TINJAUAN TEORI
2.2.3 Patofisiologi
Menurut Betz & Sowden (2019), Sindrom nefrotik adalah keadaan
yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan protein, hipoalbumin,
hyperlipidemia dan edema. Hilangnya protein dari rongga vaskuler
menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan peningkatan tekanan
hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga
interstisial dan rongga abdomen.
Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi sistem renin-
angiotensin yang mengakibatkan diskresikannya hormone antidiuretic dan
aldosterone. Reabsorbsi tubular terhadap Natrium (Na) dan air mengalami
peningkatan dan akhirnya menambah volume intravaskuler. Retensi cairan
ini mengarah pada peningkatan edema. Koagulasi dan thrombosis vena
dapat terjadi karena penurunana volume vaskuler yang mengakibatkan
hemokonsentrasi dan hilangnya urine dari koagulasi protein. Kehilangan
immunoglobulin pada urine dapat mengarah pada peningkatan kerentanan
terhadap infeksi.
Teori terbaru penyebab kerusakan podosit pada Sindrom Nefrotik
Resisten Steroid diduga akibat mutasi genetik spesifik pada gen yang
menyandi protein pembentuk lapisan diafragma glomerulus. Gen spesifik
pada podosit yang telah ditemukan adalah NPHS1, ACTN4, NPHS2,
CD2AP, WT1, TRPC6, LAMB2, dan NPHS3 akan menyandi protein
pembentuk lapisan diafragma glomerulus berturutturut yaitu nefrin, á-
aktinin4, podosin, CD2 associated protein, Wilms' tumor, transient receptor
potential 6, laminin â2 chain, dan phospholipase PLCE1. Apabila terjadi
mutasi pada gen tersebut akan menyebabkan pendataran foot processus pada
podosit, perubahan arsitektur celah diafragma glomerulus, dan akhirnya
terjadi kebocoran glomerulus (Rachmadi, 2013).
2.2.4 Pathway
2.2.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Ngastiyah, 2015). Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang
mengalami Sindrom nefrotik resistens steroid adalah:
1. Oedem umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan jaringan
periorbital
2. Berat badan meningkat
3. Asites (penumpukan cairan di perut)
4. Nafsu makan menurun
5. kepucatan
6. Proteinuria dan albuminemia.
7. Hipoproteinemi dan albuminemia.
8. Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
9. Lipid uria
10. Mual, anoreksia, diare
11. Anemia, pasien mengalami edema paru
2.2.6 Komplikasi
Menurut (alimul aziz, 2019), komplikasi yang muncul yaitu :
1. Penurunan volume intravascular
2. Pemburukan pernafasan
3. Kerusakan kulit
4. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena
hipoalbumenia.
2.2.9 Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah, 2015 dalam Niken, 2018)
1. Penatalaksanaan Medis
a. Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan
natrium1g/hari
b. Diit protein tinggi sebanyak 2 –3 g/kg BB dengan garam minimal
bila edema masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri
sedikit garam
c. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat
digunakan deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
d. Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita
tuberkolosis
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tirah baring : Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama
beberapa hari mungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna
mengurangi edema.
b. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal
diletakkan memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung
kaki akan lebih rendah dan akan menyebabkan edema hebat)
c. Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian,
pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
d. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum
untuk mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah
terjadi keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab
kematian pasien).
2.3 Asuhan Keperawatan Teoritis
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
Pasien dengan SNRS biasanya kaki edema, wajah sembab,
kelemahan fisik, perut membesar (adanya asites)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah
pasien pernah menderita penyakit infeksi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit keturunan seperti DM atau penyakit menular lain.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan SNRS biasanya lemah.
b. Kesadaran
Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal atau meningkat.
Nadi : Nadi meningkat.
Suhu : Suhu biasanya meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C., & Sowden, L. (2019). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif., dan Kumala Sari. 2015. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Ngastiyah, 2015, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Nurarif, A.H., & Kusuma, H., (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:
Mediaction
Wong, Donna L. 2018. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Edisi ke-6.
Dialihbahasakan oleh Hartono A, Kurnianingsih S, Setiawan. Jakarta :
EGC.