Situasional
membucit Edukasi
DO: 1. Anjurkanmelaporjik
akeluaranurin
- Tubuh pasien
tampak bengkak 2. Ajarkancaramenguk
ur dan
- TTV mencatatasupan dan
TD : 140/90 haluarancairan
mmhg 3. Ajarkancaramembat
asicairan
N : 129x/m
RR : 22x/m Kolaborasi
T : 36OC Kolaborasipemberiand
- Intake: 500 cc euretik
- Output: 1500-
1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema
derajat II dengan
kedalaman 2 cm
2 Perfusiperifertidak Perfusiperifer (L.02011) Perawatansirkulasi
efektif (D.0015) Setelahdilakukantindakankeperawatansel (I.02079)
.
b.dpenurunankons ama 3 x 24 jam
entrasi diharapkanperfusiperifermembaikdengan Observasi
hemoglobind.d : 1. Periksasirkulasiperife
DS: r (mis. nadiperifer,
Indikator Awal Tujuan edema,
- Ibu pasien
Warnakulitpucat 2 5 pengisiankapiler,
mengatakan Kelemahanotot 2 5 warna, suhu,
pasien tampak Kramotot 3 5 anklebrachial index)
lemah Akral 3 5 2. Identifikasifaktorresi
Turgor kulit 3 5 kogangguansirkulasi
- Ibu pasien
Keterangan : 3. Monitor
mengatakan 1. Meningkat panas,kemerahan,
pasien sulit untuk2. Cukupmeningkat nyeriataubengkak
bergerak 3. Sedang
4. Cukupmenurun Terapeutik
DO: 5. Menurun 4. Hindaripemasanganin
- Konjungtiva fusataupengambilan
anemis di area
perbatasanperfusi
- Pasien tampak
lelah lebih 5. Hindaripengukurante
kanandarah pada
banyak terbaring
ektermitasdengankete
ditempat tidur rbatasanperfusi
- HB: 10 g/dL 6. Lakukanperawatan
kaki dan kuku
Edukasi
7. Anjurkanberolahragar
utin
8. Anjurkanmeminumob
atpenuruntekanandara
h
9. Anjurkanmelakukanp
erawatankulityang
tepat
10. Ajarkan program diet
untukmemberbaikisir
kulasi
selalu cemas saat perawat datang 2) Pahami situasi yang membuat ansietas
R: Ibu pasien mengatakan anaknya merasa
DO : cemas saat perawat dating menghampirinya
- pasien tampak cemas
- ibu pasien tampak selalu
menenangkan anaknya 3) Gunakan pendekatan yang tenang dan
- TTV meyakinkan
- TD : 140/90 mmhg R: Pasien tampak tenang jika perawat tidak
- N : 129x/m membawa jarum suntik.
- RR : 22x/m
T : 36OC 4) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
R: Ibu pasien mengatakan selalu menemani
pasien, dan tidak pernah meninggalkannya
EVALUASI KEPERAWATAN
11 Januari 2023 S:
2. Perfusiperifertidakefektif
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah lebih membaik
(D.0015)
O:
b.dpenurunankonsentrasi
- Pasien tampak lebih sehat dari sebelumnya
hemoglobin
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien sudah sering duduk sambil bermain bersama ibunya
A:PerfusiperifertidakefektifTeratasiSebagian
P: Intervensi Dilanjutkan
11 Januari 2023 S:
3. Ansietas (D.0080) b.d
- Ibu pasien mengatakan anaknya sedikit lebih tenang saat perawat
Krisis Situasional
datang
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Ibu pasien selalu di samping anaknya untuk menemani anaknya
- TTV
- TD : 130/90 mmhg
- N : 115x/m
- RR : 22x/m
- T : 36,5OC
A: Ansietas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
12 Januari 2023 S:
2. Perfusiperifertidakefektif
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah lebih membaik
(D.0015)
O:
b.dpenurunankonsentrasi
- Pasien tampak lebih sehat dari sebelumnya
hemoglobin
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien sudah sering duduk sambil bermain bersama ibunya
A:PerfusiperifertidakefektifTeratasiSebagian
P: Intervensi Dilanjutkan
12 Januari 2023 S:
3. Ansietas (D.0080) b.d Krisis
- Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa lebih tenang
Situasional
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Pasien sudah bisa di ajak berkomunikasi
- Ibu pasien selalu di samping anaknya untuk menemani anaknya
- TTV
- TD : 110/90 mmhg
- N : 120x/m
- RR : 22x/m
- T : 36,7OC
A: Ansietas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAAN
A. Pengkajian
B. Intervensi keperawatan
Pada diagnosa Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d: DS: Ibu pasien
mengatakan bengkak di seluruh tubuh pasien Ibu pasien mengatakan perut pasien tampak
membucit DO : Tubuh pasien tampak bengkak TTV TD : 140/90 mmhg N : 129x/m RR :
22x/m T : 36OC Intake: 500 cc Output: 1500-1700 cc IWL: 486 cc Pitting edema derajat II
dengan kedalaman 2 cm
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor intake output cairan
Terapeutik
1. Batasi asupan cairan dan garam
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika keluaran urin
2. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
3. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuretik
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
anklebrachial index)
2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3. Monitor panas,kemerahan, nyeri atau bengkak
Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan di area perbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ektermitas dengan keterbatasan perfusi
6. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi
7. Anjurkan berolahraga rutin
8. Anjurkan meminum obat penurun tekanan darah
9. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
10. Ajarkan program diet untuk memberbaiki sirkulasi
Kolaborasi
C. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan Sindrome Nefrotik Resisten Steroid (SNRS), yaitu Mengkaji faktor
penyebab dari Sindrome Nefrotik Resisten Steroid (SNRS). diagnosa Hipervolemia b.d
gangguan mekanisme regulisasi Tindakan yang di berikan yaitu Memonitor intake output Cairan,
Membatasi asupan cairan dan garam Anjurkan melapor jika keluaran urin, Berkolaborasi
pemberian deuretik.
Diagnosa Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin Tindakan yang di berikan yaitu Memeriksa sirkulasi perifer, Menganjurkan minum
obat teratur, Mengajarkan untuk olahraga rutin (mobilisasi gerak), Menghindari pengukuran
tekanan darah pada ektermitas dengan keterbatasan perfusi, Ajarkan program diet untuk
memberbaiki sirkulasi.
Diagnosa Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional Tindakan yang di berikan yaitu
Monitor tanda-tanda ansietas, Pahami situasi yang membuat ansietas, Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan, Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
D. Evaluasi keperawatan
A. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada An.D yaitu Hipervolemia (D.0022) b.d gangguan
mekanisme regulisasi, Diagnosa yang kedua yaitu Perfusi perifer tidak efektif (D.0015)
b.d penurunan konsentrasi hemoglobin, Diagnosa yang ketiga Ansietas (D.0080) b.d
Krisis Situasional. Intervensi keperawatan pada An.D yang ditetapkan oleh penulis
dimana sesuai pada standar intervensi keperawatan Indonesia yaitu membatasi asupan
cairan dan garam, meninggikan kepala tempat tidur sebagai intervensi fokus utama dan
mengkolaborasikan pemberian analgesik. Evaluasi keperawatan pada An.D pada
diagnosa pertama didapatkan bahwa masalah belum teratasi dan tetap malanjutkan
intervensi. Pada diagnosa kedua Perfusi perifer tidak efektif didapatkan bahwa masalah
belum teratasi dan tetap melanjutkan intervensi, pada diagnosa ketiga Ansietas
didapatkan bahwa masalah belum teratasi dan tetap melanjutkan intervensi sampai
kriteria hasil tercapai dengan mempertahankan intevensi.
B. Saran
3. Bagi Mahasiswa