Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK

Nama Kelompok 1 :
1. Ega Meliana Asiska Dewi (106117006)
2. Rusmiati (106117012)
3. Haki Mustofa (106117004)
4. Sekar Dwi Setyo Utami (106117016)
5. Erlina Arianti (106117020)
6. Adevia Liana (106117024)

PRODI D3 KEPERAWATAN
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan materi maupun pikirannya. Dengan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Cilacap, 21 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan Makalah.................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 6
A. Pengertian ........................................................................................................... 6
B. Etiologi ............................................................................................................... 6
C. Patofisiologi ....................................................................................................... 9
D. Manifestasi klinis ............................................................................................. 10
E. Penatalaksanaan Terapeutik ............................................................................. 11
F. Pathways .......................................................................................................... 13
G. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................... 14
H. Diagnosis Keperawatan .................................................................................... 14
BAB III ....................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang meliputi protein uria


masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema. Penyakit ginjal yang
berasal dari glomerulus pada umumnya menunjukkan tiga manifestasi klinik
utama, yaitu hematuria dan atau proteinuria yang bersifat asimtomatik,
sindrom nefritik akut yang ditandai dengan hematuria, edema, hipertensi, dan
berbagai derajat insufisiensi ginjal serta sindrom nefrotik.
Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia dengan berbagai tingkat dapat terjadi
pada sindrom nefrotik, meskipun tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria
diagnostik.
Penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga mengakibatkan
kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang Bowman akan
menyebabkan terjadinya sindrom ini. Etiologi SN secara garis besar dapat
dibagi 3, yaitu kongenital, glomerulopati primer/idiopatik, dan sekunder
mengikuti penyakit sistemik seperti pada purpura Henoch-Schonlein dan
lupus eritematosus sitemik. Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan,
terlebih pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, merupakan kelainan kongenital
(umumnya herediter) dan mempunyai prognosis buruk.
Sindrom nefrotik (SN) pada anak yang didiagnosis secara
histopatologik sebagai lesi minimal, sebagian besar memberikan respons
terhadap pengobatan steroid (sensitif steroid). Sedangkan SN lesi non minimal
sebagian besar tidak memberikan respons terhadap pengobatan steroid
(resisten steroid). Gambaran klinis dan laboratorium tersebut adalah usia saat
serangan pertama, jenis kelamin, hipertensi, hematuria, rerata kadar kreatinin,
komplemen C3, dan kolesterol serum. Sampai saat ini, belum terdapat data

4
gambaran histopatologik di Indonesia, sehingga pada sindrom nefrotik
resisten steroid (SNRS) dan sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) akan
memberikan gambaran klinis yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh ISKDC. Kadar protein non albumin diikutsertakan pula dalam penelitian
ini karena belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai hubungan antara berbagai gambaran klinis dan laboratorium secara
bersama-sama dengan respons terhadap pengobatan steroid (SNRS dan
SNSS). (Behrman, 2000)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Sindrom Nefrotik?
2. Apa penyebab Sindrom Nefrotik?
3. Bagaimana Manifestasi klinik pada Sindrom Nefrotik?
4. Bagaimana penatalaksanaan pada Sindrom Nefrotik?
5. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan tes diagnostik pada Sindrom
Nefrotik?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Sindrom Nefrotik?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi Sindrom Nefrotik
2. Untuk mengetahui penyebab dari Sindrom Nefrotik
3. Untuk mengetahui perjalanan penyakit dari Sindrom Nefrotik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Sindrom Nefrotik
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Sindrom Nefrotik
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Sindrom Nefrotik

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang sering ditemuin pada anak
atau keadaan klinis yang meliputi protein uria masif, hipoalbuminemia,
hiperlipemia dan edema. Kelainan tersebut dapat terjadi sebagai penyakit
primer yang dikenal dengan nama nefrosis idiopatik, nefrosis masa kanak-
kanak atau sindrom nefrotik dengan perubahan minimal (MCNS : minimal
change neprotic syndrome), sebagai gangguan sekunder yang terjadi sebagai
manifestasi klinis setelah atau menyerta kerusakan glomerulus yang
disebabkan oleh etiologi yang diperkirakan atau diketahui. Sindrom nefrotik
ditandai dengan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma yang mengakibatkan kehilangan protein yzng masif melalui urine.

B. Etiologi
Sindroma nefrotik dapat disebabkan oleh Glomerulonefritis primer
dan sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung, akibat
obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik. Penyebab sekunder akibat
infeksi yang sering dijumpai misalnya pada glomerulonefritis pasca infeksi
streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat misalnya obat anti
inflamasi non-steroid atau preparat emas organik, dan akibat penyakit
sistemik misalnya pada lupus eritrematosus sistemik dan diabetes melitus.
(Prodjosudjadi, 2006)
Sindrom Nefrotik Kongenital/Genetik
a. Sindrom nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi
berusia kurang dari 6 bulan
b. Umumnya herediter

6
c. Mempunyai prognosis buruk resisten terhadap semua pengobatan
Sindrom Nefrotik Primer/Idiopatik
a. Faktor etiologi tidak diketahui
b. Secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa
ada penyebab lain.
Yang termasuk golongan primer :
1. sindrom nefrotik lesi minimal (MCNS = minimal change nephrotic
syndrome), 75% menyebabkan SN pada anak
2. sindroma nefrotik dengan poliferasi mesangial difus
3. sindroma nefrotik dengan glomerulosklerosis fokal
4. Glomerulonefritis membranoproliferatif (MPGN) tipe I dan II
5. Glomerulopati membranosa
Sindrom nefrotik sekunder
a. Berkembang pada perjalanan berbagai penyakit yang berhubungan
dengan penyakit lain atau kelainan sistemik sepertin keganasan.
b. Sindrom nefrotik sekunder disebabkan oleh obat , alergen maupun
toksin.

7
Anak dengan SN Anak Normal

8
C. Patofisiologi
SN terjadi karena perubahan struktur glomerulus, kerusakan
permukaan endotel, kerusakan membrana basalis, dan atau kerusakan podosit
oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Awitan MCNS dapat terjadi pada
semua usia, tetapi terutama dijumpai pada anak-anak berusia antara 2 dan 7
tahun. MCNS jarang terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 6 bulan,
tidak umum pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun dan tidak lazim
terjadi setelah usia 8 tahun. Anak laki-laki mempunyai kecenderungan dua
kali lipat mengalami MCNS.
Patogenesis MCNS tidak diketahui. Kemungkinan sindrom tersebut
merupakan keadaan yang diperantarai oleh gangguan metabolik, biokimiawi,
fisio kimiawi atau imun. yang menyebabkan membran basalis glomerulus
semakin permeabel terhadap protein, tetapi penjelasan tentang penyebab dan
mekanisme tersebut hanya spekulatif.
Membran glomerulus, yang secara normal tidak permeabel terhadap
albumin dan protein lainnya, men]adi permeabel terhadap protein, khususnya
albumin, sehingga protein ini merembes keluar melalui membran g|omerulus
dan diekskresikan ke dalam urine (hiperalbuminuria). Keadaan ini akan
mengurangi kadar albumin dalam serum darah (hipoalbuminemia) yang
selanjutnya akan menurunkan tekanan osmotik koloid dalam kapiler darah.
Sebagai akibatnya, tekanan hidrostatik vaskular melebihi tarikan tekanan
osmotik koloid yang menyebabkan cairan berkumpul dalam ruang-ruang
interstisial (edema) dan rongga tubuh, terutama rongga abdomen (asites).
Perpindahan cairan dari plasma ke dalam ruang-ruang interstisiaI-akan
mengurangi volume cairan dalam pembuluh darah (hipovolemia) yang
selanjutnya akan menstimulasi sistem renin-apgiotensin dan sekrgsi hormon
antidiuretik serta aldosteron. Reabsorpsi natrlum dan air dalam tubulus ginjal
akan meningkat sebagai upaya ginjal untuk meningkatkan volume
intravaskular. Kenaikan kadar lipid dalam serum darah tidak dapat dijelaskan.

9
D. Manifestasi klinis
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan gejala :
1. Proteinuria massif 1.2.3.atau 4 (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari
atau rasio protein/keratinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstick ≥
+2)
2. Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL)
3. Edema pada palpebra, genetalia
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dl
Tanda gejala yang lain yaitu :
1. Pembengkakan lengan, terutama pada kaki dan tumit.
2. Asites (penumpukan cairan pada abdomen)
3. oliguria
4. Kehilangan nafsu makan
5. Urin berbusa
6. Diare
7. Peningkatan berat badan akibat retensi cairan
8. Mudah letih
9. Efusi pleura

10
Sindrom Nefrotik dapat menimbulkan komplikasi :
1. Infeksi
2. Kelainan koagulasi dan trombosis
3. Pertumbuhan abnormal
4. Perubahan hormon dan mineral
5. Anemia

E. Penatalaksanaan Terapeutik
Tujuan penatalaksanaan terapeutik antara lain :
1. Mengurangi ekskresi protein kedalam urine
2. Mengurangi retensi cairan dalam jaringan
3. Mencegah infeksi, dan meminimalkan komplikasi yang berhubungan
dengan terapi.

Bila diagnosis sindrom nefrotik telah ditegakkan, jangan tergesa-gesa


memulai terapi kortikosteroid, karena remisi spontan dapat terjadi pada 5-10%
kasus Steroid dimulai apabila gejala menetap atau memburuk dalam waktu
10-14 hari.
Sebelum pengobatan steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pemeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit sistemik
d. Mencari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan
e. Melakukan uji Mantoux. Bila hasilnya positif diberikan profilaksis. INH
selama 6 bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis
diberikan obat antituberkulosis (OAT)
Perawatan di rumah sakit pada sindrom nefrotik relaps hanya dilakukan bila :
1. Edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi
berat, gagal ginjal, atau syok

11
2. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas fisik disesuaikan
dengan kemampuan pasien

Pembatasan diet mencakup diet rendah garam dan pembatasan cairan.


Jika terjadi komplikasi edema, terapi diuretic dapat dimulai untuk mengurangi
edema sementara waktu. Kadang-kadang infus albumin 25% diberikan.
Infeksi akut diobati dengan antibiotik yang sesuai.
Golongan kortikosteroid merupakan terapi dini pertama untuk MCNS.
Dosis awal pemberian prednisone biasanya 2 mg/kg berat badan/hari dengan
sekali atau beberapa kali pemberian. Pada sebagian besar anak yang
mendapatkan terapi ini, respons nya akan terjadi dalam tempo 7 hingga 21
hari. Kemudian pemberian obat tersebut dikurangi secara berangsur-angsur
selama periode beberapa minggu dan akhirnya dihentikan sama sekali jika
anak tetap asimtomatik. Sekitar dua pertig anak yang menderita MCNS akan
mengalami sakit berulang yang awalnya disertai dengan peningkatan kadar
protein dalam urine. MCNS berulang dapat di diagnosis secara dinijikan
orang tua sudah diajarkan cara melakukan pemantauan protein urine yang
rutin dengan metode dipstick. MCNS berulang ditangani dengan pemberian
ulang serangkaian terapi steroid dosis-tinggi. Efek samping pemberian
preparat steroid antara lain kenaikan berat badan, wajah membulat, dan
peningkatan selera makan. Terapi steroid jangka-panjang dapat
mengakibatkan hirsutisme, retardasi pertumbuhan, katarak, Wipertensi,
perdarahan gastrointestinal, demineralisasi tulang, infeksi, dan hiperglikemia.
Anak-anak yang tidak memperlihatkan respons terhadap terapi steroid, yang
sering mengalami kekambuhan.

12
F. Pathways

Sindrom nefrotik Sindrom nefrontik Sindrom nefrotik sekunder


kongenital primer

Perubahan struktur glomerolus


mengakibatkan proteinuria meningkat

Kerusakan
permukaan endotel

Kerusakan membran basalis

Sindrom nefrotik kelainan ginjal Melakukan


yang sering ditemuin pada anak pemeriksaan :
Oliguria 1. Albumin yang
rendah
2. Kreatinin
Peningkatan meningkat
BB akibat Kehilangan nafsu 3. Kolesterol
resensi cairan makan meningkat
4. Pengukuran
tekanan darah
Edema Melakukan terapi Diare
Kerusakan
kostikosteroid
integritas
kulit
Efusi pleura Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelebihan volume
cairan

13
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik yang didapat dengan melakukan pengukuran tekanan
darah.
3. Pemeriksan laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a. Albumin darah yang rendah atau terjadi kebocoran albumin dapat
menimbulkan SN
b. Ureum yangkadar protein nya tidak normal.
c. Kreatinin meningkat.
d. Urinalisis yang kadar protein nya tidak normal.
e. Kolesterol dan trigliserida darah yang meningkat.

H. Diagnosis Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme regulasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Kerusakan integritas kulit b.d faktor internal : perubahan cairan,
penurunan sirkulasi
4. Ansietas b.d hospitalisasi

14
Diagnosa keperawatan Noc NIC
1.Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.a manajemen
kelebihan volume cairan teratasi hipervolemia
cairan b.d mekanisme
Noc : keseimbangan cairan 1.1 timbang berat
regulasi Indikator IR ER badan tiap hari dengan
1. Tekanan darah waktu yang sama
2. Edema perifer 1.2 monitor status
3. Denyut nadi hemodinamik seperti
radial tekanan darah, denyut
4. Turgor kulit ndi
1.3 monitor edema
Keterangan : perifer
1. Sangat terganggu 1.4 monitor intake dan
2. Banyak terganggu output
3. Cukup terganggu 1.5 monitor adanya
4. Sedikit terganggu efek pengobatan
5. Tidak terganggu berlebihan

1.b manajemen
2. Ketidakseimbangan NOC: status nutrisi
gangguan makan
nutrisi : kurang dari Indikator IR ER 1.1 kolaborasi dengan
tim kesehatan untuk
kebutuhan tubuh b.d 1. Asupan gizi
rencana perawatan
2. Asupan
ketidakmampuan untuk dengan melibatkan
makanan
klien dengan orang-
mengabsorbsi nutrien 3. Asupan cairan
orang terdekatnya
4. Rasio berat
dengan tepat
badan
1.2 tentukan
5. Hidrasi
pencapaian berat
badan sesuai
Keterangan :
keiinginan
1. sangat menyimpang dari rentang
1.3 timbang berat
normal
badan klien secara
2. banyak menyimpang dari rentang
rutin
normal
1.4 ajarkan dan
3. cukup menyimpang dari rentang
dukung konsep nutrisi
normal
yang baik dengan
4. sedikit menyimpang dari rentang
klien
normal

15
5. tidak menyimpang dari rentang
normal

3.Kerusakan integritas Noc : integritas jaringan: kulit & 1.c pengecekan kulit
kulit b.d faktor internal membran mukosa 1.1 periksa kulit dan
: perubahan cairan, Indikator IR ER selaput lendir terkait
penurunan sirkulasi 1. suhu kulit dengan adanya
2. elastisitas kemerahan,kehangata
3. ketebalan n ekstrim,edema atau
4. perfusi jaringan drainase
5. integritas kulit 1.2 amati warna,
kehangatan,
bengkak,pulsasi,tekstu
Keterangan : r,edema, dan ulserasi
1. sangat terganggu pada ekstremitas
2. banyak terganggu 1.3 monitor warna dan
3. cukup terganggu suhu kulit
4. sedikit terganggu 1.4 monitor kulit
5. tidak terganggu untuk adanya ruam
dan lecet
1.5 monitor sumber
tekanan dan gesekan
1.6 monitor infeksi
terutama dari daerah
edema

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang meliputi protein uria


masif, hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema. Kelainan tersebut dapat
terjadi sebagai penyakit primer yang dikenal dengan nama nefrosis idiopatik,
nefrosis masa kanak-kanak atau sindrom nefrotik dengan perubahan minimal
(MCNS : minimal change neprotic syndrome), sebagai gangguan sekunder
yang terjadi sebagai manifestasi klinis setelah atau menyerta kerusakan
glomerulus yang disebabkan oleh etiologi yang diperkirakan atau diketahui.
Sindrom nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang ditandai dengan
gejala proteinuria massif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
protein/keratinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstick ≥ +2),
Hipoalbuminemia (<2,5 g/dL), Edema, dan dapat disertai hiperkolesterolemia
> 200 mg/dl. Pemeriksaan yang dilakukan pada penyakit ini adalah dengan
Anamnesis, pemeriksaan fisik yang didapat dengan melakukan pengukuran
tekanan darah, pemeriksan laboratorium. Bila diagnosis sindrom nefrotik telah
ditegakkan, jangan tergesa-gesa memulai terapi kortikosteroid, karena remisi
spontan dapat terjadi pada 5-10% kasus Steroid dimulai apabila gejala
menetap atau memburuk dalam waktu 10-14 hari.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis jauh dari sempurna, kedepan nya penulis
akan lebih fokus dan details dalam membuat makalah dengan sumber sumber
yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url.http://repositori.unisba.ac.id/bitstream/handle/kharisma_
mak_tinjauan_penyakit_sindroma_nefrotik_2017_sv.pdf

https://www.google.com=https://www.halodoc.com/kesehatan/sindrom-nefrotik&ved

https://halosehat.com/tips-kesehatan/kesehatan-ginjal/sindrom-nefrotik
Wong (2009), Keperawatan Anak Pediatrik : Jakarta, EGC

18

Anda mungkin juga menyukai