Anda di halaman 1dari 8

Asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom nefrotik

DI SUSUN OLEH

Akbar Hi Arsad
Ngna p nama

POLTEKKES KEMENKES TERNATE DIPLOMA III KEPERAWATAN


TAHUN AJARAN 2020/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I
1. Latar belakang.....................................................................................................
2. Tujuan..................................................................................................................
3. Manfaat................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik.......................................................
1. Pengertian......................................................................................................
3. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis.................................................................
4. Etiologi..........................................................................................................
5. Patofisiologi...................................................................................................

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN

Latar Belakang

Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada
anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya kerusakan
glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Suradi & Yuliani, 2010).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat berkurang
secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang ditemukan pada
Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak bervariasi berdasarkan,
keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak serta respon anak terhadap pengobatan.
Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan (Betz &
Sowden, 2009).
Insidens Sindroma Nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan
Inggris terdapat 2-7 kasus baru per 100.000 anak dalam satu tahun, dengan prevalensi
berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di
Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14
tahun.Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1 (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y.
Prabowo, 2014).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurisya, dkk (2014) di
Rumah Sakit Umum, di dominasi oleh laki-laki dengan rasio laki-laki berbanding perempuan
1,4:1. Hasil ini sesuai pula dengan yang dikemukakan oleh Niaudet serta Dolan dan Gill
bahwa penderita SN anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan. Pramana, dkk
(2013) melaporkan bahwa penderita Sindroma Nefrotik yang dirawat di Instalasi Rawat Inap
Padang periode 1 Januari 2009- 30 April 2012 sebanyak 56 orang yang didominasi oleh anak
pada usia > 6 tahun sebanyak 55,4% serta rasio kejadian Sindroma Nefrotik pada anak laki-
laki dan perempuan sebesar 1,43:1. Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom
nefrotik kongenital, sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya
sebagian besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap
pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan sekitar
10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (Konsensus IDAI, 2012 dalam
Arif Y. Prabowo, 2014). Jika seorang anak memberikan respon baik terhadap pengobatan dan
diperbolehkan untuk rawat jalan, maka perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada
orangtua mengenai tanda dan gejala kekambuhan sindroma nefrotik seperti edema, oligurie
bahkan anurie serta urine yang berwarna pekat. Jika tanda dan gejala tersebut telah muncul
pada anak, anjurkan kepada orangtua atau keluarga untuk segera membawa anak ke
pelayanan kesehatan terdekat. Namun, jika anak tidak berespon baik terhadap pngobatannya
dampak yang akan tejadi adalah Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Pardede dan Chunnaedy, (2009)
3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Sindroma Nefrotik
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus Sindroma
Nefrotik
b. Mampu mendeskripsikan rumuskan diagnosa keperawatan pada
anak dengan kasus Sindroma Nefrotik
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan kasus Sindroma
Nefrotik
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
kasus Sindroma Nefrotik
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus
Sindroma Nefrotik

4 Manfaat

1. Penulis
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pada Anak dengan
penyakit Sindroma Nefrotik
2. Rumah sakit
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapakan asuhan keperawatan pada Anak dengan Penyakit Sindroma Nefrotik
3. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik

1. Pengertian
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus.
Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang dapat menyebabkan
terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,hipoalbuminemia
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi
ginjal (Ngastiyah, 2014).

2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis


Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta
abdominalis. Arteri renalis memiliki cabang yang besar yaitu arteri renalis anterior dan juga
memiliki cabang yang kecil yaitu arteri renalis posterior. Cabang anterior memberikan darah
untuk ginjal anterior dan ventral sedangkan cabang posterior memberikan darah untuk ginjal
posterior dan dorsal.Diantara kedua cabang ini terdapat suatu garis yaitu Brudels Line yang
terdapat disepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat pembuluh darah,
sehingga kedua cabang ini akan menyebar hingga kebagian anterior dan posterior dari kolisis
sampai ke medula ginjal yang terletak diantara piramid dan disebut dengan arteri
interlobularis yang berjalan tegak kedalam korteks dan berakhir sebagai vasa aferen
glomerulus untuk 1-2 glomerulus, ploksus kaliper sepanjang sepanjang tubulus dan
melingkar didalam korteks serta sebagai pembuluh darah yang menembus kapsul Bowman
Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen dan terdapat suatu anyaman yang
mengelilingi tubuli kontorti. Disamping itu ada cabang yang lurus menuju pelvis renalis
untuk memberikan darah pada ansa henle dan duktus koligen yang dinamakan dengan arteri
rektal. (Syaifuddin,2012)

3. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab
Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit
autoimun. Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini biasanya
tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala yang biasanya
terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan pada klien
terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh
turunan kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
o Malaria kuartana atau parasit lainnya
o Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
o Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
o Penyakit sel sabit, dll
3. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut Sindroma
Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg, dkk membagi Sindrom
Nefrotik Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu :
o Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat normal,
namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel berpadu.
o Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
o Glomerulonefritis Proliferatif
o Glomerulonefritis fokal segmental Pada Glomerulonefritis fokal segmental
yang paling mencolok yaitu sklerosis glomerulus yang disertai atrofi tubulus.
4. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya jumlah albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan
intravaskuler akan berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan
volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien,
kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pada hipotensi. Rendahnya
volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran darah ke renal, ginjal akan
melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan
sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan retensi
terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema.
Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat hipoalbuminemia, jika tidak
segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti
peritonitis dan selulitis Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan
kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu, peningkatan produksi
lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya protein dapat mengakibatkan
terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau
lipiduria.Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik atau
keadaandehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin yang berperan
penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin mengubah angiotensin yang
disekresi hati menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos sekeliling arteriola. Hal inilah yang
menyebabkan anak mengalami tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan
natrium akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak mengalami
hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada Partisipan I dan Partisipan
II dengan sindroma nefrotik peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut Hasil
pengkajian didapatkan data bahwa orangtua Partisipan I mengeluh anak sembab, rewel dan
berat badan meningkat

B. Saran
 Bagi Direktur RS UMUM
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua staf agar
memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal dan meningkatkan mutu dalam
pelayanan di rumah sakit.
 Bagi Ruang Rawat Inap Anak Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi perawat di RS dalam melakukan asuhan keperawatan
secara profesional.
 Bagi instiusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya
lulusan perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan

Anda mungkin juga menyukai