Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“Nefrotik Syndrom”

Dosen Pengampu:

Ibu Ade Nuraini, S.Kep. Ners., M.Kep

Disusun oleh

Queen Tahtana (10403043)

D3-Keperawatan

Politeknik Negeri Subang

Kampus 1: Jl. Brigjen Katamso No. 37 (Belakang RSUD Subang), Dangdeur, Kec. Subang,


Kabupaten Subang, Jawa Barat 41211. Phone: (0260) 417648.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan
kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Keperawatan Anak ini
dengan waktu yang telah ditentukan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan jalan yang terang benerang yaitu agama Islam sehingga kita bisa
menjalankan salah satu perintahnya yaitu menuntut ilmu.

Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ade Nuraini S. Kep., Ners., M.
Kep. selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Aank yang mana telah sabar dalam
membimbing dan memberikan materi yang sangat bermanfaat sehingga saya menyelsaikan
tugas individu ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keparawatan Anak, Selain
itu makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang nefrotik syndrom. Dalam penulisan
makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik pada materi pembahasan
maupun dengan teknik pengertian, walaupun demikian, inilah usah saya selaku para penulis.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan, dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca diharapkan akan
memperbaiki kekurangan sebagimana mestinya bisa bermanfaat bagi semua orang yang
membutuhkan.

Subang, 21 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Sindrom nefrotik adalah manifestasi klinis dari perubahan selektifitas
permeabilitas membran glomerulus sehingga protein bisa menembus membran
glomerulus dan keluar bersama urine. Diperlukan upaya meningkatkan kadar
albumin, mempercepat waktu remisi dan mencegah relaps guna mengurangi
kerusakan ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kita bisa mengetahui tentang beberapa penyakit kelainan pada anak
salah satunya adalah syndrom nefrotik?
2. Bahayakah syndrome nefrotik pada anak-anak?
3. Beberapa edukasi ini untuk memberikan informasi bagi yang kurang faham
dengan kelainan syndrom
C. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan tentang salah satu kelainan pada anak yaitu syndrom
nefrotik
2. Mengetahui sejauh mana pengetahuan dan informasi tentang syndrom nefrotik
BAB II

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Singkat
Syndrom Nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,
ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hyperkolesterolemia. Sindrom
nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar protein di dalam urine
meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh kebocoran pada bagian
ginjal yang berfungsi menyaring darah (glomerulus). Syndrom nefrotik (SN) merupakan
kelainan ginjal terbanyak dijumpai pada anak, dengan angka kejadian 15 kali lebih
banyak dibandingkan orang dewasa. Insidennya sekitar 2-3/100.000 anak per tahun, dan
sebagian besar anak SN merupakan tipe sensitif terhadap pengobatan steroid yang
dimasukkan sebagai kelainan minimal.
2. Uraian Materi
2.1. Patofisiologi
Syndrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus.
Peningkatan permeeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan (1)
proteinuria, (2) hipoalbunemia, (3) hyperlipidemia, dan (4) edema. Hilangnya protein
dari rongga vaskular menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan
peningkatan teekanan hidrostatik, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan
dalam rongga interstisial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairaan vaskular
menstimulasi sistem renin-angiotensin yang mengakibatkan disekresikannya
hormone antidiuretic dan aldosterone. Rearbsorsi tubukar terhadap natrium (Na+)
dan air mengalami peningkatan dan akhirnnya menambah volume intravascular.
Retensi cairan ini mengarah pada peningkatan edema. Koagulasi dan trombosis vena
dapat terjadi karena penurunan volume vaskular yang mengakibatkan
hemokonsentrasi dan kehilangan urine dari koagulasi protein. Kehilangan
imunoglobin pada urine dapat mengarah pada peningkatan kerentanan terhadap
infeksi.
Syndrom nefrotik adalah hasil patologis dari berbagai faktor yang mengubah
permeabilitas glomerulus. Syndrom nefrotik ini dapat digolongkan menjadi jenis
primer dan sekunder dan hasil pemeriksaan mikroskopik jaringan ginjal. Berdasarkan
klasifikasi klinik, jenis syndrom ini dibedakan berdasarkan jalanya penyakit,
pengobatan, dan promosinya.
2.2. Jenis syndrom Nefrotik
Primer
 Penyakit kongenital
 Sindrom nefrotik jenis Finnish (diwariskan)
 Sindrom nefrotik perubahan minimal (jenis yang paling sering terjadi)
Sekunder
 Setelah penyakit infeksi
 Toksisitas obat (aminoglikosida, amfoterisin B)
 Toksisitas radiokontras celup
 Glomerulonefritis Infeksi bakteri sistemik
 Hepatitis B
 Infeksi HIV
 Endokarditis bakterial subakut
 Penyakit vaskular
 Sindrom hemolitik-uremik
 Trombosis vena renalis
 Lupus eritematosus sistemik
 Purpura Henoch-Schönlein
 Sindrom Goodpasture
 Penyakit familial
 Sindrom Alport
 Diabetes mellitus
 Terpajan obat atau logam berat
 Nefrosis alergika
Sejumlah anak mengalami kekambuhan yang berkurang secara bertahap sejalan
dengan bertambahnya usia. Prognosis penyakit ini buruk pada anak yang tidak
berespons terhadap pengobatan.
2.3. Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindrom nefrotik adalah:
 Penurunan haluaran urine dengan urine berwarna gelap, berbusa
 Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genital, dan
ekstremitas)
 Distensi abdomen karena edema dan edema usus yang mengakibatkan
kesulitan bernapas, nyeri abdomen, anoreksia, dan diare
 Pucat
 Keletihan dan intoleran aktivitas
 Nilai uji laboratorium abnormal
2.4. Komplikasi
 Penurunan volume intravaskular (syok hipovolemik)
 Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosis vena)
 Gangguan pernapasan (yang berhubungan dengan retensi cairan dan distensi
abdomen)
 Kerusakan kulit (dari edema berat, penyembuhan buruk)
 Infeksi (khususnya selulitis, peritonitis, pneumonia, dan septikemia) Efek
samping terapi steroid yang tidak diinginkan
 Gagal tumbuh dan keletihan otot (jangka panjang)
2.5. Uji laboratorium dan Diagnosis Keperawatan
Uji Urine
1. Urinalisis
a) Proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m²/hari)
b) Bentuk hialin dan granular
c) Hematuria
2. Uji dipstick urine-hasil positif untuk protein dan darah
3. Berat jenis urine-meningkat palsu karena proteinuria
4. Osmolalitas urine-meningkat
Uji Darah
1. Kadar albumin serum—menurun (kurang dari 2 g/dl)
2. Kadar kolesterol serum—meningkat (dapat mencapai 450 sampai -1000
mg/dl)
3. Kadar trigliserid serum-meningkat
4. Kadar hemoglobin dan hematokrit-meningkat (hemokon- sentrasi)
5. Hitung trombosit-meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/μl)
6. Kadar elektrolit serum-bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan
Uji Diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) mengindikasikan status glomerular, jenis
sindrom nefrotik, respons terhadap penatalaksanaan medis, dan perjalanan penyakit.
Evaluasi mikroskopik menunjukkan tampilan membran basalis yang abnormal.
Diagnogsis Keperawatan
 Gangguan eliminasi urine
 Kelebihan volume cairan
 Resiko difisiensi volume cairan
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Penurunan curah jantung
 Ketidakefektifan pola nafas
 Risiko infeksi
 Risiko kerusakan integritas kulit
 Nyeri, akut
 Gangguan rasa nyaman
 Intoleran aktivitas
 Gangguan proses keluarga
 Ketidakefektifan penatalaksanaan terapeutik
2.6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup:
1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan
diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a) Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intravascular, pembentukan
thrombus, dan atau ketidakseimbanganelektrolit)
b) Pembatasan natrium
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edemadan terapi invasif)
6. Terapi antibiotik (penisilin oral profilatik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresif (silkofosfamid, krorambusil, atau siklosporin) untuk
anak yang gagal berespon terhadap steroid
2.7. Pengkajian Keperawatan
1. Lihat bagian pengkajian Renal
2. Kaji tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan.
a. Edema lokal (periorbital, fasial, genitalia eksternal, abdominal)
b. Asites dengan ketegangan dan mengilatnya kulit di atas abdomen (kaji
lingkar abdomen)
c. Penambahan berat badan
d. Penurunan haluaran urine
e. Urine gelap, berbusa
f. Anasarka (edema berat, merata)
g. Kongesti paru, peningkatan usaha bernapas, efusi pleura, edema paru
3. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit.
a. Kaji tanda-tanda hipokalemia
 Kardiovaskular: aritmia, pendataran gelombang T, penu runan
segmen ST, pelebaran QRS, peningkatan interval PR irama
peningkatan atau penurunan denyut jantung. Hipotensi
 Sistem saraf pusat (SSP) dan muskuloskeletal: apati, mengantuk,
kelemahan otot, kram otot, hiporefleksia
b. Kaji tanda-tanda hiponatremia akibat penggunaan diuretik.
 SSP: apati, kelemahan, pusing, letargi, ensefalopati, kejang
 Kardiovaskular hipotensi
 Gastrointestinal (GI): mual, krum abdomen
c. Kaji tanda-tanda hipernatremia akibat hemokonsentrasi
 SSP: disorientasi, kedutan otot, letargi, iritabilitas
 GI: sangat haus, membran kering, mual, dan muntah
 Lain-lain: kulit kering dan kemerahan, peningkatan suhu, oliguria
4. Kaji adanya kehilangan protein dan status nutrisi
a. Pantau protein serum dan ekskresi protein urine
b. Kaji nafsu makan dan asupan nutrisi
d. Kaji tanda-tanda memanjangnya hipoalbuminemia: garis-garis putih
(Muchreke) paralel pada lunula
e. Kaji adanya pucat
f. Kaji iritabilitas nomspesifik, kelemahan, keletihan
5. Kaji efek samping dari pemberian obat
a. Steroid (gambaran cushing, hiperglikemia, infeksi, hipertensi obesitas,
perdarahan Gil, retardasi pertumbuhan, demineralisasi tulang, katarak)
b. Agens pengalkilasi (leukopenia, disfungsi gonad, sterilitas)
c. Diuretik (penurunan volume pembentukan trombus, ketidakseimbangan
elektrolit)
6. Kaji tanda-tanda penurunan fungsi kardiovaskular (hipotensi, hipertensi,
syok, gagal jantung kongestif, disritmia jantung, devisit volume cairan).
a. Tekanan darah (hipotensi atau dipertensi)
b. Denyut dan irama jantung (takikardia, aritmia)
c. Perfusi distal (nadi, pengisian kembali kapiler, suhu, warna)
d. Hipertrofi ventrikel kiri (aritmia, peningkatan ukuran jantung. penurunan
curah jantung)
7. Kaji tanda-tanda ketidakefektifan pola pernapasan dan infeksi paru.
a. Frekuensi dan pola pernapasan (takipnea, pola tidak teratur)
b. Penggunaan otot-otot tambahan (retraksi, mengangkat dan pengembangan
cuping hidung
c. Perlunya duduk tegak atau peninggian kepala tempat tidur
d. Bunyi napas abnormal (bising, ronki, penurunan bunyi pada lobus bawah)
e. Radiografi dada abnormal
f. Sianosis, penurunan saturasi oksigen
g. Asidosis respiratorik
8. Kaji tanda-tanda infeksi
a. Demam
b. Peningkatan hitung sel darah putih
c. Hasil kultur positif (sekresi paru, urine, darah, atau cairan tubuh lain)
d. Tanda-tanda selulitis: pembengkakan lokal, kemerahan, nyeri
e. Tanda-tanda pneumonia
f. Tanda-tanda peritonitis: merah, nyeri tekan abdomen
g. Septikemia/syok septik
9. Kaji tanda-tanda kerusakan kulit dari edema berat
10. Kaji tingkat kenyamanan dan kemampuan anak untuk menoleransi aktivitas.
Atasi kekhawatiran dan ketakutan anak dan keluarga yang berkaitan dengan
penyakit dan perubahan citra tubuh.
11. Kaji respons koping anak dan keluarga terhadap penyakit
a. Kaji fungsi keluarga yang berkaitan dengan iritabilitas anak dan
perubahan alam perasaan
b. Kaji koping yang berkaitan dengan perubahan citra tubuh dari edema
berat dan pucat
c. Kaji respons anak dan keluarga terhadap tirah baring dan pembatasan
aktivitas
2.8. Intervensi Keperawatan
1. Pantau dan pertahankan keseimbangan cairan.
a. Kaji status hidrasi secara sering
b. Pantau asites dengan memantau lingkar abdomen
c. Pantau area edema secara ketat, laporkan perubahan sesuai indikasi
d. Ukur dan catat berat badan setiap hari, laporkan perubahan sesuai indikasi
e. Catat asupan dan haluaran secara akurat
f. Berikan diuretik sesuai program dan kaji keefektifannya
g. Ganti cairan yang hilang karena adanya perpindahan cairan intestinal
h. Pantau jenis dan kecepatan pemberian cairan untuk menghindari kelebihan
cairan dan edema serebral saat mempertahankan volume sirkulasi yang
adekuat
i. Tingkatkan tirah baring selama periode edema berat dan periode kehilangan
berat badan cepat selama diuresis
2. Lakukan pengukuran untuk mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit sesuai
indikasi.
3. Beri dorongan dan dukung asupan dan status nutrisi yang sesuai.
a. Pantau nafsu makan dan asupan nutrisi secara kontinu
b. Hitung kalori lengkap dan tapis nutrisi sesuai indikasi
c. Berikan diet tinggi kalori dan protein
d. Turunkan asupan natrium (hindari makanan yang mengandung tinggi
natrium, diet tanpa tambhan garam)
e. Hindari pembatasan garam yang berlebihan atau makanan yang terlalu
banyak mengandung protein, karena mungkin tidak disukai anak dan atau
dapat menimbulkan masalah paradoksikal
f. Izinkan anak memilih diet sebanyak mungkin, berikan makanan kesukaan
anak sesuai yang diperbolehkan
g. Berikan makanan dalam jumlah sedikit dengan cara yang menarik
h. Berikan dukungan kepada keluarga dalam memberikan suasana yang tenang,
santai selama waktu makan (hindari makan dengan tekanan atau kejadian
yang mengganggu)
i. Pertimbangkan pemberian makan intravena, nasogastrik, atau nasojejunal jika
klien tidak dapat mempertahankan status nutrisi yang tepat
j. Lakukan kolaborasi dengan ahli nutrisi klinis sesuai indikasi
4. Kaji kembali status kardiovaskular secara sering dan lakukan tindakan dukungan
sesuai indikasi.
5. Kaji keadekuatan ventilasi dan segera implementasikan metode stabilisasi jalan
napas sesuai indikasi; anjurkan klien untuk batuk dan bernapas dalam.
6. Pertahankan integritas kulit dan cegah infeksi.
a. Praktikkan teknik pencucian tangan dan teknik aseptik yang baik
b. Mandikan setiap hari
c. Bersihkan mata secara lembut dengan salin hangat
d. Pertahankan area perianal dan lipatan kulit tetap bersih dan kering
e. Ubah posisi dan miringkan secara sering
f. Cegah dekubitus dengan peniadaan/pengurangan tekanan permukaan; hindari
meletakkan objek keras (slang, kabel) di bawah tubuh anak
g. Hindari pakaian yang membatasi, pita lengan, dan plester
h. Pertahankan sterilisasi semua jalur invasive dan lakukan penggantian balutan
dan perawatan tempat luka sesuai kebutuhan dan jadwal
i. Pantau tanda-tanda infeksi dan implementasikan intervensi yang tepat sesuai
indikasi
7. Pantau nyeri dan berikan tindakan penghilang nyeri sesuai kebutuhan
a. Bantu anak menemukan posisi yang nyaman
b. Berikan analgesic sesuai kebutuhan
c. Gunakan metode pengurangan nyeri nonfarmakologis bila diperlukan
d. Evaluasi kembali kefektifan tindakan pengurangan nyeri secara kontinu
8. Berikan dukungan emosi kepada anak dan keluarga
3. Latihan dan Pembahasan Soal
I. Menurut uji laboratorium tes uji darah berapakah rata-rata trombosit anak
yang terkena syndrom nefrotik
a. Trombosit-meningkat (mencapai 5800.000 sampai 1.200.000/μl)
b. Trombosit-meningkat (mencapai 900.000 sampai 1.000.000/μl)
c. Trombosit-meningkat (mencapai 200.000 sampai 800.000/μl)
d. Trombosit-meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/μl)
e. Trombosit-meningkat (mencapai 250.000 sampai 1.000.000/μl)
II. Syndrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan?
a. Glomerulus
b. Kadiovaskular
c. Trombosit
d. Abdomen
e. Pembulu darah
III. Jenis syndrom dibagi menjadi berapa?
a. 5
b. 4
c. 2
d. 1
e. 3
BAB III

PENUTUP

1. Rangkuman
Syndrom Nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada
anak, ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan hyperkolesterolemia.
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar protein di
dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh kebocoran
pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah (glomerulus). Syndrom nefrotik
(SN) merupakan kelainan ginjal terbanyak dijumpai pada anak, dengan angka
kejadian 15 kali lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Insidennya sekitar 2-
3/100.000 anak per tahun, dan sebagian besar anak SN merupakan tipe sensitif
terhadap pengobatan steroid yang dimasukkan sebagai kelainan minimal. Jenis
syndrome dibagi menjadi 2 yaitu, syndrome primer dan syndrome tersier. Cara
mengetahui kelainan ini adalah dengan menggunakan uji laboratorium dan diagnoasa
keperawatan.
2. Saran
Dalam hal yang telah dipaparkan diharapkan menghasilkan:
a. Akan mempertahankan keseimbangan cairan-elektrolit dan asam basa yang tepat
b. Anak akan mendapat nutrisi, pertumbuhan, dan perkembangan yang optimal
c. Anak dan keluarga dapat mematuhi program pengobatan tanpa terjadi komplikasi
d. Anak akan mempertahankan tingkat kenyamanan yang optimal dan melakukan
koping terhadap penyakit yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai