Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN NEUROLOGI

REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

NOVEMBER 2010

UNIVERSITAS HASANUDDIN

PARALISIS PERIODIK

OLEH :
Christya Lorena G

(C111 07 263)

Glendy

(C111 06 050)

PEMBIMBING :
dr. Massalinri Hasmar

KONSULEN :
dr. Yudy Goysal, Sp.S

PENGAMAT
dr. David Gunawan,Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010

DAFTAR ISI

SAMPUL

DAFTAR ISI

ii

PENDAHULUAN

INSIDEN dan EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

FISIOLOGI

PATOFISIOLOGI

DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis

2. Pemeriksaan Penunjang

DIAGNOSIS BANDING

PENATALAKSANAAN

10

PROGNOSIS

11

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN REFERENSI

PARALISIS PERIODIK

I.

PENDAHULUAN.
Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini dikenal
sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal.
Paralisis Periodik adalah penyakit yang disebabkan kelainan elektrolit atau ion terutama
ion kalium pada sel-sel otot sehingga menimbulkan gejala tubuh atau anggota badan
seperti tungkai tiba-tiba lemas atau lumpuh yang gejalanya dapat muncul berulang kali.
Umumnya, penderita tidak mengalami kelumpuhan tetapi kadangkala timbul keluhan
kram pada otot. Paralisis periodik dapat merupakan penyakit bawaan (primer) atau
disebabkan penyakit lain (sekunder). Periodik paralisis ini dapat terjadi pada suatu
keadaan hiperkalemia atau hipokalemia. Kadar kalium biasanya dalam batas normal
diluar serangan. Pencetus untuk setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi antara
besarnya penurunan kadar kadar kalium serum dengan beratnya paralisis (kelemahan)
otot skeletal. Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga
serangan berkali-kali (berulang) dengan interval waktu serangan juga bervariasi.
Kelemahan biasanya terjadi pada otot kaki dan tangan, tetapi kadangkadang dapat
mengenai otot mata, otot pernafasan dan otot untuk menelan, di mana kedua keadaan
terakhir ini dapat berakibat fatal.1,2,3

II.

INSIDEN dan EPIDEMIOLOGI.


Yang paling sering terjadi adalah hipokalemiaPP. Angka kejadian adalah sekitar 1
diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan biasanya lebih berat. Usia
terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi serangan terbanyak di
usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan usia. Sedangkan frekuensi
hiperkalemik PP da normokalemik PP belum dapat dipastikan.4

III.

ETIOLOGI
Pada paralisis ini biasanya disebabkan karena ganguan potassium (kalium) chanel.

Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di dalam
cairan intrasellular (ICF) dengan konsentrasi 150 mmol/L. Sekitar 90% dari total kalium
tubuh akan berada di dalam kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari total kalium tubuh akan
terdistribusi ke dalam ruangan vascular yang terdapat pada cairan ekstraselular dengan
konsentrasi antara 3.5-5.0 mmol /L. Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan
sebanyak 2g/kg berat badan. Namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap
beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur dan massa otot (muscle mass). Kebutuhan
minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari. Di dalam tubuh kalium akan
mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan + + keseimbangan
asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan
berperan dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama
dengan natrium, kalium juga merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh
tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui
urin serta keringat.5
Sebagai kation utama dalam cairan ekstrasellular, natrium akan berfungsi untuk
menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan
juga akan berperan dalam proses absorpsi + - glukosa. Pada keadaan normal, natrium
(Na ) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl ) akan memberikan kontribusi lebih
dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstrasellular.5
Dua penyebab tersering pada periodic paralisis adalah :
A. Hipokalemi :5
Terjadi bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5 meq/L hipokalemi merupakan
kejadian yang paling sering ditemukan.

Hereditary
-

L-type Calcium Channel, 1 subunit ; Chromosome 1q31; Dominant

SCN4A; Chromosome 17q13; Dominant

(KCNE3); Chromosome 11q13; ? Dominant

Potassium wasting sindrome

Sekunder : Thyrotoxic
-

KCNJ 18; 17p11; Dominant

asupan kalium kurang

Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau keringat
(iasanya

pada

pemakain

diuretic,

kelebihan

Hormone

mineralokortikoid

primer/hiperaldosteron primer)

Kalium masuk ke dalam seL

B. Hiperkalemi :5

Hereditary melalui autosomal dominan. Pada Sodium Channel - subunit;


Chromosome 17q13. Terjadi perubahan gene yang memproduksi protein (SCN4A).

IV.

keluarnya kalium dari intrasel ke extrsel

Berkurangnya ekskresi kalium melaui ginjal

FISIOLOGI
Mekanime Impuls Saraf
Komponen listrik dari trnsmisi saraf menangani transmisi impuls sepanjang neuron.
Permeabilitas kalium bevariasi dan dipengaruhi oleh perubahan kiia serta listrik dalam
neuron tersebut (terutama neurotransmitter dan stimulus organ receptor). Dalam keadaan
istirahat, permeabilitas membrane sel menciptakan kadar kalium intrasel yang tinggi dan
kadar natrium intrasel yang rendah, bahkan pada kadar natrium extrasel yang tinggi.
Impuls listrik timbul oleh pemisahan muatan akibat perbedaan kadar ion intrasel dan
extrasel yang dibatasi membrane sel.6
Secara skematis perjalanan impuls dapat dilihat pada bagan berikut ini :
a.

[Na]+ [ K]+
++++++++++++++++++++++++++
[K]+ [ Na]+

+++++++++++++++++++++++++++
Keadaan lstrik pada membrane istirahat (polarized). Extrasel lebih banyak ion narium,
sebaliknya intrasel lebih banyak ion kalium. Membrane dalam keadaan relative
impermeable terhadap kedua ion.6

b. stimulus
_ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++
+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

_ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++

Depolarisasi
Potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion natrium masuk ke
intrasel secara cepat. Pembentukkan potensial aksi pada tempat perangsangan.6
c. _ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++

+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
=

+++_
____________

_ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++

JIka stimulus kuat, potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjang membrane
sel.6
d. +++++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _++++++++
+++

K+_ _ _++++++++
+++
+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

+++++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Repolarisasi.
Potensial istirahat kembal terjadi. Ion kalium dari dalam sel dan permeabilitas
membrane berubah kembali. Terjadi pemulihan dalam sel dan positif di luar sel.
Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke ujung
saraf dan mencapai ujung akson (akson terminal. Saat potensial aksi mencapai akson
terminal akan dikeluarkanlah neurotransmitter, yang melintasi synaps dan dapat saja
merangsang saraf berikutnya.6

Timbulnya Kontraksi Otot.


Timbulnya kontraksi otot rangka mulai dengan potensial aksi dalam serabut-serabut
otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik yang menyebar ke bagian dalam serabut,
dimana menyebabkan dilepaskannya ion-ion kalsium dari reticulum sarkoplasma.
Selanjutnya ion kalsim menimbulkan peristiwa-peristiwa kimia proses kontraksi.6
Jadi dengan melihat mekanisme impuls saraf dimana terdapat peran kalium, dapat
diketahui akibat yang terjadi jika terdapat gangguan Selama perjalanan impuls saaf
tersebut.6

gambar 1

(dikutip dari kepustakaan no.7)

V.

PATOFISIOLOGI.
Dimana pada kasus periodic paralisis terjadi akibat gangguan atau kelainan dari kadar
ion kalium dalam darah.8
a. Hipokalemia.
Kadar kalium dalam darah yang kurang dari Normal (3.5 meq/L)
Umumnya nervus system normal, serabut otonya besar (klainan morfologi),
terdapat vacuolisasi sarkoplasma (Myofibrils dipisahkan oleh vakuola berbentuk bulat
atau oval yang berisis clear fluid dan beberapa PAS- positive granule). Juga bisa
terjadi karena peningkatan glikogen otot. Pemecahan glukosa dalam otot terjadi
sehingga metabolisme yang menghasilkan ATP dalam otot meningkat, yang
memungkinkan kontraksi otot yang lebih banyak / kuat.untuk melakukan kontraksi
(dimana diperlukan ion kalsium). Ion kalsium ini dirangsang oleh peristiwa
perpindahan listrik dari motorneuron ke otot. Dimana peristiwa terjadi dan
perpindahan listrik tersebut dipengaruhi oleh pelepasan ion kalium. Pada hal ini, tidak
terjadi depolarisasi sel.8
b. Hiperkalemia.
Terjadi bila kadar kalium dalam plasma > 5 meq/L. hal ini biasa tejadi pada
keadaan asidosis metabolic, deisiensi insulin, katabolisme jaringan meningkat,
hipoaldosteroinisme8
Perubahan morfologi , fenomena myotonic serabt otot, dan penyimpangan
fisiologi sarkoma atau bagian lainnya yan mengkonduksi apparatus serabut otot. Ini
menyebabkan myofiber hiperexitasi. Pada keadaan depolarisasi normal, dimana
terbukanya sodium / natrium channel setelah sebeberapa puluh detik akan terjadi
repolarisasi kembali. Tetapi pada kasus hiperkalemi periodic paralisis ini aksi
potensial sel terjadi tidak sempurna. Terdapat
pembukaan kalium channel lebih cepat

percepatan repolarisasi, di mana

sebelum depolarisasi sempurna. Maka

terjadilah hiperkalemia yang dalam prosesnya juga dapat mencetuskan hiperexitasi.8


VI.

DIAGNOSIS.

1. Gambaran Klinik
A. Hipokalemia: 4
-

Kelemahan pada otot

Perasaan lelah

Nyeri otot

Restless legs syndrome

Tekanan darah dapat meningkat

Kelumpuhan atau rabdomiolisis (jika penurunan K amat berat)

Gangguan toleransi glukosa

Gangguan metabolisme protein

Poliuria dan polidipsia

Alkalosismetabolik

B. Hiperkalemia: 4
Biasanya tanpa gejaa. Tetapi dapat terjadi kelemahan pada otot, terjadi saat
istirahat. Kelemahan dapat hilang dengan olahraga ringan. Kelemahan pertama
dirasakan pada kaki lalu akan naik ke paha, punggung, bahu, lalu ke tangan.

2. Pemeriksaan Penunjang. 9
a. Pemeriksaan elektrolit darah: Kadar K dalam serum.
-

Hipokalemia : kurang dari normal

Hiperkalemia : lebih dari normal

b. Urinalisis
-

Hipokalemia : normal atau lebih dari normal

Hiperkalemia : normal atau kurang dari normal

c. Analisis gas darah.

Hipokalemia : alkalosis

Hiperkalemia : asidosis

d. Elektrokardiografi.
-

Hipokalemia : gelombang T datar, timbulnya elombang U, dan bertambahnya


insidensi takiaritmia

Hiperkalemia : pemuncakkan gelombang T, pelebaran QRS, interval PR yang


memanjang, kehilangan gelombang P, dan tampilan eombang sinus

VII.

DIAGNOSIS BANDING.
1. GUILINE BARRE SYNDROME
Pengertian.
Sindrom Guillain-Barre adalah demielinasi polineuropati akut inflamasi
(AIDP), suatu gangguan autoimun yang mempengaruhi sistem saraf perifer, biasanya
dipicu oleh proses infeksi akut.8
Persamaan:10
- merupakan penyakit autoimun
- terjadi kelemahan/kelumpuhan tipe flaccid pada otot akibat gangguan
transmisi listrik pada saraf (biasanya terjadi simetris).
Perbedaan : 10
- gangguan motorik dapat disertai gangguan sensorik, dan fungsi otonom
- terjadi didahului oleh infeksi (biasanya akibat ISPA dan infeksi GIT)
2. MOTOR NEURON DISEASE
Pengertian.

Penyakit Motor neuron (atau motor penyakit neuron) (MND) adalah kelompok
gangguan neurologis yang secara selektif mempengaruhi motor neuron, sel-sel yang
mengendalikan aktivitas otot-otot pada tubuh. Penyakit ini dapat terjadi akibat adanya
degenerasi progresif yang khas dari medulla spinalis, batang otak dan korteks serebri.
sukarela termasuk berbicara, berjalan, bernapas, menelan dan gerakan umum tubuh.8,11
Persamaan :11
- dapat merupakan penyakit autoimun dan akibat angguan metabolism
- terjadi kelemahan/kelumpuhan otot yang semakin lama semakin memburuk
dan tanpa disertai gangguan sensoris
Perbedaan :11
- kelemahan/kelumpuhan dapat berupa tipe UMN (spastik) dan tipe
LMN(flaccid), sedangkan paralisis periodic hanya tipe LMN
- terdapat degenerasi korteks serebri, batang otak, atau medulla spinalis.

3. POLIOMIELITIS

Pengertian
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus . Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut , menginfeksi saluran usus.8
Persamaan : Merupakan kelemahan tipe flaccid.12
Perbedaan :12
- dapat terjadi, didahului oleh infeksi GIT lalu menyebar ke pmbuluh darah
limfe regional dan ke susunan saraf pusat.

- Kelemahan/klumpuhan extremitas biasanya asimetris


VIII.

PENATALAKSANAAN
1. Hipokalemia4
-

Hindari kegiata fisik belebihan

Diet rendah karbohidrat dan renah natrium

Pemberian K melalui oral atau iv untuk penderita berat.


Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
Pemberian

40-60 mEq

dapat

menaikkan

kadar

kalium

sebesar

1-1,5

mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium


sebesar 2,5-3,5 mEq/L.
-

Monitor
kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama
pada pemberian secara intravena.

Pemberian K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang
besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau
kelumpuhan

otot

pernafasan,

diberikan

dengan

kecepatan

40-100

mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik.


-

Acetazolamide untuk mencegah serangan.

2. Hiperkalemia.13
-

Mengatasi hiperkalemia ada membrane dengan cara pemberian kalsium (IV)

untuk serangan akut : kalsium glukonate (1-2 g)- IV. Jika tidak berhasil setelah
beberapa

menit

berikan glukosa

(IV) atau

glukosa dan

insulin dan

hydrochlorothiazide (untuk menurunkan kadar kalium dalam darah).


-

Memacu masuknya kembalikalium dari ekstrasel ke interasel:


a. Pemberian insulin 10 unit dalam glkosa 40%, 50 ml (IV), lalu diikuti peberian
dextrose 5 % untuk cegah hipoglikemia
b. Pemberian natrium bikarbonat (50 meq/ IV) yang akan meningkatkan PH
sistemik merangsang ion H ke luar dar intrasel, yang selanjutnya aka
digantkkan oleh ion K

c. Pemberan alpha 2 agonis yang akan merangsang pompa NaK-ATP ase s,


kalim masuk ke dalam sel (albuterol, 10-20 mg)
-

Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh:


a. Diuretic: hydrochlorothiazide (about 0.5g daily), untuk menjaga agar kalium
serum K di bawah 5 meq/L (tapi hati-hati penggunaannya, jangan sampai
menyebabkan hipokalemia)
b. Hemodialisa

IX.

PROGNOSIS.
Paralisis periodik hipokalemik berespon baik dengan obat. Terapi yang baik bisa
mencegah serangan dan mengembalikan progresifitas otot yang lemah. Meskipun
kekuatan otot berada dalam batas normal diantara serangan. Serangan ulang bisa
memperburuk gejala sisa secara permanen dan menyebabkan kelemahan otot diantara
serangan tsb. Beberapa pasien, perubahan kadar insulin akan menjadi gejala pencetus,
karena naiknya kadar insulin mendorong kalium masuk ke sel.14

DAFTAR PUSTAKA

1. Mesiano T. Periodik paralisis hipokalemi .doc.2010 [cited 22 November


2010].Available at: http://www.images.omynenny.multiply.multiplycontent.com
2. Barnedh I. tulang lemas terkena periodic paralesis.blog.2010 [cited 22 November
2010]. Available at :
http://www.detikhealth.com/read/2009/12/14/101506/1259529/821/tulang-lemasterkena-periodik-paralesis
3. Widjajanti A. Agustini. Hipokalemik periodic paralisis. Pdf. 2010 [cited 22 Novrmber
2010]. Available at: www.journal.unair.ac.id
4. Anonym. Hipokalemi periodik paralise. Blog. 2010 [cited at 22 November 2010].
Available at : http://www.scribd.com/doc/37151029/HIPOKALEMI-PERIODIKPARALISE

5. Irawan A. cairan tubuh, elektrolit &mineral.scribd.2010 [cited at 22 November 2010].


Available at: http://www.pssplab.com

6. Feriyawati L. anatomi system saraf dan peranannya dalam regulasi kontraksi otot
rangka.scribd.2010 [cited at 22 November 2010]. Available at :
http://www.repository.usu.ac.id

7. Gunawan A. mekanisme penghantaran dalam neuron (neurotransmisi). Pdf. 22


Februari 2002 [cited at 22 November 2010] available at : http://home.unpar.ac.id
8. Ropper A. Brown R. Principles of neurology. Eighth edition. Boston: McGraw-Hill;
2005. P. 648-50, 938-44, 1117-27, 1265-73.
9. Davey P. Hipokalemi, Hiperkalemi. Dalam: Safitri A. At a glance medicine. Jakarta:
Erlangga; 2006. P.236-7.
10. Smrt n be. Sindroma guillain barre. Blog. 24 April 2010 [cited at 22 November 2010].
Available at: http://smartnbe.blogspot.com
11.Rambe AS. Motor neuron disease. Pdf. 2004 [cited at 22 November 2010]. Available
at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3460/1/penysaraf-aldy3.pdf
12.Anonym. Poliomieltis akut. Blog. 2010 [cited at 22 Novembr 2010]. Available at :
http://ezcobar.com/dokter-online/dokter15/index.php?option=com

13.Sudoyo AW. Setiyohadi B. Alwi I. Simadibrata KM. Setiati S. hiperkalemia. Dalam:


Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2007. P.181-3.
14.Santoso B. Paralisis periodic hipokalemik. Blog. 28 Juli 2009 [cited a 22 November
2010]. Available at: http://www.uptodate.com

Anda mungkin juga menyukai