Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PENDERITA NEFROTIK SINDROM

Laporan ini dibuat untuk memenuhi Tugas Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Sri Mulyanti, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. Adetatriya Nuha Mufida P27220021052
2. Annida Nurul Rochimah P27220021055
3. Fatichatul Malika P27220021067
4. Reza Alfiany P27220021088
5. Sonya Adji Mulyana P27220021094

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Penderita Nefrotik Sindrom“

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam tubuh manusia, terdapat salah satu organ penting yang berkaitan erat dengan
sindrom nefrotik, yaitu ginjal. Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan
mengekskresikan zat-zat yang sudah tidak berguna dan beracun jika terus berada
didalam tubuh. Ginjal sangat penting bagi tubuh kita, karena ginjal bertugas
mempertahankan homeostatis bio kimiawi normal didalam tubuh manusia, dengan
cara mengeluarkan zat sisa melalui proses filtrasi, absorbsi, dan augmentasi. Pada saat
proses urinasi, bladder berkontraksi dan urin dikeluarkan melalui uretra. Tetapi semua
fungsi organ tersebut tidak luput dari adanya abnormalitas fungsi, yang mana jika hal
itu terjadi dapat menyebabkan suatu masalah atau gangguan, salah satunya yaitu
sindrom nefrotik (Siburian, 2020; Astuti, 2018).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas Sindrom Nefrotik pada anak masih tinggi
yaitu melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Angka kejadian di
Indonesia pada Sindrom Nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak
berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2019). Mortalitas dan prognosis anak dengan
sindroma nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia
anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan (Betz & Sowden,
2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nefrotik Sindrom Pada Anak ?
2. Bagaimana etiologi Nefrotik Sindrom Pada Anak ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Nefrotik Sindrom Pada Anak?
4. Bagaimana patofisiologi Nefrotik Sindrom Pada Anak?
5. Bagaimana pathway Nefrotik Sindrom Pada Anak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Nefrotik Sindrom Pada Anak?
7. Apa saja penatalaksanaan Nefrotik Sindrom Pada Anak ?
8. Apa saja komplikasi Nefrotik Sindrom Pada Anak?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Nefrotik Sindrom Pada Anak?

C. Tujuan Penulisan
I. Tujuan Umum
Makalah ini ditulis bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Anak dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis dan
pembaca mengenai Asuhan Keperawatan pada Anak Nefrotik Sindrom.
II. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Anak Penderita
Nefrotik Sindrom.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Anak Penderita
Nefrotik Sindrom.
c. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Anak
Penderita Nefrotik Sindrom.
d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada Anak
Penderita Nefrotik Sindrom.
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Anak
Penderita Nefrotik Sindrom.
D. Manfaat
1. Bagi Pasien
Untuk memperoleh pengetahuan tentang cara merawat Anak Penderita
Nefrotik Sindrom.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada Anak
Penderita Nefrotik Sindrom.
3. Bagi Pendidikan Tinggi Keperawatan
Menjadi informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa penulis telah
melaksanakan dan menyelesaikan tugas sebagai salah satu syarat untuk
meyelesaikan studi Keperawatan Anak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Nefrotik Sindrom


Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus
karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma menimbulkan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Sindrom nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia, dan hiperkolestrolemia, kadang-kadang juga terdapat hematuria,
hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal (Nurafif & Kusuma, 2013). Sindrom nefrotik
merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Wong, 2008). Berdasarkan pengertian tersebut, sindrom
nefrotik pada anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan
karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai edema.

Sumber : https://www.google.com/search?q=anak+nefrotik+sindrom&rlzM

B. Etiologi
Menurut Nurafif & Kusuma (2013), penyebab Sindrom Nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu antigen
antibody. Umunya etiologi dibagi menjadi :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autusom atau karena reaksi maternofenal. Resisten
terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonates. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan
biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom Nefrotik Sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasite lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomeluronefritis akut atau glomeluronefritis krnis, thrombosis vena renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun otak, air raksa.
e. Amyloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrane
proliferatif hipokomplementemik.
3. Sindrom nefrotik idiopatik
Sindrom nefrotik idiopatik adalah sindrom yang tidak diketahui penyebabnya atau
juga disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada
biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron, churg
dkk membagi dalam 4 golongan yaitu kelainan minimal, nefropati membranosa,
glomerulonefrtis proliferative, dan glomerulosklerosis fokal segmental.

C. Tanda dan gejala


Menurut Hidayat (2006), tanda dan gejala nefrotik sindrom adalah terdapat adanya
proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan meningkat, edema periorbital, edema
fasial, asites, distensi abdomen, penurnan jumlah urin, urin tampak berbusa dan gelap,
hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan.

D. Patofisiologi
Menurut Betz & Sowden (2009), sindrom nefrotik adalah keadaan kinis yang
disebabkan oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permibilitas glomerulus terhadap
protein plasma menimbulkan hipoalbumin, hiperlipidemia dan edema. Hilangnya
protein dari rongga vaskuler menyebabkan penurunan tekanan osmotic plasma dan
peningkatan hidrostatis, yang menyebabkan terjadinya akumulasi cairan dalam rongga
interstitial dan rongga abdomen. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulasi
system renin angiotensin yang mengakibatkan disekresinya hormon antidiuretk dan
aldosterone. Reabsorbasi tubular terhadap natrium dan air mengalami peningkatan dan
akhirnya menambah volume intravaskuler. Retensi cairan ini mengarah pada
peningkatan edema. Koagulasi dan thrombosis vena dapat terjadi karena penurunan
volume vaskuler yang mengakibatkan hemokonsentrasi dan hilangnya urin dari
koagulasi protein. Kehilangan immunoglobulin pada urin dapat mengarah pada
peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
E. Pathway

Menekan saraf Edema saluran


vagus dan lambung pernafasan

Gangguan perfusi
jaringan

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden (2009), Pemeriksaan penunjang pada anakdengan gangguan
Nefrotik Sindrom adalah sebagai berikut :
a. Uji Urin
a. Urinalisis : proteinuria (dapat mecapai lebih dari 2gr/m2/hari) bentuk
hialin dan glanular, hematuria
b. Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urin : meningkat palsu karena proteinuria
d. Osmolalitas urine : meningkat
b. Uji Darah
a. Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)
b. Kadar kolestrol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)
c. Kadar trigliserid serum : meningkat
d. Hitung trombosit : meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul)
e. Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan
c. Uji diagnostic (biopsy ginjal namun tidak dilakukan secara rutin)

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2008), penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup :
1. Pemberian kortikosteroid (prednisone atau prednisolon) untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturnkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan
diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Penggurangan edema
a. Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakan secara cermat untuk mencegah
terjadinya penurnan volume intravascular, pembentukan thrombus, dan atau
ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (menggurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubugan dengan
edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotic (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak
yang gagal berespons terhadap steroid.

H. Komplikasi
Komplikasi sindrom nefrotik pada anak, seperti infeksi berat, terbentuknya gumpalan
darah, malnutrisi, dan gagal ginjal, jika tidak ditangani dengan tepat bisa berujung
pada kematian. Pada beberapa anak penderita sindrom nefrotik bawaan, dokter
umumnya akan segera melakukan tindakan seperti transplantasi ginjal. Peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Terbentuknya gumpalan darah akibat
protein pengencer darah alami ikut terbuang bersama urine sehingga berisiko
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah vena.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi Keperawatan

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan keterampilan
interpersonal, intelektual, teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan
bagaimana respon pasien (Bararah, 2018).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan (Bararah, 2018). Tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk meningkatkan oksigenasi tidak berhasil, maka perawat harus segera
memodifikasi rencana asuhan keperawatan intervensi yang baru kemudian
dikembangkan. Evaluasi formatif, evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai. Evaluasi sumatif, merupakan evaluasi
akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
1. S (subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan
3. A (assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif
4. P (planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein urine
(proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan
lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan
plasma protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
glomerulus. (dr. Nursalam, dkk. 2019). Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua
menurut Muttaqin, 2018 adalah primer, yaitu berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal,
dan sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik
lain.
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma
dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun
sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosis yaitu urinalisis, pemeriksaan sedimen urin, pengukuran
protein urin, albumin serum, pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan
immunologis, USG renal, biopsi ginjal, dan darah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada calon perawat
Diharapkan lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai asuhan keperawatan
Nefrotik Sindrom pada Anak sehingga tercapainya peayanan yang baik pada pasien
2. Kepada pembaca
Diharapkan lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai Nefrotik Sindrom pada
Anak sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Nadeak, Bernadetha. (2020) Penanganan Hipotiroid pada Anak dengan Sindrom


Nefrotik. Jurnal EduMatSains, 4 (2). pp. 203-216. ISSN 2527 7235

Rahmatillah.(2019). Pengenalan dan Edukasi Penyakit Sindrom Nefrotk Di Kompleks Ancol


Selatan Jakarta Utara. Jurnal Pengabdian Masyarakat, Volume 2 No. 1, Doi :
https://doi.org/10.52447/berdikari.v2i1.4090

Tandiawan, Ledy dkk. (2019). Luaran Pada Anak-anak Dengan Sindroma Nefrotik Sensitif
Steroid Di RSUP PROF. Dr. R. D.Kandou Manado.Jurnal Kedokteran Klinik,
Volume No. 2, Juli-Desember 2019

Wati, Nur Ekma. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN


GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK
DI RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai