Disusun Oleh:
1. Latar Belakang
Penyakit hipertensi adalah penyakit yang paling sering ditemukan. Penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari
berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah
menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya
hipertensi.Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi
garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan
ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam
sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada
faktor lain yang berpengaruh.
Siklus kehidupan yang ditandai dengan menurunnya berbagai fungsi organ
tubuh yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh dengan berbagai
serangan penyakit, diantaranya hipertensi. Hipertensi adalah penyakit yang
perlu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, mengingat dampak yang
ditimbulkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain menimbukan
gejala fisik seperti angina, serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan
ginjal, dan penyakit lainnya, hipertensi juga dapat menimbulkan permasalahan
mental emosional seperti kecemasan. Selain itu kecemasan juga dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya hipertensi. Gangguan mental emosional dilaporkan
menduduki prevalensi tertinggi pada usia 75 tahun ke atas (15,8%) serta usia
65-74 tahun(12,8%) (Badan Litbang Kesehatan, 2018) (Tjiptaningrum, 2016).
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah diatas batas
normal dimana tekanan sistol lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastol lebih
dari 90 mmHg (Suntaraetal.,2021). Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia
menurut (WHO) periode (2015-2020) menunjukan sekitar 1,3 Milliar orang di
dunia menderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya diperkirakan pada tahun2025 terdapat 1,4 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya (Jabani etal., 2021).
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya
pembuluh darah otak, pendarahan di otak dan aliran darah ke otak akan
teganggu kemudian sel otak akan mengalami kematian (Suntaraetal, 2021).
Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung, gagal jantung
kongesif, stroke, gangguan pengelihatan dan penyakit ginjal. Mortalitas pada
pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan dapat
menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital lainya (Nuraini,2015).
Tingginya angka kejadian hipertensi dan dampak yang ditimbulkan pada
lansia menuntut peran tenaga kesehatan untuk melakukan pencegahan dan
upaya promosi kesehatan. Upaya penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan
secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan farmakologi dengan
pemberian obat golongan anti hipertensi seperti diuretik, betabloker dan
vasodilator. Beberapa penderita hipertensi menolak disiplin meminum obat
farmakologi karena efek samping seperti pusing, batuk, disfungsi seksual,
jantung, aritmia, dan retensi cairan, sehingga para penderita hipertensi memilih
penatalaksanaan non farmakologi dalam mengontrol tekanan darah untuk
mengurangi efek samping tersebut (Listianaetal, 2019).
Penatalaksaan non farmakologi hipertensi bisa dilakukan dengan cara
herbal, pengaturan gaya hidup, aktivitas fisik. Secara herbal untuk penderita
hipertensi dengan cara mengkonsumsi rebusan dan jus (mentimun, tomat,
pisang, daun sirih dan daun alpukat) (Kusuma et al., 2021), terapi relaksasi
tarik nafas dalam sangat baik dilakukan setiap hari untuk penderita hipertensi,
agar membantu relaksasi otot tubuh terutama otot pembuluh darah sehingga
mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri (Kusuma et al,2021).
Pengaturan gaya hidup seperti menurunkan berat badan membatasi
konsumsi alkohol, diet sodium, berhenti merokok dan mengelola stress.
Aktivitas fisik dapat dilakukan dengan aktivitas harian yang biasa dilakukan
sehari-hari seperti naik tangga, berkebun, membersihkan rumah dan senam
hipertensi (Dungga, 2020).
a. Karakteristik keluarga
Keluarga Ny.L (65 Tahun), bapak Tn.S (67 tahun), Tn.D (37 tahun) yang
tinggal satu rumah. Keluarga Ny.L termasuk dalam jenis keluarga inti
(Nuclear Family). Berdasarkan tahap perkembangan keluarga, keluarga
Ny.L berada pada keluarga. Tn.S dan Ny.L bekerja sebagai buruh dan Ibu
Rumah Tangga. Berdasarkan hasil pengkajian Ny.L didiagnosis menderita
Hipertensi. Ny.L mengatakan Tensi nya selalu tinngi pernah mencapai
168/100 mmHg. Saat dilakukan pengkajian pada hari Senin, 06 Februari
2023 didapatkan bahwa TD:154/98N:98x/menit. Ny.L mengeluh sering
kaku tengkuk dan pusing. Ny.L mengatakan tidak mengkonsumsi obat.
Hanya saja Ny.L sering mengkonsumsi sayuran timun. Ny.L juga
mengatakan hipertensi ini memang penyakit keturunan.
Pengkajian lebih lanjut didapatkan bahwa terdapat ketidakstabilan
tekanan darahpada Ny.L. keluarga masih belum mengerti tentang
penatalaksanaan Hipertensi dan komplikasi yang dapat ditimbulkan.
Keluarga dapat mengambil keputusan untuk masalah tersebut dengan
melakukan kontrol kesehatan rutin dan mengkonsumsi obat-obatan teratur.
Keluarga juga harus memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.
Berdasarkan hasil pengkajian, rencana intervensi yang akan dilakukanya
itu mengevaluasi tingkat pengetahuan Ny.L mengenai penyakit
hipertensinya dan mengedukasi terkait terapi komplementer yang dapat
dilakukan oleh Ny.L. Intervensi berfokus untuk mencapai TUK1, TUK2,
dan TUK3 yaitu mengenal masalah kesehatan. Mengambil keputusan, dan
melakukan perawatan.
2. Proses Keperawatan
a. Diagnosis Keperawatan
Kategori Fisiologis
1. Intervensi
b. Kriteria Proses
1) Keluarga menerima kehadiran mahasiswa
2) Pertemuan dilakukan sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati
3) Keluarga antusias dan berpartisipasi dalam diskusi ataupun
demonstrasi
4) Keluarga mengikuti kegiatan hingga selesai
5) Media edukasi dimanfaatkan secara maksimal
c. Kriteria Hasil
1) Keluarga mampu menyebutkan definisi tekanan darah normal
2) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 8 tanda dan gejala hipertensi
3) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 faktor risiko hipertensi
4) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 7 komplikasi hipertensi
5) Keluarga mampu menyebutkan jenis dan frekuensi obat yang
dikonsumsi keluarga yang hipertensi
6) Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali latihan rileksasi secara
mandiri
DAFTARPUSTAKA
Suntara, D. A., Roza, N., & Rahmah, A. (2021). Hubungan Hipertensi Dengan
Kejadian Stroke Pada Lansia Di Wilayah Kerja puskesmas Sekupang
Kelurahan Tanjung Riau Kota Batam. Jurnal Inovasi Penelilktaian,
1(10),2177.
Tjiptaningrum. (2016). Manfaat Jus Mentimun (CucumissativusL.) sebagai Terapi
untuk Hipertensi. Majority, volume5, 115.