Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN SEMINAR

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN An.DSINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID


(SNRS) DI RUANG SELINCAH/ANAK
RSUP DR.MOEHAMAD HOESIN PALEMBANG”

Disusun Oleh:
1. Almareta Fitriani Agus (2222205)
2. Amelia Monika (2222206)
3. IfrohatiFitri (2222230)
4. Indah Budiarti (2222231)
5. Indri Maharani (2222232)
6. Reska Hariyani (2222257)
7. Rialita (2222258)
8. Rinda Nur Ramadhan (2222259)
9. Andi Saputra (2222207)

Pembimbing Lahan:

Pembimbing Akademik: Marwan rikiginanjar, S.Kep., Ns.,M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul: ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN An.DSINDROM NEFROTIK RESISTEN
STEROIDDI RUANG SELINCAH/ANAK(SNRS) RSUP DR.MOEHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
Palembang……………………….. 2022
Menyetujui:

Pembimbing Klinik (CI) Dosen Pembimbing Akademik

Marwan rikiginanjar, S.Kep.,


Ns.,M.Kep

Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan


RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Profil RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2.1.1 Sejarah Singkat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH) merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI yang diberikan mandat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, khususnya masyarakat dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Didirikan
sejak tahun 1953, RSMH saat ini adalah Rumah Sakit Badan Layanan Umum berdasarkan
SK Menkes RI Nomor 1243 / Menkes / SK / VIII / 2005, tanggal 11 Agustus 2005.
RSMH sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional untuk wilayah Sumsel sendiri serta
ke 4 provinsi lain seperti Jambi, Lampung, Bengkulu dan Bangka-Belitung, sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober
2014 serta penetapan RSMH sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Kelas A Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.02/MENKES/192/2015 tanggal 27 Mei 2015 memacu RSMH untuk terus meningkatkan
mutu dan layanannya sesuai standar akreditasi internasional (JCI) yang telah berhasil diraih
pada bulan Desember 2016, dan pada bulan November 2019 RSMH juga berhasil lulus
“Tingkat Paripurna” akreditasi SNARS Edisi 1.

2.1.2Visi, Misi, dan Motto


a. Visi:
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional berstandar Internasional 2019”.

b. Misi:
Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan penelitian berstandar internasional.
1. Menyelenggarakan promosi kesehatan secara komprehensif dan berkelanjutan.
2. Menjalin kemitraan dan melaksanakan system rujukan dengan rumah sakit jejaring
3. Meningkatkan kompetensi, kinerja dan kesejahteraan pegawai
2.2 Konsep Dasar SNRS
2.2.1 Definisi
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif >3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat
kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2015).
Sindrom nefrotik adalah sekelompok gejala klinis termasuk proteinuriamassif,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema. Penyakit ini di karakteristikan dengan
terjadinya peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma, yang akhirnya
akan menyebabkan tubuh kehilangan protein dalam jumlah yang besar (Wong, 2018)
Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) adalah Sindrom Nefrotik yang gagal
mencapai remisi setelah pemberian kortikosteroid dosis penuh dan alternatif. Penetapan
remisi dilakukan dengan monitoring kadar protein dalam urin. Adanya proteinuria
persisten dalam tiga kali pemeriksaan selama satu minggu menunjukkan bahwa pasien
gagal mencapai remisi. Seorang anak laki-laki, usia 2 tahun dengan gejala edema
anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia sesuai untuk Sindrom
Nefrotik (Manalu, Erida, 2019)

2.2.2 Etiologi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016). Penyebab syndrome nefrotik pasti belum
diketahui, akhir-akhir ini dainggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi
antibody. Umumnya penyebab dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Sindroma Nefrotik bawaan.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau reksi maternofetal, resisten terhadap
semua pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya
pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Idiopatik atau sindrom nefrotik primer
Sekitar 90% nefrosis pada anak dan penyebabnya belum diketahui, berdasarkan
histopatologi yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskop
biasa dan mikroskop elektron. Diduga ada hubungan dengan genetik imunologik
dan alergi.
3. Sindroma Nefrotik Sekunder Disebabkan oleh:
a. Malaria kuartana atau parasit lain
b. Penyakit kolagen seperti lupus eritemosus desiminata, purpura anafilaktoid.
c. Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis.
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas,sengatan lebah, air raksa.
e. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrano
proliferatif, hipokomplementemik.

2.2.3 Patofisiologi
Menurut Betz & Sowden (2019), Sindrom nefrotik adalah keadaan yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus
terhadap protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin, hyperlipidemia dan
edema. Hilangnya protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan
osmotik plasma dan peningkatan tekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya
akumulasi cairan dalam rongga interstisial dan rongga abdomen.
Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi sistem renin- angiotensin yang
mengakibatkan diskresikannya hormone antidiuretic dan aldosterone. Reabsorbsi
tubular terhadap Natrium (Na) dan air mengalami peningkatan dan akhirnya
menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan
edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunana volume
vaskuler yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari koagulasi
protein. Kehilangan immunoglobulin pada urine dapat mengarah pada peningkatan
kerentanan terhadap infeksi.
Teori terbaru penyebab kerusakan podosit pada Sindrom Nefrotik Resisten
Steroid diduga akibat mutasi genetik spesifik pada gen yang menyandi protein
pembentuk lapisan diafragma glomerulus. Gen spesifik pada podosit yang telah
ditemukan adalah NPHS1, ACTN4, NPHS2, CD2AP, WT1, TRPC6, LAMB2, dan
NPHS3 akan menyandi protein pembentuk lapisan diafragma glomerulus berturutturut
yaitu nefrin, áaktinin- 4, podosin, CD2 associated protein, Wilms' tumor, transient
receptor potential 6, laminin â2 chain, dan phospholipase PLCE1. Apabila terjadi
mutasi pada gen tersebut akan menyebabkan pendataran foot processus pada podosit,
perubahan arsitektur celah diafragma glomerulus, dan akhirnya terjadi kebocoran
glomerulus (Rachmadi, 2013).
2.2.4 Pathway
2.2.5 Manifestasi Klinis

Menurut (Ngastiyah, 2015). Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang
mengalami Sindrom nefrotik resistens steroid adalah:
1. Oedem umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan
jaringan periorbital
2. Berat badan meningkat
3. Asites (penumpukan cairan di perut)
4. Nafsu makan menurun
5. kepucatan
6. Proteinuria dan albuminemia.
7. Hipoproteinemi dan albuminemia.
8. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
9. Lipid uria
10. Mual, anoreksia, diare
11. Anemia, pasien mengalami edema paru

2.2.6 Komplikasi
Menurut (alimul aziz, 2019), komplikasi yang muncul yaitu :
1. Penurunan volume intravascular
2. Pemburukan pernafasan
3. Kerusakan kulit
4. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena
hipoalbumenia.

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Betz & Sowden (2019), Pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1. Uji urine
Protein urin : >3,5 g/1,73 luas permukaan tubuh
Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)
2. Uji darah
Albumin serum <3 g/dl
Kolesterol serum meningkat
1 Hemoglobin dan hematokrit meningkat
2 LED meningkat
3. Uji diagnistic
1 Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2 USG ginjal dan CT scan

2.2.9 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah, 2015 dalam Niken, 2018)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium1g/hari
b. Diit protein tinggi sebanyak 2 –3 g/kg BB dengan garam minimal bila edema
masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam
c. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan
deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
d. Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita tuberkolosis
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring : Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari
mungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
b. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah
dan akan menyebabkan edema hebat)
c. Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
d. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien).

2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis

2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa
medis.
2. Riwayat
Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian. Pasien
dengan SNRS biasanya kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut
membesar (adanya asites)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami
hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
keturunan seperti DM atau penyakit menular lain.
3. Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan SNRS biasanya lemah.
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau meningkat.
Nadi : Nadi meningkat.
Suhu : Suhu biasanya meningkat

2.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
3. Ansietas b.d Krisis Situasional
No Diagnosa Kep Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)

1. Hipervolemia Keseimbangan cairan Manajemen Hipervolemia


(D.0022) b.d (L.05020) (1.15506)
gangguan
Setelah dilakukan tindakan Observasi
mekanisme
keperawatan selama 2x24 jam
regulisasi d.d 1. Periksa tanda dan
diharapkan keseimbangan
DS : cairan membaik dengan: gejala hipervolemia
2. Identifikasi penyebab
- Ibu pasien Indikator Awal Tujuan hipervolemia
Keluaran 2 5 3. Monitor intake output
mengatakan
urin cairan
bengkak di Edema 2 5
seluruh tubuh Asites 3 5 Terapeutik
Tekanan 3 5
pasien 1. Batasi asupan cairan dan
darah
- Ibu pasien Keterangan : garam
mengatakan perut 2. Tinggikan kepala
1. Meningkat
tempat tidur
pasien tampak 2. Cukup meningkat
membucit 3. Sedang Edukasi
4. Cukup menurun
DO: 1. Anjurkan melapor
5. Menurun
jika keluaran urin
- Tubuh pasien
tampak bengkak 2. Ajarkan cara
mengukur dan
- TTV
mencatat asupan dan
TD : 140/90 mmhg haluaran cairan
N : 129x/m 3. Ajarkan cara membatasi
cairan
RR : 22x/m
T : 36OC Kolaborasi
- Intake: 500 cc
- Output: 1500-1700 Kolaborasi pemberian
cc deuretik
- IWL: 486 cc
- Pitting edema
derajat II dengan
kedalaman 2 cm
2. Perfusi perifer tidak Perfusi perifer (L.02011) Perawatan sirkulasi
efektif (D.0015) b.d (I.02079)
penurunan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
konsentrasi
hemoglobin d.d diharapkan perfusi perifer
membaik dengan : 1. Periksa sirkulasi perifer
DS: (mis. nadi perifer,
edema, pengisian kapiler,
- Ibu pasien warna, suhu,
Indikator Awal Tujuan anklebrachial index)
mengatakan pasien
Warna 2 5 2. Identifikasi faktor
tampak lemah kulit pucat
resiko gangguan
Kelemahan 2 5
- Ibu pasien sirkulasi
otot
mengatakan pasien Kram otot 3 5 3. Monitor
Akral 3 5 panas,kemerahan, nyeri
sulit untuk bergerak
Turgor 3 5 atau bengkak
DO: kulit
- Konjungtiva Keterangan : Terapeutik
4. Hindari pemasangan
anemis 1. Meningkat infus atau pengambilan di
- Pasien tampak 2. Cukup meningkat area perbatasan perfusi
lelah lebih banyak 3. Sedang 5. Hindari pengukuran
4. Cukup menurun tekanan darah pada
terbaring ditempat 5. Menurun ektermitas dengan
tidur keterbatasan perfusi
- HB: 10 g/dL 6. Lakukan perawatan kaki
dan kuku

Edukasi

7. Anjurkan berolahraga
rutin
8. Anjurkan meminum obat
penurun tekanan darah
9. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
10. Ajarkan program
diet untuk
memberbaiki
sirkulasi
3 Ansietas (D.0080) b.d Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
Krisis Situasional
Setelah dilakukan tindakan Observasi
d.d
keperawatan dalam 2x24 jam
1. Identifikasi saat tingkat
DS : ibu pasien tingkat ansietas pasien dapat
ansietas berubah
mengatakan anaknya menurun dengan kriteria hasil
2. Monitor tanda-tanda
selalu cemas saat sebagai berikut :
ansietas
perawat datang
1. Verbalisasi khawatir Teraupetik
akibat kondisi yang
DO :
dihadapi 3. Pahami situasi yang
- pasien tampak 2 5 membuat ansietas
cemas 2. Perilaku gelisah 4. Gunakan pendekatan yang
2 5
- ibu pasien tenang dan meyakinkan
3. Perilaku
tampak selalu Edukasi
tegang 2 5
menenangkan
Ket: 5. Anjurkan keluarga untuk
anaknya
tetap bersama pasien
- TTV 2. Cukup Meningkat
6. Latih kegiatan untuk
- TD : 140/90 mmhg 5. Menurun mengurangi ketegangan
- N : 129x/m
- RR : 22x/m
T : 36OC
BAB III
KASUS

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

I. IDENTITAS
Inisial Nama : An. D Alamat : Sungai Lilin
Tempat/tgl.lahir : Palembang/16-08-2019 Agama : Islam
Usia : 3 Tahun Suku Bangsa : Indonesia
Nama Ayah/Ibu : Tn.D/Ny.Y Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan Ayah : Petani Pendidikan ibu : SD
Pekerjaan Ibu : Ibu RumahTangga

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Keluhan Utama (saat masuk RS)
Oedem seluruh anggota tubuh, perut tampak membuncit.
b. Keluhan utama (saat pengkajian)
Pasien saat dilakukan pengkajian mengalami kecemasan, pasien tampak seperti takut dengan
perawat, ibu pasien mencoba menenangkan pasien. Ibu pasien mengatakan bengkak di
seluruh tubuh. Pitting edema derajat 2 dengan kedalam 1 cm. intake cairan pasien 500 ml,
output cairan pasien 1500-1700 cc. IWL pasien 486 cc.
c. Riwayat Masa Lampau
1.Penyakit waktu kecil : Tidak ada
2.Pernah dirawat di RS : Tidak pernah
3.Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
4.Tindakan (operasi) : Tidak Ada
5.Alergi : Tidak ada
6.Kecelakaan : Tidak ada
7.Imunisasi : tidak ada
d. Riwayat Keluarga

Keterangan:
: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

e. Riwayat Sosial
Yang mengasuh :Pasien diasuh oleh orang tua
Hubungan dengan anggota keluarga : Hubungan dengan keluarga baik
Hubungan dengan teman sebaya : Hubungan dengan teman sebaya baik
Pembawaan secara umum : Bersikap kooperatif
Lingkungan rumah : Berhubungan baik dengan lingkungan rumahnya

IV. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Tubuh pasien masih tampak bengkak dibagian muka (moon face) perut klien tampak buncit .

V. PENGKAJIAN FISIK (12 DOMAIN NANDA)


1. PROMOSI KESEHATAN (KESADARAN & MANAJEMEN KESEHATAN)

Masalahkeperawatan: -
2. NUTRISI (MAKAN, PENCERNAAN, ABSORPSI, METABOLISME & HIDRASI)
a. Mulut
Bibir : lembab
Gusi : Normal
Gigi : Normal
Jumlah gigi :-
Lidah : bersih
b. Leher : Simetris
Kelenjar Tiroid : normal
Tenggorok : Tidak ada kesulitan menelan

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan


BB sebelum sakit : 15 kg
BB sakit : 18 kg
Makanan yang disukai :Ayam Goreng
Selera makan : Berkurang hanya menghabiskan makan setengah porsi dari
biasanya
Alat makan yang digunakan : Sendok
Pola makan : 2x sehari
Porsi makan yang dihabiskan : Sedikit
Pola Minum : 500 ml/24 Jam
jenis air minum : Air Putih
c. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Terdapat massa di bagian perut pasien (perut tampak
membuncit)
Auskultasi : bising usus 10x/mnt
Perkusi : Terdapat nyeri tekan dan perut tampak membuncit
Data Tambahan : Tidakada
Masalahkeperawatan :Hipervolemia
3. ELIMINASI & PERTUKARAN (FUNGSI URINARIUS, GASTROINTESTINAL &
PERNAPASAN)
Pola Eliminasi
BAK:
Warna : Kuning jernih
Konsistensi : Ya
Frekuensi : 6-7x/ hari
Urine Output : 1500-1700 cc
Penggunaan Kateter :Tidak
Vesika Urinaria : Tidak ada keluhan

BAB : warna kuning kecoklatan


Frekuensi : 1x/hari
Konsisitensi : Padat

Jalan nafas : Baik


Konsisitensi :-
Batuk : Tidak ada

Dada
Bentuk : Simetris

Paru-paru:
Inspeksi : RR26x/ min,
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal/ Sonor
Auskultasi : irama
Suara nafas : vesicular
Suara Tambahan : Tidak ada suara tambahan
Data Tambahan : Tidakada

Masalahkeperawatan:Tidakadamasalahkeperawatan
4.AKTIVITAS / ISTIRAHAT (ISTIRAHAT, AKTIVITAS, KESEIMBANGAN ENERGI,
RESPON KARDIOVASKULAR / PULMONAL & PERAWATAN DIRI)
Jantung
Inspeksi : normal
Palpasi :Tidak terdapat kelainan
Perkusi :Normal
Auskultasi : HR 85x/mnt. Lub.dub
Kebiasaan sebelum tidur : dibacakan cerita
Kebiasaan Tidur siang : 3jam/hari

Skala Aktivitas:
Kemampuanperawatandiri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempattidur √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total

Personal hygine :
Mandi: 2x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Ganti Pakaian : 2x/hari
Memotong kuku:1 minggu 1 kali
Data Tambahan :
Masalahkeperawatan:Intoleransiaktivitas
5. PERSEPSI / KOGNISI (PERHATIAN, ORIENTASI, SENSASI PERSEPSI, KOGNISI &
KOMUNIKASI)
a. Kesan Umum
Tampak Sakit : sedang
b. Kepala
Bentuk : Simetris
Fontanel : Datar
Rambut : WarnaKuning
c. Mata
Mata : jernih
Pupil : Isokor
reaksi terhadap cahaya: positif
alat bantu : Tidak ada
Conjungtiva : merah jambu
Sklera : Putih
d. Telinga :Simetris
e. Hidung : Simetris
f.Lidah : bersih
Data Tambahan : Tidakada
Masalahkeperawatan :Tidakadamasalahkeperawatan

6.HUBUNGAN PERAN (PERAN PEMBERI ASUHAN, HUBUNGAN


KELUARGAPERFORMA PERAN)
Masalah sosial yang penting : Tidak ada
Hubungan orang tua dan bayi : Baik
Orang terdekat yang dapat dihubungi : Orang tua
Orang tua berespon terhadap penyakit : ya
Respon : orang tua selalu mendampingi dan berharap anaknya
segera sembuh
Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : orangtua kooperatif dalam mengatasi hospitalisasi
Data Tambahan : Tidakada
Masalahkeperawatan :Tidakadamasalahkeperawatan
7. SEKSUALITAS (IDENTITAS, FUNGSI SEKSUALITAS & REPRODUKSI)
Genitalia dan Anus
Laki-laki
Penis : Normal/Ada
Scrotum Dan Testis : Normal
Anus ; Normal/Ada)
Data Tambahan
Masalahkeperawatan:Tidakadamasalahkeperawatan

8. KOPING / TOLERANSI STRESS (RESPONS PASCATRAUMA, RESPON KOPING &


STRES NEUROBIHAVIOUR)
GCS :15
E: 4
V: 5
M: 6
Masalahkeperawatan: tidak ada masalah

9. PRINSIP HIDUP (NILAI, KEYAKINAN & KESELARASAN / KEYAKINAN)


Budaya : menjalankan sikap dan budaya yang baik
Spritual / Religius : berdoa untuk kesembuhan anaknya
Harapan : An. D bisa cepat kembali sehat dan pulih
Data Tambahan : Tidakada
Masalahkeperawatan :Tidakadamasalahkeperawatan

10.KEAMANAN / PERLINDUNGAN (INFEKSI, CEDERA FISIK, KEKERASAN,


BAHAYA LINGKUNGAN, PROSES PERTAHANAN, & TERMOREGULASI)
Tingkat Kesadaran : Composmentis
TTV : TD: 140/90mmHg, N: 129x/m RR: 22x/m T: 36OC
Warna kulit : putih
Turgor Kulit : Elastis
Data Tambahan
Masalahkeperawatan:Tidakadamasalahkeperawatan
11. KENYAMANAN (FISIK, LINGKUNGAN & SOSIAL)
Nyeri : Tidak ada
Masalahkeperawatan :Tidak ada masalah

12. PERTUMBUHAN / PERKEMBANGAN


PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (DDST/KPSP)
Kemandirian dan bergaul :-
Motorik Halus :-
Kognitif dan bahasa :-
Motorik kasar :-
Masalahkeperawatan :Tidakada

TERAPI
Terapi Cara Pemberian Dosis
Methyl IV 500mg+D5%100cc
Albumin 25% IV 60 cc
Furosemid IV 20 mg
Ceftriaxone IV 1,5 gr
Amlodipine IV 10 mg
Spironolactone Oral 12,5 mg
Myfortic 180 mg
Thyrax 50 mcg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
JenisPemeri Konvensional SistemInternasioanl
Metode
ksaan Hasil Rujukan Satuan Hasil Rujukan Satuan
Hematologi
RSW-SD 62.6 Fl 62.6
Hemoglobin 10.0* 11.3-14.1 g/dl 100.0 113-141 g/L Cell Counter
Nilai Critical Analyzer
Kritis: <5 Value:
Or >20 <50 Or
>200
Eritrosit 3.77* 4.40-4.48 106/mm3 3.77 4.40-4.48 1012/L
Leukosit 14.74 4.5-13.5 103/mm3 14.7 4.5-13.5 109/L
* Nilai Critical
Kritis: Value:
<1.0 Or <1.0 Or
>50.0 >50.0
Hematokrit 31* 37-41 % 0.31 0.37-0.41 Cell Counter
Analyzer
Trombosit 751* 217-497 103/ul 751 217-497 103/uL Cell Counter
Nilai Critical Analyzer
Kritis: Value:
<20.0 Or <20.0 Or
>1000.0 >800.0
MCV 81.4 81-95 Fl 81.4 81-95 Fl
MCH 27 25-29 Pg 26.5 25-29 Pg
MCHC 33* 29-31 g/dl 326 290-310 g/L
RDW-CV 21.60 11-15 % 21.6 Calculation
*
HitungJenis
Basofil 0 0-1 % 0.000 0-0.01 Cell Counter
Analyzer
Eosionofil 14* 1-6 % 0.14 0.01-0.06
Netrofil 36* 50-70 % 0.360 0.05-0.07
Limfosit 42* 20-40 % 0.42 0.20-0.40
Monosit 8 2-8 % 0.081 0.02-0.08
KIMIA
KLINIK
Kalsium 6.7* 84-10.4 Mg/dl 1.67 2.1-2.6 mmol/L Cresolphtalein
Complecone
HATI
AST/SGOT 11 0-38 U/L 11 0-38 U/L PiridoksalFost
at
ALT/SGPT 8 0-41 U/L 8 0-41 U/L
GINJAL
Ureum 62* 16.6-48.5 Mg/dl 10.33 2.76-8.07 mmol/L Enzimatik End
Point
(Berthelot)
Kreatinin 1.77* 0.31-0.47 Mg/dl 156.35 27.40- mmol/L Jaffe
41.55
ANALISA DATA

DATA KLIEN Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Sindrom Nefrotik Hipervolemia (D.0022)
- Ibu pasien
mengatakan Ketidakmampuanginjalmengekresikan
urine
bengkak di
seluruh tubuh
Retensicairan, Na dan Elektrolit
pasien
- Ibu pasien
mengatakan
Cairantubuhmeningkat, edema
perut pasien seluruhtubuh
tampak
membucit
Hipervolemia (kelebihan volume
DO:
cairan)
- Tubuh pasien
tampak
bengkak
- TTV
TD : 140/90
mmhg
N : 129x/m
RR : 22x/m
T : 36OC
- Intake: 500 cc
- Output: 1500-
1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema
derajat II
dengan
kedalaman 2 cm
DS: Sindrom Nefrotik Perfusi perifer tidak efektif
- Ibu pasien (D.0015)
mengatakan Sekresi eritroitis menurun
pasien tampak
lemah Produksi HB menurun
- Ibu pasien
mengatakan Oksihemoglobin menurun
pasien sulit untuk
bergerak
Suplai O2kejaringanmenurun
DO:
- Konjungtiva
Perfusiperifertidakefektif
anemis
- Pasien tampak
lelah lebih
banyak
terbaring
ditempat tidur
- HB: 10 g/dL
DS :ibu pasien Krisis Situasional Ansietas (D.0080)
mengatakan
anaknya selalu
cemas saat perawat
datang

DO :
- pasien tampak
cemas
- ibu pasien
tampak selalu
menenangkan
anaknya
- TTV
- TD : 140/90
mmhg
- N : 129x/m
- RR : 22x/m
- T : 36OC
MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipervolemia
2. Perfusi perifer tidak efektif
3. Ansietas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
3. Ansietas b.d Krisis Situasional

RIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
3. Ansietas b.d Krisis Situasional
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien :An. D Diagnosa Medis :SNRS


Jenis kelamin : LK Hari/Tanggal : 10-01-2023
No.Kamar/Bed :2/1 Shift : Pagi

N Diagnosa Tujuan Intervensi


o
1 Hipervolemia Keseimbangancairan(L.05020) ManajemenHipervolemi
Setelahdilakukantindakankeperawatansel
. (D.0022) a (1.15506)
b.dgangguanmeka ama2x24 jam
diharapkankeseimbangancairanmembaik
nismeregulisasid.d Observasi
dengan:
DS : 1. Periksatanda dan
- Ibu pasien Indikator Awal Tujuan gejalahipervolemia
Keluaranurin 2 5 2. Identifikasipenyebab
mengatakan
Edema 2 5 hipervolemia
bengkak di 3. Monitor intake
Asites 3 5
seluruh tubuh output cairan
Tekanandarah 3 5
pasien Keterangan :
Terapeutik
1. Meningkat
- Ibu pasien 1. Batasiasupancairan
2. Cukupmeningkat
mengatakan dan garam
3. Sedang
2. Tinggikankepalatemp
perut pasien 4. Cukupmenurun
attidur
tampak 5. Menurun

membucit Edukasi
DO: 1. Anjurkanmelaporjik
akeluaranurin
- Tubuh pasien
tampak bengkak 2. Ajarkancaramenguk
ur dan
- TTV mencatatasupan dan
TD : 140/90 haluarancairan
mmhg 3. Ajarkancaramembat
asicairan
N : 129x/m
RR : 22x/m Kolaborasi
T : 36OC Kolaborasipemberiand
- Intake: 500 cc euretik
- Output: 1500-
1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema
derajat II dengan
kedalaman 2 cm
2 Perfusiperifertidak Perfusiperifer (L.02011) Perawatansirkulasi
efektif (D.0015) Setelahdilakukantindakankeperawatansel (I.02079)
.
b.dpenurunankons ama 3 x 24 jam
entrasi diharapkanperfusiperifermembaikdengan Observasi
hemoglobind.d : 1. Periksasirkulasiperife
DS: r (mis. nadiperifer,
Indikator Awal Tujuan edema,
- Ibu pasien
Warnakulitpucat 2 5 pengisiankapiler,
mengatakan Kelemahanotot 2 5 warna, suhu,
pasien tampak Kramotot 3 5 anklebrachial index)
lemah Akral 3 5 2. Identifikasifaktorresi
Turgor kulit 3 5 kogangguansirkulasi
- Ibu pasien
Keterangan : 3. Monitor
mengatakan 1. Meningkat panas,kemerahan,
pasien sulit untuk2. Cukupmeningkat nyeriataubengkak
bergerak 3. Sedang
4. Cukupmenurun Terapeutik
DO: 5. Menurun 4. Hindaripemasanganin
- Konjungtiva fusataupengambilan
anemis di area
perbatasanperfusi
- Pasien tampak
lelah lebih 5. Hindaripengukurante
kanandarah pada
banyak terbaring
ektermitasdengankete
ditempat tidur rbatasanperfusi
- HB: 10 g/dL 6. Lakukanperawatan
kaki dan kuku

Edukasi
7. Anjurkanberolahragar
utin
8. Anjurkanmeminumob
atpenuruntekanandara
h
9. Anjurkanmelakukanp
erawatankulityang
tepat
10. Ajarkan program diet
untukmemberbaikisir
kulasi

3 Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093) ReduksiAnsietas


(D.0080)b.d Krisis Setelahdilakukantindakankeperawatandal (I.09314)
Situasional d.d am2x24 Observasi
DS :ibupasien jamtingkatansietaspasiendapatmenurunde 1. Identifikasisaattingkata
mengatakan ngankriteriahasilsebagaiberikut : nsietasberubah
anaknya selalu 1. Verbalisasikhawatirakibatkondisi 2. Monitor tanda-
yang dihadapi
cemas saat perawat tandaansietas
2 5
datang Teraupetik
2. Perilakugelisah
2 5 3. Pahamisituasi yang
DO : 3. Perilakutegang membuatansietas
- pasien tampak 2 5 4. Gunakanpendekatan
cemas Ket: yang tenang dan
- ibu pasien 2. CukupMeningkat meyakinkan
5. Menurun
tampak selalu Edukasi
menenangkan 5. Anjurkankeluargauntu
anaknya ktetapbersamapasien
- TTV 6. Latihkegiatanuntukme
- TD : 140/90 ngurangiketegangan
mmhg
- N : 129x/m
- RR : 22x/m
T : 36OC
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. D Diagnosa Medis : SN


Jenis kelamin : LK Hari/Tanggal :09-01-2023
No.Kamar/Bed : 2/1 Shift : Pagi

TANGGAL & IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PARAF


NO DIAGNOSA
WAKTU

Hipervolemia (D.0022) 1) Memonitor intake output cairan


1. b.dgangguanmekanismeregulisasi 09Januari 2023 R : intake 500 cc (infus) output 1500-
DS : 1700 cc
Jam 10.00 WIB
- Ibu pasien mengatakan bengkak di seluruh
2) Membatasi asupan cairan dan garam
tubuh pasien R :sekitar 950 ml atau 3-4 gelasdengan
- Ibu pasien mengatakan perut pasien tampak diet rendah garam
membucit
3) Anjurkan melapor jika keluaran urin
DO: R :Didapatkan output urine klien 1500
- Tubuh pasien tampak bengkak cc

- TTV 4) Berkolaborasi pemberian deuretik


TD : 140/90 mmhg R: klien diberikan terapi farmakologis
dan non farmakologis
N : 129x/m
RR : 22x/m
T : 36OC
- Intake: 500 cc
- Output: 1500-1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema derajat II dengan kedalaman
2 cm
Observasi
2. 09 Januari 2023 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadiperifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
Jam 11.00 WIB
anklebrachial index)
2. Identifikasi factor resiko gangguan
Perfusi perifer tidak efektif (D.0015) b.d sirkulasi
penurunan konsentrasi hemoglobin d.d 3. Monitor panas,kemerahan, nyeri atau
DS:
bengkak
- Ibu pasien mengatakan pasien tampak lemah
- Ibu pasien mengatakan pasien sulit untuk Terapeutik
4. Hindari pemasangan infuse atau
bergerak
pengambilan di area perbatasan perfusi
DO:
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada
- Konjungtiva anemis
ektermitas dengan keterbatasan perfusi
- Pasien tampak lelah lebih banyak terbaring 6. Lakukan perawatan kaki dan kuku
ditempat tidur
Edukasi
- HB: 10 g/dL
7. Anjurkan berolahraga rutin
8. Anjurkan meminum obat penurun tekanan
darah
9. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat
10. Ajarkan program diet
untukmemberbaikisirkulasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. D Diagnosa Medis : SN


Jenis kelamin : LK Hari/Tanggal : 10-01-2023
No.Kamar/Bed : 2/1 Shift : Pagi

NO DIAGNOSA TANGGAL & WAKTU IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PARAF

Hipervolemia (D.0022) b.d gangguan 5) Memonitor intake output cairan


1. 10Januari 2023 R : intake 500 cc (infus) output 1500-1700 cc
mekanisme regulisasi d.d
DS : Jam 10.00 WIB 6) Membatasi asupan cairan dan garam
- Ibu pasien mengatakan bengkak di R :sekitar 950 ml atau 3-4 gelas dengan diet
rendah garam
seluruh tubuh pasien
- Ibu pasien mengatakan perut pasien 7) Anjurkan melapor jika keluaran urin
tampak membucit R :Didapatkan output urine klien 1500 cc

DO: 8) Berkolaborasi pemberian deuretik


- Tubuh pasien tampak bengkak R: klien diberikan terapi farmakologis dan non
farmakologis
- TTV
TD : 140/90 mmhg
N : 129x/m
RR : 22x/m
T : 36OC
- Intake: 500 cc
- Output: 1500-1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema derajat II dengan
kdalaman 2 cm

Perfusi perifer tidak efektif (D.0015) 1) Memeriksa sirkulasi perifer


2. 10Januari 2023 R :pasien mengatakan tubuhnya masih lemas,
b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
pusing, nafas terasa sesak
d.d Jam 11.00 WIB
Menganjurkan minum obat teratur
DS:
R :minum obat resep dari dokter
- Ibu pasien mengatakan pasien tampak
lemah 2) Mengajarkan untuk olahraga rutin (mobilisasi
- Ibu pasien mengatakan pasien sulit gerak
untuk bergerak R : Ibu pasien mengatakan anaknya
melakukan mobilisasi gerak (seperti, miring
DO:
kanan, miring kiri, menukuk tangan dan kiki)
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak lelah lebih banyak 3) Menghindari pengukuran tekanan darah pada
ektermitas dengan keterbatasan perfusi
terbaring ditempat tidur
R : TD: 130/90 mmHg
- HB: 10 g/dL
4) Ajarkan program diet untuk memberbaiki
sirkulasi
R: dibatasi asupan cairan dan garam sekitar
500 ml atau 3-4 gelas dengan diet rendah
garam

Ansietas (D.0080) b.d Krisis Situasional 1) Monitor tanda-tandaansietas


3. 10 Januari 2023
d.d R: - Menangis dan ketakutan.
DS :ibu pasien mengatakan anaknya 12:00 WIB

selalu cemas saat perawat datang 2) Pahami situasi yang membuat ansietas
R: Ibu pasien mengatakan anaknya merasa
DO : cemas saat perawat dating menghampirinya
- pasien tampak cemas
- ibu pasien tampak selalu
menenangkan anaknya 3) Gunakan pendekatan yang tenang dan
- TTV meyakinkan
- TD : 140/90 mmhg R: Pasien tampak tenang jika perawat tidak
- N : 129x/m membawa jarum suntik.
- RR : 22x/m
T : 36OC 4) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
R: Ibu pasien mengatakan selalu menemani
pasien, dan tidak pernah meninggalkannya
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. D Diagnosa Medis : SN


Jenis kelamin : LK Hari/Tanggal : 11-01-2023
No.Kamar/Bed : 2/1 Shift : pagi
TANGGAL &
NO DIAGNOSA EVALUASI
JAM PARAF
Hipervolemia (D.0022) 11 Januari 2023 S:
1.
b.dgangguan mekanisme - Ibu pasien mengatakan bengkakdi tubunya sedikit berkurang
regulisasi - Ibu pasien mengatakan perut pasien masih membucit
O:
- Bengkak di tubuh pasien tampak sedikit berkurang
- Mata pasien tampak bengkak sebelah
- Perut pasien masih membuncit
- TTV
TD : 130/90 mmhg
N : 115x/m
RR : 22x/m
T : 36,5OC
- Intake: 500 cc
- Output: 1500-1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema derajat II dengan kedalaman 2 cm
A:HipervolemiaTeratasi Sebagian
P: Intervensi di lanjutkan

11 Januari 2023 S:
2. Perfusiperifertidakefektif
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah lebih membaik
(D.0015)
O:
b.dpenurunankonsentrasi
- Pasien tampak lebih sehat dari sebelumnya
hemoglobin
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien sudah sering duduk sambil bermain bersama ibunya
A:PerfusiperifertidakefektifTeratasiSebagian
P: Intervensi Dilanjutkan
11 Januari 2023 S:
3. Ansietas (D.0080) b.d
- Ibu pasien mengatakan anaknya sedikit lebih tenang saat perawat
Krisis Situasional
datang
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Ibu pasien selalu di samping anaknya untuk menemani anaknya
- TTV
- TD : 130/90 mmhg
- N : 115x/m
- RR : 22x/m
- T : 36,5OC
A: Ansietas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. D Diagnosa Medis : SN


Jenis kelamin : LK Hari/Tanggal : 12-01-2023
No.Kamar/Bed : 2/1 Shift : pagi
TANGGAL &
NO DIAGNOSA EVALUASI
JAM PARAF
Hipervolemia (D.0022) 12 Januari 2023 S:
1.
b.dgangguanmekanismeregulisas - Ibu pasien mengatakan bengkakdi tubunya anaknya sudah
i berkurang
- Ibu pasien mengatakan perut pasien masih sedikit membuncit
O:
- Bengkak di tubuh pasien berkurang
- Mata pasien tampak masih sedikit bengkak
- Perut pasien masih sedikit membuncit
- TTV
TD : 110/90 mmhg
N : 120x/m
RR : 22x/m
T : 36,7OC
- Intake: 500 cc
- Output: 1500-1700 cc
- IWL: 486 cc
- Pitting edema derajat II dengan kedalaman 2 cm
A:HipervolemiaTeratasi Sebagian
P: Intervensi di lanjutkan

12 Januari 2023 S:
2. Perfusiperifertidakefektif
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah lebih membaik
(D.0015)
O:
b.dpenurunankonsentrasi
- Pasien tampak lebih sehat dari sebelumnya
hemoglobin
- Pasien tampak kooperatif
- Pasien sudah sering duduk sambil bermain bersama ibunya
A:PerfusiperifertidakefektifTeratasiSebagian
P: Intervensi Dilanjutkan
12 Januari 2023 S:
3. Ansietas (D.0080) b.d Krisis
- Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa lebih tenang
Situasional
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Pasien sudah bisa di ajak berkomunikasi
- Ibu pasien selalu di samping anaknya untuk menemani anaknya
- TTV
- TD : 110/90 mmhg
- N : 120x/m
- RR : 22x/m
- T : 36,7OC
A: Ansietas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAAN

BerdasarkanAsuhankeperawatan pada An. D dengan diagnose Sindrome Nefrotik Resisten


Steroid (SNRS) yang di laksanakan di ruangan Selincah RSUP Mohammad Hoesin Palembang,
pada bab ini akan membahas seluruh tahapan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Pengkajian pada An D dengan diagnose medis Sindrome


Nefrotik Resisten Steroid (SNRS)jenis kelamin Laki-Laki dan Masuk RSMH pada tanggal
06Januari 2023 dan melakukan pengkajian pada tanggal 10Januari 2022 pukul 08.00 WIB,
alamat diSungai Lilin Keluhan utama: Pasien saat dilakukan pengkajian mengalami kecemasan,
pasien tampak seperti takut dengan perawat, ibu pasien mencoba menenangkan pasien. Ibu
pasien mengatakan bengkak di seluruh tubuh. Pitting edema derajat 2 dengan kedalam 1 cm.
intake cairan pasien 500 ml, output cairan pasien 1500-1700 cc. IWL pasien 486 cc TTV TD :
140/90 mmhg N : 129x/m RR : 22x/m T : 36OC
Diagnosa keperawatan
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB
3. Ansietas b.d Krisis Situasional

B. Intervensi keperawatan

Pada diagnosa Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d: DS: Ibu pasien
mengatakan bengkak di seluruh tubuh pasien Ibu pasien mengatakan perut pasien tampak
membucit DO : Tubuh pasien tampak bengkak TTV TD : 140/90 mmhg N : 129x/m RR :
22x/m T : 36OC Intake: 500 cc Output: 1500-1700 cc IWL: 486 cc Pitting edema derajat II
dengan kedalaman 2 cm

Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor intake output cairan
Terapeutik
1. Batasi asupan cairan dan garam
2. Tinggikan kepala tempat tidur
Edukasi
1. Anjurkan melapor jika keluaran urin
2. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
3. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuretik
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
anklebrachial index)
2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
3. Monitor panas,kemerahan, nyeri atau bengkak
Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus atau pengambilan di area perbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ektermitas dengan keterbatasan perfusi
6. Lakukan perawatan kaki dan kuku

Edukasi
7. Anjurkan berolahraga rutin
8. Anjurkan meminum obat penurun tekanan darah
9. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
10. Ajarkan program diet untuk memberbaiki sirkulasi
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas


Pada diagnosa Berduka b.d kematian keluarga atau orang yang berarti d.d dengan DS: Klien
merasa sangat sedih dengan kejadian kematian janinnya, padahal anak ini merupakan anak
yang diharapkan oleh klien dan suaminya DO: Klien terlihat menangis, Gelisah. Akan
dilakukan intervensi keperawatan Dukungan proses berduka (I.09274)
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Monitor tandatanda ansietas
Terapeutik
1. . Pahami situasi yang membuat ansietas
2. . Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
1. . Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
2. Latih kegiatan untuk mengurangi ketegangan

C. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan Sindrome Nefrotik Resisten Steroid (SNRS), yaitu Mengkaji faktor
penyebab dari Sindrome Nefrotik Resisten Steroid (SNRS). diagnosa Hipervolemia b.d
gangguan mekanisme regulisasi Tindakan yang di berikan yaitu Memonitor intake output Cairan,
Membatasi asupan cairan dan garam Anjurkan melapor jika keluaran urin, Berkolaborasi
pemberian deuretik.
Diagnosa Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin Tindakan yang di berikan yaitu Memeriksa sirkulasi perifer, Menganjurkan minum
obat teratur, Mengajarkan untuk olahraga rutin (mobilisasi gerak), Menghindari pengukuran
tekanan darah pada ektermitas dengan keterbatasan perfusi, Ajarkan program diet untuk
memberbaiki sirkulasi.
Diagnosa Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional Tindakan yang di berikan yaitu
Monitor tanda-tanda ansietas, Pahami situasi yang membuat ansietas, Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan, Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

D. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi keperawatan


dilaksanakan selama 3x24 jam melaksanakan asuhan keperwatan. Hasil evaluasi dari diagnosa
Intrauterine Fetal Death (IUFD) setelah 2 hari melakukan asuhan keperawatan didapatkanS :
Ibu pasien mengatakan bengkak di tubunya sedikit berkurang Ibu pasien mengatakan perut
pasien masih membucit O: Bengkak di tubuh pasien tampak sedikit berkurang Mata pasien
tampak bengkak sebelah Perut pasien masih membuncit TTV TD : 130/90 mmhg N : 115x/m
RR : 22x/m T : 36,5OC Intake: 500 cc Output: 1500-1700 cc IWL: 486 cc Pitting edem derajat
II dengan kedalaman 2 cm A: Hipervolemia Teratasi Sebagian P: Intervensi di lanjutkan
BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Diagnosa yang muncul pada An.D yaitu Hipervolemia (D.0022) b.d gangguan
mekanisme regulisasi, Diagnosa yang kedua yaitu Perfusi perifer tidak efektif (D.0015)
b.d penurunan konsentrasi hemoglobin, Diagnosa yang ketiga Ansietas (D.0080) b.d
Krisis Situasional. Intervensi keperawatan pada An.D yang ditetapkan oleh penulis
dimana sesuai pada standar intervensi keperawatan Indonesia yaitu membatasi asupan
cairan dan garam, meninggikan kepala tempat tidur sebagai intervensi fokus utama dan
mengkolaborasikan pemberian analgesik. Evaluasi keperawatan pada An.D pada
diagnosa pertama didapatkan bahwa masalah belum teratasi dan tetap malanjutkan
intervensi. Pada diagnosa kedua Perfusi perifer tidak efektif didapatkan bahwa masalah
belum teratasi dan tetap melanjutkan intervensi, pada diagnosa ketiga Ansietas
didapatkan bahwa masalah belum teratasi dan tetap melanjutkan intervensi sampai
kriteria hasil tercapai dengan mempertahankan intevensi.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pihak akademik dapat menyediakan riset-riset dan menambah referensi


agar dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai asuhan keperawatan
khususnya pada pasien SNRS dan mengaplikasikannya dengan baik dan benar pada
saat praktek dilapangan.
2. Bagi Rumah Sakit

Bagi RSMH Palembang diharapkan petugas kesehatan agar dapat meningkatkan


peran sertanya di Rumah Sakit dalam memberikan informasi terkait pasien SNRS
sehingga klien dan keluarga dapat mengerti dan mau bekerja sama untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dan mau mengikuti proses
pengobatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik.

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat meningkatkan lagi proses asuhan keperawatan baik secara


Diharapkan dapat meningkatkan lagi proses asuhan keperawatan baik secara teoritis
maupun secara klinis agar pada saat menerapkan

Anda mungkin juga menyukai